Hatiku begitu pilu ketika mendengar penuturan cerita seorang wanita tentang perjalanan sepuluh tahun rumah tangganya. Sebut saja Santi, namanya. Bahkan akun media sosial yang diguanakn pun bukan nama asli. Aku mengenalnya karena akun ini singgah meninggal sebuah percakapan pada kontak pesan sebuah jejaringan media sosial.
Pastinya, sebagai sesama wanita aku sangat memahami bagaimana hancur berkeping-keping hati seorang istri ketika mengetahui pasangan hidup yang telah lama mendampingi selama itu, memiliki kecenderungan seksual terhadap lawan jenis.
Percakapan kami terus berlanjut walau hanya melalui chat media sosial, tetapi hatiku terenyuh membayangkan seperti apa kehidupan mereka. Seperti penuturan Santi, kehidupan rumah tangga mereka selama ini normal, sebagaimana rumah tangga lainnya. Bahkan rumah tangga mereka tampak bahagia dan sakinah dari sudut pandangan orang di sekitarnya. Tidak sedikit orang yang memuji kehidupan rumah tangga mereka selama ini, begitu yang Santi tuliskan.
Santi mengatakan, bingung tidak tahu harus bagaimana menghadapi ujian hidup ini. Pada saat itu, aku hanya bisa menenangkan hati Santi. Dalam benak pikiranku, sebuah keberanian darimana sehingga dia mau menceritakan kepada seseorang yang tidak dikenalnya.
Santi curiga melihat perubahan yang terjadi pada suaminya begitu romantis dan menjaga penampilan. Kata-kata romantis sangat sering dia ucapkan, bahkan pada hari kelahirannya mendapat kejutan yang tak terduga.
Kecurigaan Santi semakin kuat setelah membaca sebuah percakapan aplikasi whatsapp yang muncul notifikasinya, saat sang suami berada di kamar mandi. Tanpa rasa ragu, Santi membuka telepon selular suaminya.
Santi bukan
saja terkejut tapi hatinya semakin terasa sesak, membaca isi pesan itu.
“suamiku seperti bukan orang yang aku kenal sama sekali, kak “, begitu yang Santi tuliskan. Santi hanya bisa pasrah dan menyimpan luka itu sendiri. Aku berusaha membantu sebagai pendengar dan teman di dalam kebingungannya.
Seperti
ungkapan teh Indari Mastuti Founder Indscript Creative dalam acara peluncuran
buku antalogi Melintasi Badai dan Menolak Rapuh:’” Merangkul, menghapus air
matanya para perempuan dimanapun berada yang sedang melewati badai kehidupan
melalui tulisan.” Saat ini aku mencoba merangkul dan menghapus air mata Santi
dan Santi lainnya, bahwa mereka tidak sendiri.
No comments:
Post a Comment