Showing posts with label budaya. Show all posts
Showing posts with label budaya. Show all posts

Saturday, November 29, 2025

Kuliner Wajib Dicoba Saat Berkunjung ke Kota Curup

Konten [Tampil]




www.indonesia-tourism.com

Kalau kamu belum pernah mendengar tentang Kota Curup, kamu tidak sendirian. Kota kecil di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, ini sering luput dari peta wisata, padahal menyimpan sejuta rasa dan cerita. Udara Curup sangat sejuk, alamnya tenang, dan yang paling kuingat sejak kecil adalah aroma makanan tradisional yang seakan menempel di udara setiap sudut kotanya.

Sebagai seseorang yang lahir dan besar di Curup, aku selalu merasa kota ini punya pesona unik—bukan hanya dari pegunungan dan sayur-mayurnya yang segar, tetapi juga dari kuliner khas Curup yang membuat siapa pun ingin kembali lagi.
Di blog ini, izinkan aku mengajakmu mencicipi satu per satu kuliner yang wajib kamu coba jika berkunjung ke Curup.

1. Gunjing: Kudapan Pagi yang Legendaris

Setiap pagi, aroma gunjing adalah tanda hari baru dimulai.
Kue tradisional ini dibuat dari tepung beras dan kelapa parut, dimasak dalam loyang kecil—mirip bandros khas Bogor.

Ada dua varian:

  • Original, gurih dan lembut.

  • Gula merah, manis dan harum.

Sederhana sekali, tetapi rasanya selalu berhasil menghangatkan suasana pagi di Curup. Kalau aku pulang kampung, gunjing biasanya jadi makanan pertama yang kucari.

2. Pempek Panggang Lapangan Setia Negara: Ikon Nongkrong Anak Muda

Siang atau sore, Lapangan Setia Negara selalu hidup.
Anak-anak muda biasa nongkrong sambil menikmati pempek panggang khas Curup yang dibakar perlahan di atas bara.

Bukan memakai cuko.
Pempek ini dibelah di tengah, diisi:

  • ebi halus,

  • sambal cabai merah kriting,

  • dan kecap.

Aromanya pedas–manis–asin sekaligus, dan percayalah… itu adalah aroma rindu. Aroma yang membuatku selalu ingin pulang.

3. Mie Pangsit Curup: Sarapan Andalan Warga

Belum sah ke Curup kalau belum makan mie pangsit Curup.
Mienya lembut, kuahnya ringan tapi berbumbu, dan pangsitnya punya karakter rasa khas yang hanya bisa ditemukan di kota ini.

Ini adalah menu sarapan yang tak pernah gagal mengingatkanku saat sarapan pagi bersama kelurga.

4. Kerupuk Kemplang (Kerupuk Bakar)

Oleh-oleh wajib dari Curup!
Kemplang dibakar hingga mengembang, menghasilkan aroma smokey yang khas. Gurihnya pas dan cocok dimakan kapan saja—entah sebagai camilan atau teman lauk.

Hasil tangkapan layar searching google.com

5. Lemea: Cita Rasa Asli Suku Rejang

Yang satu ini adalah identitas kuliner masyarakat Rejang.
Lemea dibuat dari ikan yang difermentasi dengan batang tebu muda parut.

Rasanya:

  • gurih,

  • sedikit asam,

  • dengan aroma fermentasi yang khas.

Meskipun aku bukan asli suku Rejang, lemea tetap menjadi hidangan wajib setiap kali pulang kampung. Bagiku, lemea bukan sekadar makanan—ia adalah simbol rumah, budaya, dan ingatan masa kecil yang tidak tergantikan.

6. Mie Celor & Miso Mang Midi: Dua Legenda yang Tak Pernah Hilang

Curup juga kebagian sentuhan khas Palembang dan Sumatra Selatan.

  • Mie Celor: Kuah santannya creamy, kaya udang, dan sangat cocok dinikmati saat udara Curup yang sejuk.

  • Miso Mang Midi: Ini legenda! Kuahnya bening gurih, topping-nya lengkap, dan rasanya konsisten sejak puluhan tahun lalu.

Kalau tanya warga Curup, hampir semua pasti punya memori dengan Miso Mang Midi.

7. Lemang Tapai: Manis, Hangat, Mengenyangkan

Perpaduan lemang yang dibakar dalam bambu dan tapai manis adalah hidangan favorit saat sore. Teksturnya lembut, manisnya pas, dan sangat cocok dinikmati sambil duduk santai melihat kabut turun.

8. Sate Padang

Sate Padang di Curup juga terkenal nikmat. Kuahnya kental, pedas, dan wangi rempah. Biasanya dijadikan pilihan cemilan malam bukan hanya porsinya mengenyangkan tetapi rasanya juga bikin nagih.

