Tuesday, July 29, 2025

5 Kepribadian MBTI yang Sering Mengalami Insomnia

Konten [Tampil]

Ilustrasi seorang wanita mengalami insomnia. (unplash.com/Megan te Boekhorst)

Kenali 5 kepribadian MBTI yang sering mengalami insomnia. Apakah kamu salah satunya? Temukan alasan dan cara mengatasinya.

Insomnia sering kali dianggap sebagai akibat dari stres atau gaya hidup yang tidak sehat. Tak hanya gaya hidup, kepribadian juga ikut memengaruhi pola dan kualitas tidur seseorang. Dalam artikel ini, kita akan membahas 5 kepribadian MBTI yang sering mengalami insomnia

Apa Itu MBTI?

MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) merupakan tes kepribadian yang membagi individu ke dalam 16 tipe berdasarkan empat dimensi utama.:

  • Introvert (I) vs Ekstrovert (E)

  • Sensing (S) vs Intuition (N)

  • Thinking (T) vs Feeling (F)

  • Judging (J) vs Perceiving (P)

Kombinasi dari keempat aspek ini membentuk tipe kepribadian yang unik. Beberapa di antaranya memiliki kecenderungan sulit tidur karena aktivitas mental yang tinggi atau emosi yang mendalam.


Lima MBTI Rentan Mengalami Insomnia

Berikut ini lima kepribadian MBTI yang sangat rentan mengalami insomnia dan mempengaruhi hidupnya:

1. INFP – Si Pemikir Idealistis

INFP memiliki imajinasi yang kuat dan sering kali memikirkan banyak hal sebelum tidur. Mereka cenderung larut dalam perasaan dan bayangan masa depan, sehingga susah tertidur meski tubuh sudah lelah.

2. INFJ – Si Perasa yang Mendalam

INFJ dikenal karena kedalaman emosinya. Mereka kerap memikirkan perasaan orang lain dan konflik sosial. Aktivitas mental ini bisa berlangsung hingga malam hari, membuat mereka lebih mudah terkena insomnia.

3. INTJ – Si Perencana yang Tak Pernah Diam

INTJ punya otak yang aktif dan penuh strategi. Bahkan saat hendak tidur, mereka bisa terus memikirkan rencana masa depan, proyek penting, atau ide-ide besar, yang membuat otak sulit berhenti bekerja.

4. ENTP – Si Idealis Penuh Energi

ENTP selalu punya ide baru, bahkan di malam hari. Tipe ini sering merasa paling kreatif justru saat menjelang tidur. Ironisnya, lonjakan ide  yang sering muncul di malam hari justru mendorong mereka untuk terus terjaga.

5. INTP – Si Analis yang Tak Bisa Berhenti Berpikir

INTP senang menjelajahi logika dan konsep. Mereka bisa tenggelam dalam dunia berpikirnya sendiri dan lupa waktu, termasuk saat tubuh sebenarnya sudah butuh istirahat. Ini membuat mereka sangat rentan terhadap insomnia.

Kenali Tipe MBTI dan Atasi Insomnia Sejak Dini

Dengan memahami bahwa kamu termasuk 5 kepribadian MBTI yang sering mengalami insomnia, kamu bisa mulai menerapkan cara-cara untuk mengelola pikiran dan emosi menjelang tidur. Mulai dari journaling, meditasi ringan, menghindari layar ponsel sebelum tidur, hingga menciptakan suasana kamar yang nyaman dan tenang.

Ingat, tidur yang cukup adalah fondasi penting bagi kesehatan fisik dan mental. Yuk, kenali kepribadianmu dan jaga kualitas tidurmu mulai hari ini!

Penutup

Dengan memahami tipe MBTI dan bagaimana pengaruhnya terhadap kebiasaan tidur, kamu bisa mulai mengambil langkah kecil untuk memperbaiki kualitas istirahatmu. Karena tidur yang cukup bukan hanya kebutuhan, tapi juga bentuk cinta pada diri sendiri.

Monday, July 28, 2025

Bookfluencer Pemula? Ini Langkah Awalmu

Konten [Tampil]

Ilustrasi seseorang membaca buku.(UnPlash.com/Priscilla du Preez)

Ingin menjadi bookfluencer tapi bingung mulai dari mana? Menjadi seorang bookfluencer bukanlah proses instan. Perjalanan ini memerlukan ketekunan, eksperimen, evaluasi, dan keberanian untuk terus mencoba hal-hal baru. Saya sendiri memulai langkah ini setelah bergabung dengan komunitas Bookstagram Writing Innovation, yang didirikan oleh Indari Mastuti.

Komunitas ini tidak hanya memberikan wadah untuk belajar membuat konten seputar buku, tetapi juga membangun ekosistem positif untuk tumbuh bersama para book creator lainnya.

Kini, di dunia literasi digital, membuka peluang besar bagi siapa saja yang mencintai buku untuk berbagi, menginspirasi, dan membangun audiens. Artikel ini akan memandu langkah-langkah awal menjadi bookfluencer, mulai dari bergabung dengan komunitas buku hingga membangun personal branding yang kuat.

Panduan Praktis Menjadi Bookfluencer Pemula

Berikut ini beberapa langkah yang harus kamu lakukan sebagai bookfluencer pemula:

1.    Menemukan Pola Konten yang Tepat

Sebagai langkah awal, lakukan eksperimen dengan berbagai gaya posting. Dengan mencoba berbagai format video, font, warna, hingga waktu upload yang berbeda. Dari proses itu, akhirnya akan menemukan pola konten yang paling cocok sesuai niche kamu.

