Senin pagi itu, Inayah sedang duduk di beranda rumahnya, sambil menikmati secangkir teh hangat. Udara pagi terasa segar, tetapi ada kegelisahan di hatinya. Di atas meja, tergeletak dua surat keputusan yang akan menentukan masa depannya. Surat pertama yang diperolehnya, merupakan tawaran pekerjaan dari sebuah perusahaan terbesar di kota dengan gaji yang fantastis. Surat kedua adalah undangan yang mengajaknya bergabung dengan sebuah program sosial di desa terpencil.
Kedua pilihan itu adalah impian Inayah, menarik namun dengan arah yang
berlawanan.
“Mana yang harus kupilih?”
batinnya berulang kali.
Pikiran itu membebaninya sehingga
Inayah memutuskan untuk beristirahat sejenak. Dia mengambil mushaf Al-Quran di
meja samping tempat tidurnya, sambil membuka acak halaman, lalu memandang ayat
yang terbaca. Di sana tertulis, “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu.” (QS. At-Talaq: 2-3)
Tak terasa, air mata Inayah
mengalir pelan. Dia teringat pesan almarhum ayahnya,
“ Jangan takut untuk memilih
jalan yang benar, Nak. Allah akan selalu mencukupi hamba-Nya yang berusaha dan
bertawakal.”
Hari itu menjadi saat di mana
Inayah mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Inayah memilih untuk bergabung
dengan program sosial di desa terpencil. Keputusan itu memberikan ketenangan
bagi hatinya, dia tahu bahwa jalan ini tidaklah mudah.
Hari-hari berlalu, tahun-tahun
berganti, dan Inayah merasakan kehidupannya penuh berkah. Meskipun hidup
sederhana, ada kebahagiaan yang terpancar dari senyuman anak-anak didiknya
ketika mereka belajar menulis dan membaca.
Itu semua adalah hadiah yang tak ternilai bagi Inayah. Tidak
disangka-sangka, kesempatan baru datang kepada Inayah. Dia mendapatkan undangan
untuk berbicara di forum-forum pendidikan dan menceritakan perjuangannya yang
menginspirasi banyak orang.
Inayah tersenyum bahagia,
mengenang keberaniannya memilih jalan yang tampak sulit di awal, tetapi
ternyata membawanya pada kebahagiaan yang lebih besar dari yang pernah dia
bayangkan.
No comments:
Post a Comment