9. Sambal Tempoyak: Primadona Musim Durian

Di Curup, musim durian adalah musim penuh kebahagiaan.
Tempoyak—fermentasi durian yang dimasak dengan cabai—adalah bintangnya.

Rasanya:

  • pedas,

  • asam,

  • creamy,

  • dan unik.

Paling enak disantap bersama ikan bakar. Ini adalah menu khas yang hanya muncul di momen tertentu, sehingga terasa sangat spesial.

10. Kopi Khas Curup: Penutup Perjalanan Kuliner

Jangan lupa mencicipi kopi Curup—kopi dari dataran tinggi Rejang yang aromanya kuat tapi lembut di lidah. Cocok jadi teman bersantai sambil menikmati udara pegunungan yang dingin dan tenang.

Penutup

Curup bukan hanya kota kelahiranku; ia adalah rumah bagi rasa-rasa yang membentuk kenangan masa kecil dan kedewasaanku. Setiap makanan di kota ini punya cerita, punya jiwa, dan membawa kehangatan tersendiri.

Bagaimana kuliner khas dari kota kelahiranmu


Friday, November 7, 2025

Budaya Suku Rejang Sejarah Aksara Kaganga dan Tradisinya

Konten [Tampil]

Pakaian Adat Rejang Lebong. (Galeri Nusantara/2022)


Pagi menyingsing di kaki Bukit Barisan. Kabut perlahan naik dari dataran tinggi Bengkulu, seolah membawa bisikan masa lalu dari suku yang telah lama mengakar di tanah pegunungan, yakni Suku Rejang. Meskipun zaman telah bergerak ke arah modern, budaya Suku Rejang tetap menjadi identitas penting masyarakatnya, diwariskan dari generasi ke generasi.

Artikel ini akan membimbing pembaca mengenal lebih dekat Rejang dan budaya Suku Rejang secara edukatif tetapi ringan, mengalir seperti cerita yang tak lekang oleh waktu.

1. Asal Usul Rejang: Jejak Leluhur di Pedalaman Bengkulu

Suku Rejang. (Wikipedia)

Banyak cerita turun-temurun menyebut bahwa leluhur Suku Rejang berasal dari seorang tokoh bernama Rhe Jang Hyang (atau Rhe Hyang), yang dipercaya datang dari daerah utara Asia dan menetap di Napal Putih, Bengkulu Utara, sekitar dua ribu tahun sebelum masehi. Di sanalah ia membangun permukiman awal bernama Kutai Nuak, sebelum akhirnya kelompoknya berpindah ke wilayah Pinang Belapis (sekarang Kabupaten Lebong).

Walau unsur mitos masih kuat, para peneliti sepakat bahwa Rejang adalah salah satu suku tertua di Bengkulu, yang berkembang secara mandiri di kawasan pedalaman Bukit Barisan. Alam yang kaya hutan, sungai, dan perbukitan membentuk karakter masyarakat Rejang yang tangguh, bersahaja, dan sangat dekat dengan alam.

Sistem sosial mereka pun sudah teratur sejak dulu. Ada petulai (keluarga besar adat) dan kutei (pemimpin adat) yang menjaga hukum dan keseimbangan masyarakat. Ini menunjukkan bahwa walau hidup jauh dari pesisir, masyarakat Rejang sudah memiliki struktur sosial yang rapi dan beradab.

2. Aksara Kaganga: Warisan Tertulis Identitas Rejang

Aksara Kaganga.(wikipedia)

Salah satu kebanggaan terbesar Suku Rejang adalah Aksara Kaganga, sistem tulisan tradisional yang menjadi bukti kecerdasan lokal mereka. Nama “Kaganga” diambil dari tiga huruf pertamanya: Ka-Ga-Nga.

Aksara ini merupakan bagian dari keluarga besar Surat Ulu di Sumatra Selatan, dan berakar dari aksara Brahmi/Palawa India kuno. Dulu, masyarakat Rejang menulis dengan aksara ini di atas bambu, tanduk, kulit kayu, atau rotan, mencatat pesan, hukum adat, doa, dan kisah rakyat.

Kini, Aksara Kaganga mulai diajarkan kembali di sekolah-sekolah Rejang Lebong sebagai muatan lokal (MULOK). Pemerintah daerah juga membuat buku panduan dan alat belajar agar generasi muda tidak melupakan jati dirinya. Meski tantangan besar datang dari arus modernisasi dan dominasi huruf Latin, semangat untuk melestarikannya terus tumbuh.

Aksara Kaganga bukan sekadar tulisan—ia adalah simbol kebanggaan dan kecerdasan budaya Rejang, bukti bahwa nenek moyang mereka pernah memiliki sistem pengetahuan sendiri jauh sebelum pendidikan modern masuk.