Hasilnya, algoritma media sosial menjadi lebih ramah, jangkauan meningkat, dan interaksi dengan audiens semakin terbangun. Kunci utama dalam membangun personal branding sebagai bookfluencer adalah konsistensi dan keberanian untuk bereksperimen.

2.    Evaluasi Waktu Live dan Interaksi

Pentingnya mengevaluasi waktu live dan interaksi kepada audiens. Dengan cara mempelajari insight dan kebiasaan audiens kamu. Itu semua, untuk melihat kapan waktu yang tepat interaksi agar lebih banyak audiens yang hadir dan suasana live terasa lebih hidup.

Selain itu, mencoba lebih aktif berinteraksi di kolom komentar dan Instagram Story. Hal ini membuat hubungan dengan audiens terasa lebih dekat dan hangat.

3.    Mengoptimalkan Fitur Draft Instagram

Salah satu strategi paling praktis yang diperoleh dari Teh Indari Mastuti adalah memanfaatkan fitur draft di Instagram. Semua ide konten simpan di draft, sehingga bisa diposting kapan saja tanpa harus menggunakan aplikasi penjadwalan.

Menurut Teh Indari, strategi ini membantu menghemat waktu dan tetap menjaga konsistensi tanpa mengorbankan peran penting lainnya, seperti menjadi ibu dan pebisnis. Dengan menyimpan konten di draft, mempermudah mengevaluasi performa dan menyesuaikan waktu posting yang efektif.

4.    Kolaborasi dan Podcast Inspiratif

Mulai berkolaborasi dengan sesama bookfluencer. Salah satunya adalah mengirimkan buku secara gratis untuk mereka review. Selain itu, membuat podcast bersama tim internal atau keluarga, karena inspirasi sering kali lahir dari lingkungan terdekat.

Langkah ini bukan hanya memperluas jangkauan audiens, melainkan juga memperkuat komunitas literasi yang saling mendukung.

 

Tahapan Praktis untuk Bookfluencer Pemula

Bagi kamu yang baru bergabung di komunitas Bookstagram Writing Innovation, berikut tahapan awal yang bisa kamu coba:

·     Perbarui bio Instagram agar sesuai dengan branding kamu sebagai penulis atau pecinta buku.

·      Siapkan link di bio, misalnya link order buku atau akun bisnis lainnya.

·      Mulai review buku, dimulai dari buku Writing Innovation atau buku koleksi pribadi.

·      Gunakan CapCut untuk membuat video menarik dengan gaya khas.

·      Bangun identitas visual, seperti font, warna, dan lagu favorit yang bisa jadi ciri khasmu.

 

Penutup

Perjalanan menjadi bookfluencer adalah proses bertumbuh, bukan sekadar viral. Dibutuhkan niat, aksi, dan komunitas yang mendukung. Komunitas Writing Innovation menjadi rumah belajar yang menyenangkan dan penuh inspirasi.

Jika kamu ingin membagikan semangat literasi lewat media sosial, sekaranglah waktunya memulai perjalananmu sebagai bookfluencer pemula. Langkah kecil hari ini akan menjadi lompatan besar esok hari.

Tuesday, July 22, 2025

Rahasia Penulis Produktif: Isi Kepala dengan Kata-Kata

Konten [Tampil]

Ilustrasi tangan seorang penulis sedang menulis. (pexels.com/cottonbro studio)

Rahasia penulis produktif bukanlah kemampuan menulis cepat semata, tetapi bagaimana menjaga kepala tetap penuh dengan kata-kata. Pagi ini (22 Juli 2025) aku menyimak Live Instagram Teh Indari, yang mengangkat tema menarik: "Rahasia Penulis Produktif: Nulis Banyak Tanpa Kehabisan Ide." Sebagai penulis yang juga aktif membuat konten digital dan mengikuti berbagai kelas menulis, aku merasa sangat relate dengan satu pertanyaan ini: “Bagaimana caranya tetap menulis tanpa kehabisan ide?”

Jawabannya sederhana,tetapi begitu dalam yakni: "isi kepalamu dengan kata-kata."

Buku, Sumber Kehidupan Kata

Teh Indari membagikan rahasia penulis produktif dari pengalamannya. Salah satu yang paling berkesan adalah pentingnya membaca, baik membaca buku orang lain maupun buku yang pernah ditulis sendiri. Ternyata, membaca kembali karya kita bisa menjadi cara untuk menyulut ide-ide baru yang selama ini tersembunyi.

Contohnya, ketika ia membuka kembali buku Melangit dan membaca bab berjudul “Ketika Jalan Berliku, Menulis adalah Waktu”, muncul pemikiran baru soal manajemen waktu untuk penulis. Dari satu kalimat, tumbuhlah gagasan tulisan baru.

Dari sini aku belajar, bahwa buku bisa menjadi tempat kita pulang saat ide terasa buntu. Ia memberi ruang untuk melihat ulang pikiran-pikiran yang mungkin terlewat.

Rahasia Penulis Produktif: Tangkap Ide Saat Masih Hangat

Salah satu rahasia penulis produktif yang penting adalah mencatat ide secepat mungkin. Dalam Live tadi, Teh Indari menyarankan agar selalu membawa notebook kecil saat membaca, karena inspirasi bisa datang tiba-tiba dan cepat menguap.

