![]() |
| Penampakan lereng Gunung Salak. (www.perumperindo.co.id) |
Indonesia sejak lama telah dikenal sebagai negeri agraris. Dari Sabang sampai Merauke, memiliki hamparan tanah yang begitu subur dan melahirkan beragam komoditas pangan yang menjadi penopang kehidupan masyarakat. Namun, di balik narasi besar itu, selalu ada cerita yang menjadi bukti nyata bahwa tanah negeri kita memang kaya. Salah satunya ada di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Suatu pagi yang cerah, embun pun masih menggantung di dedaunan ketika langkah kaki menurun jalan setapak di Desa Tajur Halang. Di kejauhan tampak Gunung Salak yang berdiri kokoh, menjadi saksi bisu bagi kehidupan petani yang menggantungkan hidupnya pada hasil bumi. Dari ladang sederhana mereka ini, lahirlah cabai merah yang pedas, jahe yang menghangatkan, bawang merah yang harum hingga edadame yang kini mulai dilirik pasar mancanegara.
Potensi itu tidak hanya ada di Desa Tajur Halang, melainkan ada juga di Desa Sukaharja yang menghasilkan sayuran segar dan melimpah. Ada juga Desa Tanjungsari menghasilkan kacang tanah yang berkualitas, Desa Palasari dengan tanaman ubinya hingga Desa Cipelang yang subur dengan berbagai rempah-rempah. Cijeruk, dengan seluruh mozaik desa-desa ini, ibarat gudang pangan yang tak akan pernah habis jika dikelola dengan baik.
Namun, potensi sebesar itu seringkali terhambat dengan akses oleh keterbatasan pasar. Selain itu, minimnya inovasi pengolahan hasil bumi serta rendahnya nilai tambah bagi para petani. Dari sini hadir sebuah inisiatif, program Desa Sejahtera Astra (DSA). Melalui program inilah, Cijeruk tidak hanya bertahan sebagai penyokong kebutuhan domestik, tetapi mulai bertransformasi menjadi “lumbung pangan sehat” yang membuka jalan menuju pasar ekspor.
Tulisan ini mencoba merekam perjalanan bagaimana tanah subur di lereng Gunung Salak menjelma menjadi peluang ekonomi sekaligus harapan masa depan bagi masyarakat Cijeruk dan bangsa.
![]() |
| Foto: Hiroshi sanjuro / Puncak Gunung Salak Dilihat dari Cijeruk, Bogor / CC BY-SA 4.0 (commons.wikimedia.org) |
Latar Belakang Desa dan Potensi
Peran DSA dalam Pengembangan Hortikultura
Perjalanan DSA dalam mengembangkan sektor hortikultura di Cijeruk tidak berhenti pada gagasan besar semata. Program ini tumbuh dari langkah-langkah nyata di lapangan. Mulai dari pemberdayaan petani, penguatan akses pasar, hingga inovasi produk lokal. Setiap kegiatan yang dijalankan memiliki benang merah yang sama, yakni menciptakan ekosistem pertanian yang sehat, mandiri, dan berdaya saing.
Berikut beberapa langkah konkret yang telah menjadi wujud nyata peran DSA di tengah masyarakat Cijeruk:
a. Penguatan Bagi Petani Lokal
Di sebuah balai desa yang sederhana, para petani duduk melingkar mengikuti pelatihan. Mereka belajar tentang penggunaan pupuk organik, teknik budidaya modern, hingga cara menjaga kualitas tanah agar tetap subur. Ada wajah-wajah yang semula ragu, perlahan berubah menjadi penuh semangat. Edukasi ini tidak hanya menambah ilmu, tetapi juga membangun rasa percaya diri bahwa mereka mampu bersaing dengan petani dari daerah lain.
b. Peningkatan Akses Pasar
Tidak lagi hanya mengandalkan pasar tradisional di Bogor, DSA membuka jalur distribusi ke Jabodetabek. Bahkan ada perbincangan serius dengan eksportir hortikultura yang tertarik membawa jahe dan edamame Cijeruk ke luar negeri. Refleksi penting muncul di sini, dengan akses pasar yang lebih luas berarti harga yang lebih stabil, dan pada akhirnya kesejahteraan petani bisa meningkat.
c. Inovasi Produk
DSA juga mendorong diversifikasi. Jahe tidak lagi sekadar dijual dalam bentuk rimpang, tetapi diolah menjadi minuman herbal instan yang praktis. Edamame dikemas beku sehingga bisa bertahan lebih lama, sementara cabai dijemur dan dijadikan cabai kering bernilai lebih tinggi. Bahkan mulai ada upaya branding: label khusus yang menandai produk “Sehat Asal Cijeruk.” Ini bukan hanya soal kemasan, tetapi soal identitas yang ingin dikenalkan ke masyarakat luas.
d. Pemberdayaan Komunitas
Yang tak kalah penting, DSA menyentuh aspek sosial. Koperasi petani dan kelompok wanita tani mulai bergerak, membuka lapangan kerja baru di sektor pascapanen dan pemasaran. Seorang ibu di Desa Cipelang bercerita bagaimana dia kini bisa membantu ekonomi keluarga dengan ikut mengolah jahe menjadi minuman serbuk. Refleksi pun mengalir: pemberdayaan bukan hanya soal uang, tetapi tentang rasa memiliki dan percaya diri masyarakat terhadap potensi mereka sendiri.