3. Tradisi Pernikahan Adat Rejang

Acara adat suku Rejang. (bengkulu.sahabatrakyat.com)

Upacara pernikahan dalam masyarakat Rejang sangat sakral. Setiap tahapannya penuh makna tentang tanggung jawab, kehormatan, dan penyatuan dua jiwa.Beberapa tahap penting antara lain:

  • Bekulo 
Musyawarah antara dua keluarga sebelum pernikahan. Ini menegaskan bahwa perkawinan bukan hanya urusan dua orang, tapi penyatuan dua keluarga besar.
  • Meletak Uang 
Simbol penyerahan tanggung jawab dan niat baik dari pihak laki-laki kepada keluarga perempuan.
  • Mengasen 
Ritual penyucian untuk menandai kesiapan kedua mempelai memasuki kehidupan baru.
  • Sembah Sujud 
Bentuk penghormatan dan permohonan maaf kepada orang tua serta leluhur.
  • Jemejai 
Tahap penyatuan dua mempelai secara adat, biasanya disertai jamuan besar bagi seluruh masyarakat.

Setiap prosesi mengajarkan nilai luhur, diantaranya menghargai keluarga, menjaga kehormatan, serta menyatukan dua hati dengan restu masyarakat dan leluhur. Pernikahan adat Rejang bukan sekadar pesta, melainkan ritual sosial dan spiritual yang mempererat hubungan antar-keluarga.

4. Tari Kejai: Gerak yang Sarat Akan Makna

Tari kejei. (pojokseni.com)

Salah satu warisan budaya paling indah dari Rejang adalah Tari Kejai. Dulu, tarian ini hanya dipentaskan pada acara adat besar seperti pernikahan atau syukuran. Gerakannya lembut, penuh penghormatan, dan diiringi musik tradisional yang khas.

Beberapa gerakannya memiliki makna simbolik, seperti:

  • Gerak Sembah – bentuk penghormatan kepada leluhur dan tamu;

  • Metik Jari – menggambarkan kerja sama antara laki-laki dan perempuan;

  • Mateak Dayung – simbol penyerahan diri kepada Tuhan;

  • Gerak Mendayung – tanda perpisahan yang indah di akhir pertunjukan.

Melalui tarian ini, masyarakat Rejang mengekspresikan rasa syukur dan harmoni hidup dengan alam serta sesama.

5. Tantangan dan Harapan Budaya Rejang

Seiring kemajuan zaman, penggunaan bahasa Rejang dan aksara Kaganga mulai jarang dipakai. Namun, upaya pelestarian terus dilakukan oleh pemerintah, komunitas budaya, dan generasi muda yang bangga akan warisannya.

Budaya Rejang tetap relevan hingga kini karena nilai-nilainya universal: kebersamaan, hormat kepada orang tua, dan keselarasan dengan alam. Nilai-nilai ini penting bagi generasi muda untuk menjaga identitas di tengah globalisasi.

Penutup

Budaya Rejang bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan cermin kearifan dan jati diri masyarakat Bengkulu. Saat seorang siswa menulis huruf “Ka” dari Aksara Kaganga, sesungguhnya ia sedang menghidupkan kembali sejarah panjang suku yang penuh makna.

Mari kita kenali dan lestarikan budaya lokal kita—karena dari sanalah akar kebanggaan sebagai bangsa tumbuh kuat dan tidak mudah goyah oleh waktu.


Daftar Referensi

Agus, I. (2013). Aksara Ka-Ga-Nga: Identitas dan Tradisi Literasi Masyarakat Bengkulu. Jurnal Humaniora, Universitas Indonesia.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (1996). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Rejang Lebong. (2019). Modul Muatan Lokal Aksara Kaganga. Curup: Disdikbud Rejang Lebong.

Fitriani, D. & Yuliani, E. (2021). Pelestarian Aksara Kaganga sebagai Identitas Budaya Rejang Lebong. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Daerah, Vol. 5 No. 2.

Hidayat, R. (2017). Sistem Sosial dan Struktur Adat Masyarakat Rejang di Bengkulu. Jurnal Antropologi Indonesia, Universitas Indonesia.

Nasution, S. (2020). Kehidupan Sosial dan Tradisi Pernikahan Suku Rejang di Bengkulu. Jurnal Kebudayaan Nusantara, Vol. 4 No. 1.

Pemerintah Provinsi Bengkulu. (2022). Warisan Budaya Takbenda Indonesia: Aksara Kaganga dan Tari Kejai. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI.

Suharto, A. & Mansyur, S. (2015). Naskah dan Aksara Tradisional Sumatera Bagian Selatan. Jakarta: Balai Litbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Kementerian Agama RI.

Tempo.co. (2023, 12 Juni). “Mengenal Suku Rejang, Suku Tertua di Bengkulu dengan Aksara Kaganga yang Unik.” 