Aku langsung teringat tumpukan kertas dan catatan berserakan di sudut meja. Beberapa hanya berisi satu kalimat, atau bahkan satu kata. Namun dari pengalaman, kalimat-kalimat itulah yang kadang menjadi awal dari tulisan panjang.

Menulis ide saat masih hangat seperti menangkap api kecil sebelum padam. Satu kalimat hari ini, bisa jadi satu artikel esok hari.

Buku Melahirkan Banyak Gagasan

Teh Indari juga membandingkan buku dan artikel. Artikel biasanya membahas satu topik, sedangkan buku membuka banyak ruang untuk eksplorasi. Dari satu bab saja, bisa muncul beragam sudut pandang dan ide tulisan baru.

Karena itulah, membaca adalah kebutuhan utama penulis. Tanpa membaca, kita akan kehabisan kosa kata dan referensi. “Kalau mau terus menulis, maka bacalah,” kata Teh Indari.

Kata-kata itu menusukku dengan lembut. Mengingatkanku pada hari-hari ketika aku membaca hanya untuk menyelesaikan, bukan untuk menyerap. Kini aku tahu, membaca dengan hati adalah cara menjaga kepala tetap kaya kata. 

Penutup

Pagi ini aku tidak hanya mendapatkan strategi menulis, tetapi juga motivasi baru untuk terus menulis. Melalui Live Instagram ini, aku kembali diingatkan bahwa menjadi penulis bukan tentang seberapa cepat kita menulis, tapi seberapa tekun kita mengisi kepala dengan kata-kata.

Rahasia penulis produktif ternyata tidak serumit itu: membaca, menangkap ide, mencatat, lalu menuliskannya dengan jujur. Dan tentu saja, menjaga semangat lewat komunitas dan pembelajaran yang berkelanjutan.

“Semoga sharing ini bisa men-trigger teman-teman untuk melanjutkan perjuangan menulisnya,” ucap Teh Indari menutup Live-nya.

Aku menutup catatan hari ini dengan senyum. Karena setiap kata yang kutulis hari ini adalah bentuk kecil dari perjuangan itu sendiri.

Sunday, July 20, 2025

Dari Konten ke Kontrak: Strategi Penulis Dilirik Penerbit

Konten [Tampil]

Ilustrasi penulis sedang mengetik laptop dengan catatan dan buku di meja. Photo by Krismas on Unsplash

Di era digital saat ini, menjadi penulis bukan lagi sekadar menyusun kata dan ide. Dunia literasi kini menuntut lebih dari sekadar tulisan yang bagus. Penerbit tidak hanya mencari naskah berkualitas, tetapi juga sosok penulis yang kredibel, punya audiens, dan mampu memasarkan karyanya secara aktif, terutama melalui media sosial.

Banyak penulis merasa telah menulis dengan baik, namun naskah mereka tetap tidak dilirik penerbit. Dalam sesi live Instagram tanggal 19 Juli 2025 bersama Indari Mastuti dan Mister Izi (Nur Ahmad Faizi), terungkap bahwa keberhasilan menembus penerbit mayor sangat bergantung pada strategi. Bukan hanya kemampuan menulis, tetapi bagaimana membangun konten dan positioning diri sebagai penulis.

Maka, jika kamu ingin karya dilirik dan dikontrak penerbit, inilah saatnya mengubah mindset dari sekadar menulis menjadi personal brand builder. Di artikel ini akan membahas lima strategi yang dapat membantumu tampil menonjol di mata penerbit.

Lima Strategi Penulis Agar Dilirik Penerbit

Berikut ini startegi kamu agar tulisan dapat menarik perhatian penerbit:

1.  Menulis dengan Target Pembaca yang Jelas

Sebelum berharap naskahmu dipertimbangkan, pastikan kamu tahu siapa yang kamu tuju. Apakah pembacamu ibu rumah tangga? Mahasiswa? Pekerja kreatif? Remaja?

Penerbit cenderung memilih naskah yang memiliki target pembaca yang jelas dan terarah. Hindari menulis untuk “semua orang.” Semakin jelas target pembacamu, semakin mudah penerbit menilai potensi pasarnya.

2. Bangun Konten Bernilai dan Konsisten

Jejak digital kini menjadi pertimbangan utama penerbit. Apa yang kamu bagikan di media sosial, blog, atau platform seperti Medium dan X (Twitter), mencerminkan identitas dan kualitasmu sebagai penulis.

Jika kamu menulis buku pengembangan diri, kontenmu sebaiknya mendukung topik tersebut, misalnya melalui:

  • Kutipan inspiratif

  • Cerita pengalaman pribadi

  • Thread edukatif atau carousel singkat

Tips membangun konten:

  • Posting rutin 2–3 kali seminggu

  • Sajikan nilai (edukasi, motivasi, solusi)

  • Libatkan audiens (polling, pertanyaan terbuka)

3. Bangun Personal Branding sebagai Penulis

Personal branding bukan sekadar pencitraan, tapi membangun persepsi yang kuat dan konsisten tentang siapa kamu sebagai penulis.

