![]() |
Ilustrasi penulis sedang mengetik laptop dengan catatan dan buku di meja. Photo by Krismas on Unsplash |
Di era digital saat ini, menjadi penulis bukan lagi sekadar menyusun kata dan ide. Dunia literasi kini menuntut lebih dari sekadar tulisan yang bagus. Penerbit tidak hanya mencari naskah berkualitas, tetapi juga sosok penulis yang kredibel, punya audiens, dan mampu memasarkan karyanya secara aktif, terutama melalui media sosial.
Banyak penulis merasa telah menulis dengan baik, namun naskah mereka tetap tidak dilirik penerbit. Dalam sesi live Instagram tanggal 19 Juli 2025 bersama Indari Mastuti dan Mister Izi (Nur Ahmad Faizi), terungkap bahwa keberhasilan menembus penerbit mayor sangat bergantung pada strategi. Bukan hanya kemampuan menulis, tetapi bagaimana membangun konten dan positioning diri sebagai penulis.
Maka, jika kamu ingin karya dilirik dan dikontrak penerbit, inilah saatnya mengubah mindset dari sekadar menulis menjadi personal brand builder. Di artikel ini akan membahas lima strategi yang dapat membantumu tampil menonjol di mata penerbit.
Lima Strategi Penulis Agar Dilirik Penerbit
1. Menulis dengan Target Pembaca yang Jelas
Sebelum berharap naskahmu dipertimbangkan, pastikan kamu tahu siapa yang kamu tuju. Apakah pembacamu ibu rumah tangga? Mahasiswa? Pekerja kreatif? Remaja?
Penerbit cenderung memilih naskah yang memiliki target pembaca yang jelas dan terarah. Hindari menulis untuk “semua orang.” Semakin jelas target pembacamu, semakin mudah penerbit menilai potensi pasarnya.
2. Bangun Konten Bernilai dan Konsisten
Jejak digital kini menjadi pertimbangan utama penerbit. Apa yang kamu bagikan di media sosial, blog, atau platform seperti Medium dan X (Twitter), mencerminkan identitas dan kualitasmu sebagai penulis.
Jika kamu menulis buku pengembangan diri, kontenmu sebaiknya mendukung topik tersebut, misalnya melalui:
-
Kutipan inspiratif
-
Cerita pengalaman pribadi
-
Thread edukatif atau carousel singkat
Tips membangun konten:
-
Posting rutin 2–3 kali seminggu
-
Sajikan nilai (edukasi, motivasi, solusi)
-
Libatkan audiens (polling, pertanyaan terbuka)
3. Bangun Personal Branding sebagai Penulis
Personal branding bukan sekadar pencitraan, tapi membangun persepsi yang kuat dan konsisten tentang siapa kamu sebagai penulis.
Gunakan bio di media sosial untuk memperkenalkan dirimu secara ringkas, contohnya:
Penulis buku pengasuhan Islami | Aktif di komunitas ibu menulis | Menulis dari hati
Lengkapi dengan:
-
Highlight testimoni pembaca
-
Portofolio tulisan
-
Dokumentasi kegiatan komunitas atau pelatihan menulis yang pernah kamu isi
4. Perluas Jaringan dan Ikut Komunitas Menulis
Komunitas kepenulisan seperti Indscript Creative (Komunitas Writing Innovation), Ufuk Literasi, atau kelompok menulis daerah dapat membuka jalan menuju penerbitan.
Manfaat aktif di komunitas:
-
Mendapat insight dari mentor berpengalaman
-
Mengenal editor atau penerbit langsung
-
Berpartisipasi dalam tantangan menulis dengan peluang terbit
5. Pitching yang Jelas dan Meyakinkan
Ketika mengirimkan naskah ke penerbit, buatlah pitch yang profesional. Jangan hanya mengirim naskah utuh, sertakan:
-
Proposal naskah (sinopsis, segmentasi pasar, keunikan isi)
-
Profil penulis (bio singkat, akun media sosial, aktivitas literasi)
-
Contoh konten digital atau testimoni dari pembaca
Penerbit cenderung lebih yakin pada penulis yang tidak hanya punya tulisan bagus, tetapi juga punya jejak digital dan calon pembaca yang nyata.
Penutup
Dunia penulisan telah berubah. Tak cukup hanya menulis buku yang bagus—kamu perlu membangun strategi agar dilirik dan dikontrak penerbit. Mulai dari membuat konten yang relevan, memperkuat personal branding, hingga memperluas jejaring. Karena dari situlah, konten bisa menjelma menjadi kontrak.
No comments:
Post a Comment