Wikipedia Bahasa Indonesia. (2024). “Suku Rejang.” Wikipedia.org.

Monday, October 6, 2025

Cijeruk: Lumbung Pangan Sehat dari Lereng Gunung Salak

Konten [Tampil]

Penampakan lereng Gunung Salak. (www.perumperindo.co.id)

Indonesia sejak lama telah dikenal sebagai negeri agraris. Dari Sabang sampai Merauke, memiliki hamparan tanah yang begitu subur dan melahirkan beragam komoditas pangan yang menjadi penopang kehidupan masyarakat. Namun, di balik narasi besar itu, selalu ada cerita yang menjadi bukti nyata bahwa tanah negeri kita memang kaya. Salah satunya ada di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Suatu pagi yang cerah, embun pun masih menggantung di dedaunan ketika langkah kaki menurun jalan setapak di Desa Tajur Halang. Di kejauhan tampak Gunung Salak yang berdiri kokoh, menjadi saksi bisu bagi kehidupan petani yang menggantungkan hidupnya pada hasil bumi. Dari ladang sederhana mereka ini, lahirlah cabai merah yang pedas, jahe yang menghangatkan, bawang merah yang harum hingga edadame yang kini mulai dilirik pasar mancanegara.

Potensi itu tidak hanya ada di Desa Tajur Halang, melainkan ada juga di Desa Sukaharja yang menghasilkan sayuran segar dan melimpah. Ada juga Desa Tanjungsari menghasilkan kacang tanah yang berkualitas, Desa Palasari dengan tanaman ubinya hingga Desa Cipelang yang subur dengan berbagai rempah-rempah. Cijeruk, dengan seluruh mozaik desa-desa ini, ibarat gudang pangan yang tak akan pernah habis jika dikelola dengan baik.

Namun, potensi sebesar itu seringkali terhambat dengan akses oleh keterbatasan pasar. Selain itu, minimnya inovasi pengolahan hasil bumi serta rendahnya nilai tambah bagi para petani. Dari sini hadir sebuah inisiatif, program Desa Sejahtera Astra (DSA). Melalui program inilah, Cijeruk tidak hanya bertahan sebagai penyokong kebutuhan domestik, tetapi mulai bertransformasi menjadi “lumbung pangan sehat” yang membuka jalan menuju pasar ekspor.

Tulisan ini mencoba merekam perjalanan bagaimana tanah subur di lereng Gunung Salak menjelma menjadi peluang ekonomi sekaligus harapan masa depan bagi masyarakat Cijeruk dan bangsa.

Foto: Hiroshi sanjuro / Puncak Gunung Salak Dilihat dari Cijeruk,
Bogor
/ CC BY-SA 4.0 (commons.wikimedia.org)

Latar Belakang Desa dan Potensi

Kecamatan Cijeruk terletak di sisi selatan Kota Bogor, dengan kontur tanah yang bergelombang karena berada di lereng Gunung Salak. Udara di sana begitu sejuk, memiliki curah hujan yang cukup, dan tanah vulkanik yang kaya akan mineral menjadi modal alamiah. Hal ini, membuat wilayah Cijeruk sangat cocok untuk pertanian hortikultura.
Bagi masyarakat setempat, bertani sekadar mata pencaharian, melainkan warisan leluhur yang harus selalu dijaga. Sejak dari pagi buta, para petani sudah turun ke kebun. Ada yang menanam cabai dengan penuh ketelitian karena harganya bisa fluktuatif. Ada pula yang merawat jahe yang memiliki komoditas makin naik daun setelah pandemi karena banyak manfaat bagi kesehatan. Bawang merah dan sayuran hijau pun tumbuh subur, melengkapi ragam hasil tani yang membuat Cijeruk begitu istimewa.
Tak hanya itu, Cijeruk juga dikenal dengan ubi lokalnya yang legit. lada dengan aromanya yang khas, kacang tanah yang begitu gurih, serta edamame yang mulai menjadi komoditas unggulan. Edamame yang dahulu dianggap asing, kini justru menjadi primadona yang karena diminati pasar internasional.
Meskipun begitu, petani Cijeruk menghadapi tantangan klasik klasik yakni hasil panen sering kali dijual dalam bentuk mentah dengan harga rendah. Pasar lokal di Bogor memang menyerap sebagian, tetapi akses menuju jaringan distribusi lebih luas seperti Jabodetabek masih terbatas. Petani juga belum banyak yang memiliki kemampuan atau fasilitas untuk mengolah hasil tani menjadi produk bernilai tambah.
Di titik inilah muncul refleksi bahwa kekayaan alam ternyata tidak otomatis menjamin kesejahteraan. Tanpa adanya pengelolaan yang baik, maka hasil bumi yang melimpahkan hanya akan menjadi cerita tentang tanah subur yang kurang dimanfaatkan. Maka, kebutuhan yang mendesak bagi masyarakat Cijeruk adalah memperluas akses pasar, meningkatkan kemampuan pengolahan, dan memberi nilai tambah pada produk hortikultura mereka.
Hal inilah, yang membuat kehadiran program seperti Desa Sejahtera Astra menjadi sangat begitu relevan. dia bukan hanya menjawab kebutuhan ekonomi, melainkan juga menyentuh dimensi sosial dan kultural. Bagaimana desa agar tetap menjaga tradisi bertani, sekaligus menyesuaikan diri dengan tantangan zaman.