Gunakan bio di media sosial untuk memperkenalkan dirimu secara ringkas, contohnya:

Penulis buku pengasuhan Islami | Aktif di komunitas ibu menulis | Menulis dari hati

Lengkapi dengan:

  • Highlight testimoni pembaca

  • Portofolio tulisan

  • Dokumentasi kegiatan komunitas atau pelatihan menulis yang pernah kamu isi

4. Perluas Jaringan dan Ikut Komunitas Menulis

Komunitas kepenulisan seperti Indscript Creative (Komunitas Writing Innovation), Ufuk Literasi, atau kelompok menulis daerah dapat membuka jalan menuju penerbitan.

Manfaat aktif di komunitas:

  • Mendapat insight dari mentor berpengalaman

  • Mengenal editor atau penerbit langsung

  • Berpartisipasi dalam tantangan menulis dengan peluang terbit

5.  Pitching yang Jelas dan Meyakinkan

Ketika mengirimkan naskah ke penerbit, buatlah pitch yang profesional. Jangan hanya mengirim naskah utuh, sertakan:

  • Proposal naskah (sinopsis, segmentasi pasar, keunikan isi)

  • Profil penulis (bio singkat, akun media sosial, aktivitas literasi)

  • Contoh konten digital atau testimoni dari pembaca

Penerbit cenderung lebih yakin pada penulis yang tidak hanya punya tulisan bagus, tetapi juga punya jejak digital dan calon pembaca yang nyata.

Penutup

Dunia penulisan telah berubah. Tak cukup hanya menulis buku yang bagus—kamu perlu membangun strategi agar dilirik dan dikontrak penerbit. Mulai dari membuat konten yang relevan, memperkuat personal branding, hingga memperluas jejaring. Karena dari situlah, konten bisa menjelma menjadi kontrak.

Jika kamu ingin belajar langsung dan memperbesar peluang menerbitkan naskahmu, bergabunglah dalam program Writing Innovation dari Indscript Creative.
 Info selengkapnya: DM ke @tehindari

Friday, July 11, 2025

Writer’s Block? Ini Tips Psikologis untuk Pulihkan Semangat

Konten [Tampil]

Ilustrasi seorang wanita di depan laptop dengan ekspresi bingung dan banyak berpikir. (pexels.com/ Anna Shvets)

Writer’s block adalah momok bagi banyak penulis. Saat ide terasa buntu, semangat menguap, dan jari enggan menari di atas keyboard, banyak yang merasa kehilangan arah. Kondisi ini bukan sekadar masalah teknis, tapi sering kali berkaitan erat dengan kesehatan mental dan emosional.

Dalam artikel ini, kita akan membahas cara mengatasi writer’s block dari sisi psikologis. Bukan sekadar tips teknis menulis, tetapi juga menyelami sisi dalam seorang penulis untuk memulihkan semangat dan kembali mencintai proses menulis.

Apa Itu Writer’s Block dan Mengapa Bisa Terjadi?

Writer’s block adalah kondisi ketika seorang penulis merasa kesulitan untuk menulis atau bahkan tidak mampu menghasilkan tulisan sama sekali. Fenomena ini bisa menyerang siapa pun, baik penulis pemula maupun profesional yang seringkali datang tanpa diduga.

Penyebab Writer’s Block

Berikut ini beberapa hal yang menyebabkan penulis mengalami writer’s block:

1.        Perfeksionisme

Penulis merasa tulisannya belum cukup bagus, sehingga terus-menerus mengoreksi atau menunda menulis.

2.         Kelelahan Mental atau Fisik

Kurang tidur, stres, atau beban pikiran yang berat dapat menghambat aliran ide dan kreativitas.

3.        Sulit Menemukan ide Baru

Tidak ada ide segar atau lingkungan yang tidak mendukung bisa membuat otak terasa “kosong.”

4.         Ketakutan Akan Penilaian

Rasa takut terhadap kritik atau kegagalan bisa membuat penulis ragu menuangkan pikirannya.

5.         Tekanan emosional

Kondisi emosional seperti kesedihan, kecemasan, atau pengalaman traumatis dapat mengganggu konsentrasi dan menghambat proses menulis.

6.         Tidak Ada Tujuan yang Jelas

Menulis tanpa arah atau target bisa membuat motivasi cepat menghilang.

Gejala Psikologis yang Muncul

Berikut beberapa gejala psikologis yang sering muncul saat sedang mengalami writer's block:

Mudah frustrasi saat menulis

- Merasa tidak percaya diri terhadap tulisan sendiri

- Menunda pekerjaan terus-menerus (prokrastinasi)

- Merasa terjebak atau cemas saat di depan layar kosong


Tips Psikologis untuk Mengatasi Writer’s Block

Berikut tips psikologis cara mengatasi saat mengalami writer's block:

1. Kenali dan Terima Emosi yang Muncul

Self-awareness adalah langkah pertama. Tanyakan pada diri:

  • Apakah aku sedang kelelahan?
  • Apakah aku takut ditolak atau dinilai?
  • Apakah aku membandingkan diri dengan penulis lain?

Menerima emosi adalah bagian dari healing. Menerima rasa malas atau cemas dan pahami dulu sumbernya. 

2. Ubah Pola Pikir: Menulis Bukan Harus Sempurna

Perfeksionisme sering kali melumpuhkan kreativitas. Ingatkanlah diri bahwa:

  • Tulisan pertama tidak harus langsung bagus
  • Yang penting adalah menyelesaikan, bukan menyenangkan semua orang
  • Gunakan afirmasi seperti: “Aku izinkan diriku menulis seadanya dulu.”

