Pada suatu sore, hujan deras mengguyur kota Bogor. Sambil menunggu dijemput oleh suami, aku menyelesaikan pekerjaan hari ini. Muncul notifikasi pada telepon selulerku, memberitahukan kalau ia sudah berada di lobi kantor. Aku bergegas merapikan berkas dan turun menemuinya. Tampak sosok laki-laki memakai jas hujan, sedang duduk di atas motor. Dengan wajah setengah basah oleh air hujan, senyumannya selalu tetap menghangatkan.
Masya Allah begitulah pengorbanan seorang suami. Sepulang bekerja seharian tetap harus menjemput sang istri. Jika cuaca sore hari sedang cerah, tentu tidak jadi kendala. Namun, di saat cuaca hujan atau musim hujan, seluruh tubuhnya sering menjadi basah kuyup.
Di tengah perjalanan pulang, kami
berhenti di sebuah tempat favorit berdua. Gerobak penjual bubur kacang hijau,
yang terletak di pinggir jalan raya menuju rumah. Penjual bubur kacang hijau
sudah mengenal kami, karena telah menjadi pelanggan tetapnya. Tercium aroma
hangat dari bubur kacang hijau yang manis, segera mengusir dingin dari tubuh
kami.
Sambil menunggu, kami duduk di bawah tenda sederhana. Bunyi gemericik air hujan di atas tenda, terdengar seperti musik yang mengiringi obrolan ringan kami. Setiap suapan bubur terasa lebih hangat dan nikmat, di bawah guyuran hujan yang tak kunjung berhenti.
Momen itu mungkin sederhana. Namun
kebersamaan di tengah hujan, dengan semangkuk bubur kacang hijau, akan selalu
menjadi kenangan manis. Itulah yang semakin menguatkan hati kami berdua.
https://www.facebook.com/share/p/kjCCV77ksdFUM4qX/
#latihan30harimenulis
#kenanganhujan_day18
#miniproject
No comments:
Post a Comment