Dampak dan Manfaat Program DSA
Seiring berjalannya waktu, tanda-tanda perubahan mulai terlihat. Berikut beberapa dampak dan manfaat program DSA di Cijeruk di berbagai sektor, diantaranya:- Ekonomi
Pendapatan petani meningkat. Tidak lagi hanya mengandalkan harga pasar yang fluktuatif, mereka kini punya produk olahan dan jaringan pemasaran yang lebih stabil. Beberapa UMKM baru bermunculan, terutama yang bergerak di bidang pengolahan hasil tani.
Sosial
Gotong royong makin terasa. Warga yang dahulu bekerja sendiri-sendiri kini terbiasa berkumpul, berdiskusi, dan membangun usaha bersama. Kemandirian pangan desa mulai tumbuh. Mereka tak lagi sekadar menanam untuk kebutuhan harian, tetapi juga berorientasi pada keberlanjutan jangka panjang.
.png)
Pemandangan sawah yang indah di Cijeruk
(airterjuncijerukbogor.blogspot.com)
- Lingkungan
Dengan praktik pertanian ramah lingkungan, lahan di kaki Gunung Salak tetap terjaga. Penggunaan pupuk organik membuat tanah lebih sehat, air tetap bersih, dan keanekaragaman hayati terlindungi. Refleksi saya sebagai penulis bahwa di era perubahan iklim, langkah kecil seperti ini justru menjadi kontribusi besar.
.png)
(airterjuncijerukbogor.blogspot.com)
- Inspirasi Nasional
Melihat geliat Cijeruk, kita bisa membayangkan sebuah model desa hortikultura yang bisa ditiru daerah lain. Desa yang tidak hanya menghasilkan pangan sehat, tetapi juga punya daya saing hingga ke pasar global.
Peluang ke Depan
Cerita Cijeruk belum selesai. Justru, babak baru sedang dimulai, menandai fase di mana potensi desa tidak hanya dilihat sebagai hasil bumi, melainkan juga sebagai peluang ekonomi, edukasi, dan sosial yang lebih luas. Dari lereng Gunung Salak, visi masa depan mulai terbentuk, dan ada beberapa jalur yang bisa ditempuh untuk mewujudkannya.- Menembus Pasar Internasional: Potensi Ekspor
Jahe dan edamame Cijeruk kini menarik perhatian pasar internasional. Dengan kualitas terjaga dan produksi yang konsisten, bukan hal mustahil suatu hari nanti kemasan “Produk Desa Cijeruk – Indonesia” hadir di rak supermarket luar negeri. Bayangan itu bukan sekadar mimpi, melainkan cita-cita yang bisa dicapai lewat kerja keras petani, inovasi pengolahan, dan semangat untuk terus belajar.
- Menghidupkan Desa Lewat Pengalaman: Agro-Wisata
Selain ekspor, panorama Gunung Salak memberi modal besar bagi agro-wisata. Bayangkan paket wisata lengkap, di mana pengunjung memetik edamame langsung dari kebun, belajar membuat minuman herbal dari jahe bersama ibu-ibu desa, lalu menikmati kulainer lokal di tengah udara sejuk pegunungan. Anak-anak kota yang pertama kali mencabut edamame, atau keluarga yang belajar memetik jahe, akan pulang dengan pengalaman tak terlupakan dan rasa cinta terhadap produk lokal. Wisata berbasis pertanian ini menjadi sumber ekonomi baru sekaligus sarana edukasi bagi masyarakat luas.
- Kekuatan Bersama: Sinergi
Semua peluang besar itu tidak akan berjalan sendiri. Astra sebagai pendamping, pemerintah sebagai fasilitator, dan masyarakat sebagai pelaku utama harus berjalan beriringan. Sinergi bukan sekadar strategi ekonomi, tetapi warisan sosial berupa jalan yang dibangun, sekolah yang diperjuangkan, dan pasar yang dibuka. Berkat kolaborasi ini, akan menjadi manfaat nyata bagi generasi berikutnya. Desa hanya bisa maju jika ada kolaborasi yang kuat, dan setiap langkah kecil hari ini menentukan arah perjalanan Cijeruk pada masa depan.
Penutup
Cijeruk telah membuktikan bahwa potensi desa tidak boleh dipandang sebelah mata. Dari tanah subur di lereng Gunung Salak, lahirlah komoditas hortikultura yang mampu menopang kebutuhan domestik sekaligus membuka jalan ke pasar internasional. Melalui program Desa Sejahtera Astra, desa-desa seperti Tajurhalang, Sukaharja, Tanjungsari, Palasari, dan Cipelang bertransformasi menjadi ikon lumbung pangan sehat.![]() |
| Ilustrasi map Cijeruk, Bogor(www.maplandia.com) |
Sumber Foto dan Referensi:
https://www.perumperindo.co.id/sejarah-gunung-salak/
https://bogor-kita.com/edamame-dan-cabai-keriting-ditaman-tumpang-sari-di-desa-sukamanah/
https://www.tjapbukitmas.co.id/product-details/1?utm_source=
.png)

.jpg)
.png)
No comments:
Post a Comment