3. Bangun Rutinitas Ringan dan Menyenangkan

Daripada memaksakan target besar, cobalah bangun kebiasaan kecil, seperti dibawah ini:

  • Tulis 5–10 menit per hari
  • Gunakan jurnal harian untuk curhat bebas
  • Tulis dengan tangan untuk variasi stimulus otak

Rutinitas yang ringan bisa mengembalikan kenikmatan menulis tanpa tekanan.

4. Ciptakan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan fisik dan sosial punya dampak besar dalam menulis, maka:

  • Pilih tempat menulis yang nyaman dan minim distraksi
  • Hindari media sosial saat sedang stuck
  • Bergabunglah dengan komunitas menulis yang suportif
  • Bertemu sesama penulis bisa mengurangi perasaan sendiri atau tidak mampu.

5. Jaga Kesehatan Mental Secara Umum

Kondisi mental yang stabil sangat mendukung produktivitas kita dalam menulis, maka pentingnya untuk selalu:

  • Tidur cukup dan makan teratur
  • Luangkan waktu untuk aktivitas menyenangkan selain menulis
  • Jangan ragu mencari bantuan profesional jika stres berlarut

Menulis yang sehat dimulai dari penulis yang sehat.

 

Penutup

Writer’s block bukan akhir dari segalanya. Itu hanyalah tanda bahwa tubuh dan pikiran sedang meminta waktu untuk beristirahat atau menyesuaikan diri. Dengan memahami sisi psikologis di balik kebuntuan ide, kita bisa lebih bijak dan lembut pada diri sendiri.


Tuesday, July 8, 2025

Indari Mastuti: Inspirasi Menulis dan Berdakwah

Konten [Tampil]

 

Ilustrasi seorang wanita muslim menulis di buku harian. (pexels.com/

Oktay Köseoğlu)

“Menulis adalah bagian dari dakwah. Dengan tulisan, kita bisa menyebarkan kebaikan dan menjangkau lebih banyak orang.”

Indari Mastuti

Aku menulis bukan karena merasa pintar. Bukan pula karena ingin terlihat hebat. Aku menulis karena butuh tempat menumpahkan isi hati dan tak selalu ada orang yang bisa mendengarkan.

Dulu, menulis adalah caraku mencatat hal-hal kecil: rasa marah, cinta diam-diam, dan cerita remaja dalam buku diary. Tapi kini, saat menjadi ibu rumah tangga, menulis menjadi caraku untuk tetap waras di tengah rutinitas.

Hingga suatu hari aku menemukan kembali gairah itu, saat melihat iklan webinar “Nulis Jadi Cuan”. Dari sanalah aku mengenal lebih dekat sosok yang luar biasa,Teh Indari Mastuti, founder Indscript Creative, pelopor inovasi literasi, dan perempuan penggerak perubahan dari balik layar rumahnya.

Meskipun awalnya aku tak sempat ikut sesi utama karena pindahan rumah mendadak, Allah izinkan aku hadir di sesi ulang. Saat itu, sambil mengatur barang-barang di rumah baru, aku menyimak pemaparan Teh Indari dan jujur, aku terpaku.

“Jangan tunggu waktu luang untuk menulis. Sisihkan waktu, minimal 10 menit sehari,” katanya tegas namun hangat.

Kata-kata itu menusuk lembut ke dalam kesadaranku. Dulu aku hanya menulis saat sempat atau saat sedang merasa baik. Namun kini, aku mulai menulis agar tetap baik. Setiap hari 10 menit, dan itu cukup untuk membuatku merasa hadir bagi diriku sendiri.

Ketika aku mengalami kehilangan motivasi, di saat itulah aku mendapat kejutan: video call dari Teh Indari  secara langsung. Itu adalah bagian dari program Video Call Silaturahmi yang sedang dijalankan Indscript Creative. Dalam percakapan singkat tetapi sangat bermakna, beliau berkata:

“Menulis adalah bagian dari dakwah. Melalui tulisan, kita bisa menyebarkan kebaikan.”

Teh Indari juga menekankan pentingnya personal branding dan tidak hanya mengandalkan peluang dari satu platform. Beliau mendorong kami untuk mulai menawarkan jasa menulis sendiri baik review produk, artikel profil, bisnis UMKM, dan banyak lagi.

Dari dorongan itu, aku memberanikan diri bergabung di Sribulancer. Hasilnya? Dalam waktu singkat, 14 job menulis aku kerjakan. Dari menulis, aku tidak hanya sembuh… tapi juga bertumbuh.

Menulis Bukan Lagi Sekadar Kata, Tapi Jalan Kehidupan

Menulis bukan lagi hanya tentang meluapkan perasaan. Ia telah menjadi jalan dakwah—jalan untuk berbagi nilai, menyentuh hati, dan menyampaikan pesan kebaikan kepada dunia. Dalam setiap kalimat yang kutulis, ada niat untuk menebar manfaat. Dalam setiap paragraf, ada harapan agar tulisan ini menjadi bagian dari amal yang terus mengalir.

Tetap Menulis Meski Mood Menghilang

Tak dipungkiri, ada hari-hari saat mood menulis lenyap. Aku termenung di depan layar kosong, jari-jari enggan bergerak, dan pikiranku mengembara ke hal-hal remeh. Tapi aku belajar dari pesan Teh Indari: “Jangan tunggu mood, tapi biasakan menulis.”

Menulis itu seperti shalat—bukan soal sedang ingin atau tidak, tapi tentang komitmen untuk hadir setiap hari.