Peran DSA dalam Pengembangan Hortikultura

Ilustrasi petani di lahan sayuran. Photo by Max Smith on Unsplash

Perjalanan DSA dalam mengembangkan sektor hortikultura di Cijeruk tidak berhenti pada gagasan besar semata. Program ini tumbuh dari langkah-langkah nyata di lapangan. Mulai dari pemberdayaan petani, penguatan akses pasar, hingga inovasi produk lokal. Setiap kegiatan yang dijalankan memiliki benang merah yang sama, yakni menciptakan ekosistem pertanian yang sehat, mandiri, dan berdaya saing.

Berikut beberapa langkah konkret yang telah menjadi wujud nyata peran DSA di tengah masyarakat Cijeruk:

a. Penguatan Bagi Petani Lokal

Di sebuah balai desa yang sederhana, para petani duduk melingkar mengikuti pelatihan. Mereka belajar tentang penggunaan pupuk organik, teknik budidaya modern, hingga cara menjaga kualitas tanah agar tetap subur. Ada wajah-wajah yang semula ragu, perlahan berubah menjadi penuh semangat. Edukasi ini tidak hanya menambah ilmu, tetapi juga membangun rasa percaya diri bahwa mereka mampu bersaing dengan petani dari daerah lain.

b. Peningkatan Akses Pasar

Tidak lagi hanya mengandalkan pasar tradisional di Bogor, DSA membuka jalur distribusi ke Jabodetabek. Bahkan ada perbincangan serius dengan eksportir hortikultura yang tertarik membawa jahe dan edamame Cijeruk ke luar negeri. Refleksi penting muncul di sini, dengan akses pasar yang lebih luas berarti harga yang lebih stabil, dan pada akhirnya kesejahteraan petani bisa meningkat.

c. Inovasi Produk

DSA juga mendorong diversifikasi. Jahe tidak lagi sekadar dijual dalam bentuk rimpang, tetapi diolah menjadi minuman herbal instan yang praktis. Edamame dikemas beku sehingga bisa bertahan lebih lama, sementara cabai dijemur dan dijadikan cabai kering bernilai lebih tinggi. Bahkan mulai ada upaya branding: label khusus yang menandai produk “Sehat Asal Cijeruk.” Ini bukan hanya soal kemasan, tetapi soal identitas yang ingin dikenalkan ke masyarakat luas.

d. Pemberdayaan Komunitas

Yang tak kalah penting, DSA menyentuh aspek sosial. Koperasi petani dan kelompok wanita tani mulai bergerak, membuka lapangan kerja baru di sektor pascapanen dan pemasaran. Seorang ibu di Desa Cipelang bercerita bagaimana dia kini bisa membantu ekonomi keluarga dengan ikut mengolah jahe menjadi minuman serbuk. Refleksi pun mengalir: pemberdayaan bukan hanya soal uang, tetapi tentang rasa memiliki dan percaya diri masyarakat terhadap potensi mereka sendiri.

Dampak dan Manfaat Program DSA

Seiring berjalannya waktu, tanda-tanda perubahan mulai terlihat. Berikut beberapa dampak dan manfaat program DSA di Cijeruk di berbagai sektor, diantaranya:

  • Ekonomi

Pendapatan petani meningkat. Tidak lagi hanya mengandalkan harga pasar yang fluktuatif, mereka kini punya produk olahan dan jaringan pemasaran yang lebih stabil. Beberapa UMKM baru bermunculan, terutama yang bergerak di bidang pengolahan hasil tani. Sosial Gotong royong makin terasa. Warga yang dahulu bekerja sendiri-sendiri kini terbiasa berkumpul, berdiskusi, dan membangun usaha bersama. Kemandirian pangan desa mulai tumbuh. Mereka tak lagi sekadar menanam untuk kebutuhan harian, tetapi juga berorientasi pada keberlanjutan jangka panjang.

Pemandangan sawah yang indah di Cijeruk
(airterjuncijerukbogor.blogspot.com)

  • Lingkungan

Dengan praktik pertanian ramah lingkungan, lahan di kaki Gunung Salak tetap terjaga. Penggunaan pupuk organik membuat tanah lebih sehat, air tetap bersih, dan keanekaragaman hayati terlindungi. Refleksi saya sebagai penulis bahwa di era perubahan iklim, langkah kecil seperti ini justru menjadi kontribusi besar.

