Wednesday, October 8, 2025

Jejak Buku di Jalanan Bayan: Kisah Perpustakaan Keliling Lombok

Konten [Tampil]



Beberapa waktu lalu, saat membuka Instagram, saya menemukan sebuah video wawancara sederhana. Sosok dalam video itu bukan pejabat, bukan pula selebritas, melainkan seorang lelaki bersahaja dari Lombok Utara. Namanya Asuddin Ihsan Danisa. Dari perbincangan singkat itu, saya menemukan kisah yang membuat hati bergetar: cerita tentang perpustakaan keliling di jalanan Bayan.


Tangkapan layar dari akun Instagram assudindanisa

Sebuah Perjalanan Membawa Buku

Bayangkan jalan desa di Bayan: berkelok, dikelilingi sawah, dengan udara pegunungan yang khas. Di tengah kesederhanaan itu, ada anak-anak yang menunggu dengan mata berbinar. Mereka menanti bukan mainan mahal atau gawai terbaru, melainkan buku-buku yang datang bersama motor sederhana milik Pak Asuddin.

Berbekal sekitar 120 koleksi bacaan, ia menempuh perjalanan ±13 km setiap pekan. Buku-buku itu dipinjamkan tanpa batas waktu, tanpa biaya, tanpa syarat rumit. Bagi beliau, yang penting anak-anak membaca, mengenal dunia yang lebih luas dari lembaran kertas.

Tantangan yang Mengiringi

Tentu, perjalanan ini tidak mudah. Bahan bakar motor, perawatan buku, hingga tenaga untuk bolak-balik desa semua ditanggung sendiri. Tidak ada sponsor besar, tidak ada dukungan institusi megah. Hanya semangat literasi yang menjaga langkahnya tetap kokoh.

Namun di balik semua keterbatasan itu, ada hasil yang nyata. Setiap kali ia datang, anak-anak bisa melahap dua hingga tiga buku. Antusiasme mereka adalah bukti bahwa membaca bukanlah kebiasaan yang hanya milik kota besar.

Tangkapan layar dari akun Instagram assudindanisa

Senyum Anak-anak, Cahaya Harapan

Senyum yang lahir setelah satu-dua buku selesai dibaca adalah hadiah terindah. Buku-buku yang ia bawa menjadi jendela baru, membuka cakrawala pengetahuan. Di desa yang jauh dari hiruk pikuk kota, literasi tumbuh pelan-pelan, namun dengan akar yang kuat.

Kisah ini mengingatkan saya bahwa literasi bukan semata soal gedung perpustakaan megah atau akses internet cepat. Literasi adalah keberanian untuk mengayuh asa, menebar ilmu, meski dengan langkah kecil.

Refleksi untuk Kita

Seringkali kita menganggap membaca adalah hal biasa, bahkan membosankan. Padahal di banyak pelosok, satu buku saja bisa berarti harapan baru. Dari Bayan, kita belajar bahwa perubahan bisa dimulai dari gerakan kecil, dari seorang manusia yang percaya bahwa ilmu layak diperjuangkan.

Pak Asuddin adalah contoh nyata pahlawan literasi—pahlawan yang tidak menunggu gelar, tetapi bekerja dalam senyap.

Penutup

Jejak buku di jalanan Bayan bukan sekadar cerita tentang sebuah motor dan tumpukan buku. Ia adalah kisah tentang harapan, perjuangan, dan keyakinan bahwa ilmu bisa menjangkau siapa saja. Semoga langkah Pak Asuddin menjadi amal jariyah, dan semoga kisahnya menginspirasi kita untuk ikut menyalakan api literasi, sekecil apa pun caranya.

No comments:

Post a Comment