Kini, meski tak selalu bersemangat, aku tetap menulis. Meski pendek, asal konsisten. Karena aku percaya, dari kebiasaan kecil inilah, semangat besar akan tumbuh kembali.

Penutup

Kini, menulis bukan lagi sekadar pelarian. Ia adalah jalan dakwah, jalan untuk tumbuh, dan langkah kecil menuju ridha-Nya. Meski mood terkadang memudar, aku memilih tetap hadir, tetap menulis, meski hanya satu paragraf sehari.

Karena aku percaya, selama masih ada kata yang bisa ditulis, masih ada kebaikan yang bisa disebarkan. Dan selama masih ada satu orang yang membaca, maka menulis tetap layak diperjuangkan.

Terima kasih, Teh Indari, telah menyalakan kembali bara semangat dalam jiwaku. Aku akan terus menulis. Untuk Allah, untuk sesama, untuk diriku sendiri.

Saturday, July 5, 2025

7 Cara Menenangkan Diri dari Stres Secara Alami dan Efektif

Konten [Tampil]

Ilustrasi journaling untuk mengatasi stres. (pexels.com/

Alina Vilchenko)

Temukan 7 cara menenangkan diri dari stres secara alami dan efektif. Redakan tekanan pikiran dengan langkah sederhana dan menyejukkan hati.

Setiap orang pasti pernah merasa lelah secara mental. Mulai dari tuntutan pekerjaan, tekanan keluarga, hingga beban pikiran yang menumpuk sering kali memicu stres yang tak terlihat. Jika dibiarkan, stres bisa mengganggu kesehatan fisik dan emosional.

Namun, kamu tidak harus menunggu keadaan menjadi parah untuk bertindak. Ada banyak cara menyegarkan pikiran dari stres yang bisa dilakukan secara alami dan sederhana. Artikel ini akan membantumu menemukan langkah-langkah efektif agar pikiran kembali jernih dan hati terasa lebih tenang.

Apa Penyebab Stres Itu?

Stres bisa muncul dari berbagai situasi, baik yang besar maupun kecil. Beberapa penyebab umum stres antara lain:

1.         Tekanan pekerjaan

Deadline, tuntutan performa, dan konflik dengan rekan kerja sering menjadi pemicu utama terjadinya stres.

 

2.         Masalah keuangan

Ketidakstabilan ekonomi atau utang dapat memicu kecemasan berlebih dan stres

 

3.         Hubungan pribadi

Pertengkaran dengan pasangan, anak, atau orang tua bisa menguras energi emosional.

 

4.         Perubahan hidup

Pindah rumah, kehilangan orang tercinta, atau transisi hidup lainnya dapat memicu stres emosional.

 

5.         Perfeksionisme dan ekspektasi diri

Terlalu keras pada diri sendiri juga bisa membuat kita kelelahan mental.

 

6.         Kondisi kesehatan fisik

Penyakit kronis, gangguan hormon, atau kurang tidur turut berkontribusi pada stres.

 

Mengidentifikasi sumber stres menjadi awal penting untuk mengelola dampaknya secara sehat. Dengan mengenali akar masalah, kita bisa mencari cara untuk merilekskan diri yang paling sesuai.

 

7 Cara Menenangkan Diri dari Stres Secara Alami dan Efektif

Berikut ini beberapa cara mengatasi stres yang bisa kamu coba:

1. Lakukan Teknik Pernapasan Dalam

Pernapasan dalam merupakan teknik awal yang mampu meredakan ketegangan saraf. Lakukan dengan perlahan: tarik napas perlahan, tahan sebentar, lalu hembuskan napas secara lembut. Ulangi hingga kamu merasa lebih tenang.

 

2. Menulis di Jurnal Emosi

Menulis bisa menjadi cara efektif untuk mengeluarkan unek-unek. Gunakan jurnal harian untuk mencurahkan isi hati dan meredakan beban pikiran.

 

3. Jauhkan Diri dari Pemicu Stres

Kadang kamu hanya butuh jarak. Matikan notifikasi ponsel, hindari percakapan yang memicu, dan berikan waktu untuk dirimu sendiri.

 

4. Berjalan di Alam Terbuka

Berinteraksi dengan alam adalah cara alami menenangkan hati dan pikiran. Coba berjalan pagi di taman atau mendengarkan suara burung dan dedaunan.

 

5. Dengarkan Musik Relaksasi

Musik bisa memengaruhi suasana hati. Pilih playlist dengan nada-nada menenangkan, seperti musik instrumental atau suara hujan.

 

6. Ucapkan Afirmasi Positif atau Doa

Afirmasi seperti “Aku kuat” atau doa yang kamu yakini bisa menjadi penopang batin yang memberi ketenangan saat stres datang.

 

7. Bicaralah dengan Orang Terdekat

Jangan simpan semuanya sendiri. Bicara dengan teman, pasangan, atau konselor bisa menjadi cara mengatasi stres yang sehat dan aman.

 

Penutup

Dengan carasederhana dan alami, kamu bisa menenangkan diri dari stress. Meskipun mengalami stres adalah hal lumrah, tetapi bukan berarti segalanya telah berakhir. Rawatlah dirimu dengan penuh kasih sayang, mulai dari hal-hal kecil. Ingat, kamu berhak merasa damai dan tidak menunggu stres menguasai hidupmu.