  • Inspirasi Nasional

Melihat geliat Cijeruk, kita bisa membayangkan sebuah model desa hortikultura yang bisa ditiru daerah lain. Desa yang tidak hanya menghasilkan pangan sehat, tetapi juga punya daya saing hingga ke pasar global.


Peluang ke Depan

Cerita Cijeruk belum selesai. Justru, babak baru sedang dimulai, menandai fase di mana potensi desa tidak hanya dilihat sebagai hasil bumi, melainkan juga sebagai peluang ekonomi, edukasi, dan sosial yang lebih luas. Dari lereng Gunung Salak, visi masa depan mulai terbentuk, dan ada beberapa jalur yang bisa ditempuh untuk mewujudkannya.

  • Menembus Pasar Internasional: Potensi Ekspor

Jahe dan edamame Cijeruk kini menarik perhatian pasar internasional. Dengan kualitas terjaga dan produksi yang konsisten, bukan hal mustahil suatu hari nanti kemasan “Produk Desa Cijeruk – Indonesia” hadir di rak supermarket luar negeri. Bayangan itu bukan sekadar mimpi, melainkan cita-cita yang bisa dicapai lewat kerja keras petani, inovasi pengolahan, dan semangat untuk terus belajar.

  • Menghidupkan Desa Lewat Pengalaman: Agro-Wisata

Selain ekspor, panorama Gunung Salak memberi modal besar bagi agro-wisata. Bayangkan paket wisata lengkap, di mana pengunjung memetik edamame langsung dari kebun, belajar membuat minuman herbal dari jahe bersama ibu-ibu desa, lalu menikmati kulainer lokal di tengah udara sejuk pegunungan. Anak-anak kota yang pertama kali mencabut edamame, atau keluarga yang belajar memetik jahe, akan pulang dengan pengalaman tak terlupakan dan rasa cinta terhadap produk lokal. Wisata berbasis pertanian ini menjadi sumber ekonomi baru sekaligus sarana edukasi bagi masyarakat luas.

  • Kekuatan Bersama: Sinergi

Semua peluang besar itu tidak akan berjalan sendiri. Astra sebagai pendamping, pemerintah sebagai fasilitator, dan masyarakat sebagai pelaku utama harus berjalan beriringan. Sinergi bukan sekadar strategi ekonomi, tetapi warisan sosial berupa jalan yang dibangun, sekolah yang diperjuangkan, dan pasar yang dibuka. Berkat kolaborasi ini, akan menjadi manfaat nyata bagi generasi berikutnya. Desa hanya bisa maju jika ada kolaborasi yang kuat, dan setiap langkah kecil hari ini menentukan arah perjalanan Cijeruk pada masa depan.

Penutup

Cijeruk telah membuktikan bahwa potensi desa tidak boleh dipandang sebelah mata. Dari tanah subur di lereng Gunung Salak, lahirlah komoditas hortikultura yang mampu menopang kebutuhan domestik sekaligus membuka jalan ke pasar internasional. Melalui program Desa Sejahtera Astra, desa-desa seperti Tajurhalang, Sukaharja, Tanjungsari, Palasari, dan Cipelang bertransformasi menjadi ikon lumbung pangan sehat.
Harapannya sederhana tetapi mendalam, dukungan berkelanjutan harus terus diberikan, agar petani desa makin sejahtera dan produk hortikultura Indonesia kian mendunia. Pada akhirnya, pesan yang begitu indah wajib untuk direnungkan: “Dari tanah Cijeruk yang subur, lahirlah pangan sehat untuk Indonesia dan dunia.”#APAxKBN2025

Ilustrasi map Cijeruk, Bogor(www.maplandia.com)

Sumber Foto dan Referensi:

https://www.perumperindo.co.id/sejarah-gunung-salak/

https://commons.wikimedia.org/wiki/File%3APuncak_Gunung_Salak_Dilihat_dari_Cijeruk%2C_Bogor.jpg?utm_source=

https://airterjuncijerukbogor.blogspot.com/2014/08/wisata-curug-putri-pelangi-bogor-nan.html?sc=1759756855668#c9179560873574865025

https://www.narasilia.com/2024/11/mengolah-kekayaan-alam-organik-di-desa-sejahtera-astra-tajur-halang.html

https://bogor-kita.com/edamame-dan-cabai-keriting-ditaman-tumpang-sari-di-desa-sukamanah/

https://www.metrobogor.com/bisnis/107115147623/kacang-edamame-jadi-komoditas-unggulan-desa-sukamanah?

https://www.tjapbukitmas.co.id/product-details/1?utm_source=

Friday, August 1, 2025

Aura Farming: Tren Viral yang Bikin Dunia Terpukau

Konten [Tampil]

Ilustrasi aura farming, seorang anak menari mengenakan kostum tradisional Bali. (Unplash.com/Eyestetix Studio)

Aura Farming, tren viral yang bikin dunia terpukai setelah aksi menawan seorang Rayyan Arkan. Tren ini, menekankan pada kharisma yang lembut, bukan pada tampilan yang mencolok.

