Friday, October 11, 2024

Akhir Dilemaku

Konten [Tampil]


Aisyah memandangi laptopnya yang terbuka di atas meja. Jari-jarinya, seakan-akan menggantung di atas keyboard, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar. Di sudut lain ruangan, ponselnya bergetar lembut, mengingatkan bahwa proyek video yang dia edit di CapCut belum selesai. Di satu sisi, menulis adalah panggilan jiwanya, impiannya yang telah lama tertanam menjadi seorang penulis. Namun di sisi lain, CapCut adalah ruang kreativitas barunya, tempat dia mengekspresikan ide-ide visual yang segar dan modern.

"Apa yang harus aku kerjakan dulu?" Aisyah bertanya dalam hati. Tenggat waktu untuk naskah artikel dari penerbit semakin dekat, sementara video CapCut yang tengah viral bisa menjadi peluang besar bagi akun kreatornya untuk berkembang pesat.

Dia menatap jam dinding. Waktu terasa bergerak terlalu cepat, seolah tak memberinya cukup kesempatan untuk menyelesaikan semuanya. Sudah beberapa hari ini, Aisyah merasa terjebak di antara dunia kata-kata dan dunia visual. Dia suka menulis, tetapi editing video juga memberikan kebahagiaan tersendiri. Rasanya seperti berjalan di atas tali yang sangat tipis. Ketika salah satu langkahnya terlalu miring dapat mengakibatkan dia bisa jatuh ke satu sisi dan meninggalkan sisi lainnya.

Pagi itu, Aisyah memutuskan untuk menyelesaikan artikel yang menunggunya. Namun, tak lama setelah mulai menulis, pikirannya mengembara. Suara-suara kecil di dalam benaknya mulai menyusup, 

“Bagaimana dengan CapCut? Video kamu bisa jadi tren jika kamu mengerjakannya sekarang.” 

Dia merasa terpanggil oleh peluang untuk menciptakan konten yang viral, sesuatu yang bisa menghibur dan dilihat oleh banyak orang dengan cepat. Namun, hatinya masih tertarik pada naskah yang setengah jadi di depannya.

Waktu terus berjalan dan pikiran Aisyah terus bertarung. Dia mencoba menulis, tetapi bayangan proyek video terus menghantui. Setiap kalimat yang Aisyah ketik terasa berat, tidak mengalir seperti biasa. Dia mencintai dunia tulisan, tetapi mengedit video memberinya rasa pencapaian kepuasan yang berbeda.

“Kenapa harus memilih? Kenapa tidak bisa keduanya?” gumamnya, perasaan frustrasi mulai muncul. 

Aisyah tahu, jika dia terus memaksakan semuanya dalam satu waktu, justru yang akan terjadi adalah kelelahan. Seringkali, ketika dia terlalu memikirkan CapCut, tulisan-tulisannya menjadi datar. Di sisi lain, ketika dia fokus menulis, video-videonya kehilangan kesempatan untuk mencapai tugas-tugas pertumbuhan level creatornya.

Pada sore hari, Aisyah memutuskan untuk mengambil istirahat sejenak. Dia sedang duduk di balkon rumah, memandangi langit yang perlahan berubah warna. Pikiran-pikirannya perlahan mereda, memberikan ruang untuk refleksi. Dalam ketenangan sore itu, Aisyah menyadari sesuatu. 

"Aku harus memilih antara menulis atau menjadi creator, " gumamnya, suara hatinya kembali bertanya, Apa tujuan utamanya sejak awal?". Aisyah pun akhirnya, merenungi perjalanan di dalam dunia penulisan selama ini. 

Dia mulai berpikir, "Solusinya aku memilih menulis sebagai tujuan utama dan masih banyak lagi perjuangan yang harus aku persiapkan untuk ke depan. Biarlah, creator CapCut bukan prioritas utamaku." 

Malam itu, dengan pikiran yang lebih tenang, Aisyah mengambil selembar kertas. Dia mulai membuat perencanaan. Aisyah akan membagi waktunya secara bergantian, setiap pagi hari akan dia gunakan untuk menulis, akhir pekan dan di sela waktu senggangnya akan digunakan untuk membuat template video CapCut. Dengan langkah ini, dia tidak mengalami dilema yang selalu menghantuinya.

Dia tahu, ke depannya nanti tantangannya dalam dunia kepenulisan pasti semakin berat. Namun, dengan rencana yang lebih jelas, Aisyah merasa siap untuk terus bertahan memperjuangkan impiannya. Kini, Aisyah melanjutkan perjalanan untuk mewujudkan impian lamanya agar semakin tumbuh dan berkembang di dunia yang dicintai.

https://www.facebook.com/share/p/HoSjFWbaeJKNG2VS/

No comments:

Post a Comment