Terapkan cara-cara sederhana di atas agar hati dan pikiran kembali damai. Stres boleh hadir, tetapi kamu tetap punya kendali. Setiap usaha untuk pulih merupakan bentuk dari cinta pada diri sendiri.

 

Friday, July 4, 2025

7 Cara Efektif Mengatasi Overthinking Setiap Hari

Konten [Tampil]



Ilustrasi seorang wanita memegang kepalanya. (pexels.com/David Garrison)

Temukan 7 cara efektif mengatasi overthinking setiap hari agar hidup lebih tenang, fokus, dan bebas dari pikiran negatif yang berlebihan.

Overthinking atau berpikir secara berlebihan bisa menjadi jebakan mental yang menguras energi, mengganggu fokus, dan memicu stres. Banyak orang mengalaminya setiap hari, tanpa sadar terjebak dalam pikiran negatif yang berulang. Jika dibiarkan, berpikir secara berlebihan dapat mengganggu kesehatan mental dan produktivitas.

Kabar baiknya, kondisi ini bisa diatasi dengan langkah-langkah sederhana yang efektif. Dalam artikel ini, kita akan membahas cara efektif mengatasi berpikir secara berlebihan agar pikiran lebih tenang, hidup lebih damai, dan aktivitas harian lebih fokus.

Apa Penyebab Overthinking?

Berpikir secara berlebihan kerap terjadi karena adanya kecemasan yang berlebihan, pengalaman traumatis di masa lalu, atau kekhawatiran yang mendalam terhadap masa depan. Tekanan sosial, tuntutan hidup, dan pengalaman gagal juga dapat memicu kebiasaan berpikir berlebihan. Ketika seseorang merasa kehilangan kendali atas situasi atau terlalu khawatir dengan penilaian orang lain, pikiran negatif cenderung berputar tanpa henti.

Kurangnya kepercayaan diri dan kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain di media sosial juga memperparah kondisi ini. Tanpa disadari, terlalu banyak berpikir menjadi pola pikir yang melelahkan dan menghambat ketenangan batin serta pengambilan keputusan yang rasional.

Cara Efektif Mengatasi Berpikir secara Berlebihan

Berikut 7 cara efektif yang bisa kamu coba untuk mengatasi pikiran menganalisis secara berlebihan:

1. Sadari Pola Pikirmu

Langkah awal untuk mengatasi terlalu banyak berpikir adalah dengan menyadari bahwa pikiranmu sedang terjebak dalam proses berpikir berlebihan. Saat pikiran mulai berputar-putar tanpa arah, beri jeda sejenak dan tanyakan pada diri sendiri, “Apakah ini membantu atau hanya membuatku semakin cemas?”

2. Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan

Sering kali berpikir secara berlebihab terjadi karena kita khawatir pada hal-hal di luar kendali. Ubah fokusmu. Daripada memikirkan “bagaimana jika”, pikirkan apa yang bisa kamu lakukan sekarang. Tindakan kecil lebih bermanfaat daripada kekhawatiran besar.

3. Tuliskan Pikiranmu

Membuat jurnal atau menulis isi pikiran bisa membantu kamu melihat pola dan sumber kecemasan. Tindakan ini juga memberikan ruang bagi pikiran untuk "melepaskan" beban yang terus berputar dalam kepala.

4. Tetapkan Waktu Khusus untuk Memikirkan Masalah

Menunda berpikir bisa menjadi strategi yang sehat. Misalnya, alokasikan 10–15 menit setiap hari untuk “worry time”. Di luar waktu itu, jika pikiran negatif muncul, katakan pada diri sendiri, “Nanti saja dipikirkan.”

5. Lakukan Aktivitas Fisik

Olahraga ringan seperti jalan kaki, yoga, atau peregangan bisa membantu mengalihkan pikiran dari berpikir . Aktivitas fisik dapat merangsang pelepasan hormon endorfin yang berperan dalam meredakan stres dan rasa cemas.

6. Praktikkan Mindfulness dan Meditasi

Melatih mindfulness membantu kamu hidup di saat ini, bukan tenggelam dalam masa lalu atau khawatir akan masa depan. Meditasi 5–10 menit per hari bisa menenangkan pikiran dan memperkuat kesadaran diri.

7. Bicara dengan Orang yang Dipercaya

Kadang, berbagi pikiran dengan teman, keluarga, atau terapis bisa memberikan perspektif baru. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika berpikir secara berlebihan mulai mengganggu keseharianmu.

Penutup

Mengatasi overthinking bukan hal yang instan, tapi bukan pula hal yang mustahil. Dengan latihan dan kesadaran, kamu bisa melatih pikiran untuk lebih tenang, fokus, dan tidak larut dalam kecemasan yang tidak perlu. Ingatlah, kamu tidak perlu menjadi sempurna untuk bisa merasakan ketenangan. Cukup lakukan yang terbaik, dan biarkan sisanya berjalan sesuai waktunya.

 

Menulis: Ruang Sunyi untuk Mendengar Suara Jiwa

Konten [Tampil]

Iustrasi menulis: ruang sunyi untuk mendengar suara jiwa. (pexels.com/Polina)

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh pencapaian, menulis sering kali dipandang sebagai aktivitas yang harus menghasilkan sesuatu: buku terbit, konten viral, atau cuan dari tulisan. Namun, bagi sebagian orang—termasuk aku—menulis bukan semata soal target, melainkan panggilan jiwa. Sesuatu yang tidak selalu bisa dijelaskan, tetapi terasa begitu kuat mendorong dari dalam.