Istilah ini sedang menjadi perbincangan hangat di dunia maya, setelah melejitnya video Rayyan Arkan Dikha, bocah asal Riau. Viral dengan gaya menari yang anggun di atas perahu balap Pacu Jalur. Dengan ekspresi tenang dan gerakan sederhana, Rayyan berhasil memukau dunia hingga selebritas internasional pun ikut menirukan gayanya.

Lalu, apa sebenarnya makna dari tren ini dan mengapa fenomena tersebut begitu menyedot perhatian publik? Simak selengkapnya di artikel ini

 

Apa Itu Aura Farming dan Mengapa Viral?

Istilah “menebar pesona tenang” menggambarkan perpaduan antara pancaran aura dan ketulusan diri, yakni bagaimana seseorang memancarkan daya tarik alami tanpa usaha yang dibuat-buat. Gaya ini bukan tentang pencitraan, melainkan tentang ketenangan, kepercayaan diri, dan keaslian yang muncul saat seseorang menjalani aktivitas sehari-hari dengan jujur dan apa adanya.

Tren ini mulai ramai dibicarakan saat aksi Rayyan viral di media sosial. Ia menari tanpa ekspresi berlebihan, hanya gerakan lembut dan ekspresi damai, sebuah pemandangan yang justru sangat magnetik. Tak heran, video tersebut ditonton jutaan kali dan menginspirasi banyak orang dari berbagai belahan dunia.

 

Rayyan Arkan, Simbol Pesona Tenang dari Riau

Rayyan Arkan Dikha, bocah 11 tahun asal Kuantan Singingi, Riau, kini dijuluki sebagai ikon pesona alami yang memikat tanpa banyak bicara. Saat mengikuti Pacu Jalur, Rayyan tampil di ujung perahu, menari dengan lembut dalam balutan tarian adat, memperlihatkan ketenangan, senyum tipis, dan ekspresi yang memesona. Aksi ini tidak hanya mencuri perhatian netizen Indonesia, tapi juga dunia. 

Berbagai tokoh dan klub olahraga internasional—seperti PSG, AC Milan, hingga selebritas Korea Selatan—ikut menirukan gaya khas pancaran daya tarik tenang yang diperlihatkan Rayyan.

Keviralan ini membawa dampak positif. Rayyan dilantik sebagai Duta Pariwisata dan menerima beasiswa dari pemerintah daerah. Ia menjadi contoh bahwa pesona diri tidak harus dengan gaya mewah, tapi cukup dengan ketulusan dan keunikan budaya lokal.

 

Mengapa Menebar Pesona Tenang Disukai Banyak Orang?

Ada beberapa alasan mengapa menebar pesona tenang sangat digandrungi, diantaranya:

1.   Authentic Vibes – Orang merasa lebih terhubung dengan seseorang yang tampil apa adanya.

2.        Menenangkan – Gerakan dan ekspresi yang tenang menciptakan suasana damai.

3.       Cocok di Era Konten Cepat – Kharisma yang lembut justru menjadi oase di tengah video cepat dan penuh efek.

4.    Ruang untuk Refleksi Diri – Memberi inspirasi untuk lebih menikmati momen kecil dalam hidup.

 

Penutup

Fenomena Aura Farming bukan sekadar tren media sosial. Ia adalah perayaan atas ekspresi diri yang tenang, jujur, dan membumi. Rayyan Arkan telah mengajarkan bahwa untuk menjadi berpengaruh, tak perlu heboh. Jadilah diri kamu yang apa adanya dan biarkan kharisma memancarkannya. Siapa sangka, ketenangan bisa jadi bentuk paling kuat dari pesona kamu?


Sunday, October 27, 2024

5 Tradisi Unik Pernikahan di Berbagai Negara yang Wajib Kamu Ketahui

Konten [Tampil]

Foto: pexels-wayan ricci suandika

Pernikahan merupakan sebuah momen yang dinantikan oleh setiap orang, sebagai upacara pengikat janji nikah yang dilakukan oleh dua orang untuk meresmikan ikatan perkawinan. Pastinya, setiap budaya memiliki cara yang berbeda dan unik untuk merayakan pernikahan. Setiap tradisi membawa makna, baik itu sebagai penghormatan kepada keluarga, harapan untuk masa depan, maupun ungkapan persatuan. Selain memperkaya perayaan, tradisi juga memperkuat ikatan sosial dan memperdalam makna spiritual pernikahan dalam berbagai budaya.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa tradisi pernikahan unik dari berbagai negara yang memberikan warna tersendiri dalam perayaan cinta dan komitmen. Setiap tradisi mencerminkan keunikan budaya dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat, untuk menyampaikan pesan kepada kedua mempelai, agar kelak memiliki rumah tangga yang bahagia.