Saat Menulis Tidak Lagi Soal Jumlah Kata

Dulu, aku juga pernah menghitung-hitung berapa halaman yang kutulis dalam sehari. Aku bangga saat mampu menyelesaikan sekian ribu kata, tapi terasa hampa saat menyadari bahwa tulisanku kehilangan ruh. Kosong. Sekadar rutinitas yang dipaksa untuk memenuhi target.

Sampai pada satu titik, aku berhenti. Aku bertanya pada diriku sendiri: “Untuk apa aku menulis?”


Bukan untuk mengejar likes, bukan untuk mengisi feed. Namun, untuk menyapa bagian terdalam dari diriku yang jarang terdengar.

Menulis Sebagai Ruang Berteduh

Menulis bagiku adalah cara untuk memahami dunia, tetapi lebih dari itu: memahami diri sendiri. Dalam setiap kata yang kutulis, aku seperti membuka jendela kecil menuju isi hatiku. Kadang bahagia, kadang rapuh. Kadang marah, kadang penuh harapan.

Di tengah riuhnya dunia luar, menulis menjadi ruang berteduh. Sebuah tempat aman di mana aku boleh menangis, tertawa, jujur, dan tidak dihakimi.

Panggilan yang Tidak Bisa Ditawar

Ada saat-saat ketika aku sedang lelah, sibuk, atau bahkan ingin menyerah, tapi ada suara kecil yang memanggil. Bukan dari luar, tapi dari dalam. Suara itu berkata, “Tulis saja. Satu paragraf, satu baris pun tak apa. Yang penting kamu menulis.”

Panggilan itu tak pernah memaksa, tapi juga tak pernah benar-benar diam. Ia hadir seperti sahabat yang mengingatkan, bukan menuntut. Dan ketika aku mendengarkannya, ada rasa damai yang sulit dijelaskan.

Menulis untuk Memberi, Bukan Hanya Mengisi

Menulis bukan hanya untuk mengisi halaman kosong, tapi untuk memberi makna. Memberi ruang bagi orang lain yang sedang mencari harapan, penghiburan, atau sekadar teman senasib. Mungkin itulah mengapa menulis yang lahir dari jiwa, akan selalu menemukan jalannya sendiri menuju hati pembaca.

Penutup

Menulis memang bisa menjadi profesi, sumber penghasilan, atau jalan menuju prestasi. Tapi jangan sampai kita lupa: menulis, pertama-tama, adalah panggilan. Panggilan untuk jujur, panggilan untuk hadir bagi diri sendiri dan panggilan untuk memberi makna bagi orang lain.

Jika kamu merasa adanya panggilan itu, jangan abaikan. Dengarkan. Tuliskan. Biarkan kata-katamu tumbuh menjadi jembatan yang menghubungkan dirimu dengan dunia dan dengan jiwamu sendiri.

Thursday, July 3, 2025

Senandika: "Gema Kecemasan"

Konten [Tampil]

Ilustrasi: seseorang duduk memeluk lutut, penuh overthinking dan anxiety.(leonardo.ai

/meliafamelia)  

Ada suara di dalam kepalaku. Ia berbisik tanpa henti, seolah tak pernah lelah. Katanya, aku tak cukup baik. Katanya, dunia terlalu besar, terlalu bising, terlalu berbahaya untuk seseorang sepertiku. Setiap detik, setiap langkah, ada perasaan yang membekap, seakan aku terus-menerus berada di tepi jurang.

Kenapa hal-hal sederhana bisa terasa begitu rumit? Napasku tersengal hanya memikirkan kemungkinan yang belum tentu terjadi. Saat semua orang tampak tenang, aku dilanda badai di dalam diri sendiri. Jantungku berpacu, tanganku gemetar, dan tiba-tiba, aku kehilangan kendali atas atas diriku sendiri.

 Orang bilang, “Santai saja, itu hanya di kepalamu.”

Seakan aku bisa mematikan tombol dan semuanya akan baik-baik saja. Mereka tak tahu bagaimana rasanya terjebak dalam labirin pikiran yang tak pernah berhenti berputar. Bagaimana semua pintu seolah tertutup, kecuali satu pintu, yaitu kecemasan.

Aku ingin keluar, tapi bagaimana caranya? Ketakutan ini bukan hanya sekadar bayangan yang bisa kuabaikan. Ia nyata. Ia hadir setiap kali aku mencoba melangkah keluar dari zona nyamanku. Ia mengekangku, membisikkan ketidakmampuan, kelemahan, serta ketidakpastian. 

Namun, di tengah semua itu, ada secercah harapan. Mungkin suara itu tak akan pernah benar-benar hilang, tetapi aku bisa belajar untuk tidak selalu mendengarkannya. Aku bisa belajar untuk bernapas di tengah deru kecemasan, untuk berdiri di tengah gempuran pikiran yang meruntuhkan.

Mungkin hari ini aku masih di sini, di dalam perangkap kecemasanku. Tapi siapa tahu? Mungkin besok aku akan menemukan jalan keluar, meskipun hanya selangkah. Itupun sudah cukup, karena melawan kecemasan bukan tentang menang atau kalah, tetapi tentang bertahan dan menyadari bahwa aku lebih dari ketakutanku itu.


B0gor, 04 Juli 2025