Mengapa tradisi pernikahan di berbagai negara menarik untuk diketahui?

Tradisi pernikahan di berbagai negara menarik untuk diketahui karena setiap budaya memiliki cara unik dalam merayakan momen sakral tersebut. Melalui tradisi-tradisi ini, kita dapat memahami lebih dalam tentang nilai-nilai, simbolisme, dan sejarah yang diwariskan dari generasi ke generasi. Selain memberikan wawasan baru tentang kebiasaan dan ritual, mengenal tradisi pernikahan di negara lain, juga memperkaya pandangan kita terhadap makna cinta, komitmen, serta hubungan keluarga dan komunitas di berbagai belahan dunia.

Tradisi Unik Perayaan Pernikahan di Berbagai Negara

Setiap negara memiliki tradisi pernikahan yang unik dan penuh makna, mencerminkan budaya dan nilai-nilai lokal. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa tradisi pernikahan yang menarik dari berbagai belahan dunia, mulai dari tarian pengantin di Bali, upacara teh di Cina, hingga money dance di Filipina.

1. Tarian Pengantin di Bali, Indonesia

Di Bali, pernikahan adalah perayaan yang sangat sakral dan penuh dengan ritual tradisional. Salah satu tradisi yang menarik adalah tarian pengantin, di mana pengantin pria dan wanita akan menari bersama sebagai simbol keselarasan dan persatuan dalam kehidupan rumah tangga. Tarian ini sering dilakukan dengan mengenakan pakaian adat yang kaya warna dan hiasan emas, menciptakan suasana yang megah dan penuh arti.

2. Upacara Teh di Cina

Upacara teh dalam pernikahan Cina adalah salah satu tradisi paling penting yang melambangkan penghormatan kepada orang tua dan anggota keluarga. Dalam upacara ini, pasangan pengantin akan menyajikan teh kepada orang tua mereka sebagai tanda penghargaan dan permintaan restu. Orang tua yang menerima teh akan memberikan hadiah atau nasihat berharga untuk kehidupan baru mereka sebagai suami istri. Upacara ini penuh dengan simbolisme, mencerminkan rasa hormat dan nilai kekeluargaan yang kuat dalam budaya Cina.

3. Money Dance di Filipina

Money Dance atau tarian uang adalah tradisi pernikahan yang populer di Filipina. Dalam tradisi ini, para tamu akan menempelkan uang ke pakaian pengantin saat mereka menari di lantai dansa. Uang ini dianggap sebagai hadiah untuk membantu pasangan memulai kehidupan baru mereka. Tradisi ini dilakukan dengan suasana yang meriah, diiringi musik dan tawa, serta merupakan cara simbolis bagi keluarga dan teman-teman untuk memberi dukungan finansial kepada pasangan baru.

4. Jumping the Broom di Afrika Barat

Tradisi Jumping the Broom berasal dari Afrika Barat dan juga sangat populer di komunitas Afro-Amerika. Setelah upacara pernikahan, pengantin baru akan melompati sapu bersama, yang melambangkan pembersihan dari masa lalu dan awal yang baru dalam kehidupan pernikahan. Tradisi ini juga mencerminkan persatuan, kerja sama, dan komitmen untuk membangun masa depan bersama.

5. Ritual Membawa Pengantin di India

Di India, salah satu tradisi menarik adalah pengantin wanita akan dibawa ke rumah pengantin pria dalam prosesi yang megah. Dalam beberapa budaya, pengantin pria menunggang kuda atau bahkan gajah, sementara keluarganya mengiringi dengan musik dan tarian. Tradisi ini menunjukkan transisi pengantin wanita dari keluarganya ke kehidupan baru di rumah suaminya.

 

Pernikahan adalah perayaan cinta dan komitmen, namun cara merayakannya bisa sangat bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya. Setiap tradisi memiliki makna mendalam yang tidak hanya mempersatukan dua individu, tetapi juga melibatkan keluarga dan komunitas dalam prosesi yang indah dan penuh simbol. Tradisi pernikahan ini mencerminkan keragaman budaya dunia dan menunjukkan bagaimana cinta dirayakan dengan cara-cara unik di berbagai belahan dunia.

http://bintang5.id/5-tradisi-unik-pernikahan-di-berbagai-negara-yang-wajib-kamu-ketahui/