Konten [Tampil]
Saya sering mengalami kejang di saat istirahat malam, kejadian pertama kali ini
terjadi ketika saya berusia 20 tahun. Pada saat itu, saya masih menjadi
mahasiswi analis kimia semester 3 dengan padatnya jadwal di kampus. Saya
berpikir serangan kejang terjadi karena faktor kelelahan, tapi setelah serangan
pertama serangan kejang itu terus hadir.
Kondisi serupa berulang kali, akhirnya
saya pergi ke dokter spesialis saraf sebuah rumah sakit yang ada di kota Bogor.
Dokter meminta saya melakukan beberapa pemeriksaan lebih lanjut termasuk
pemeriksaan CT Scan. Dari hasil pemeriksaan CT Scan, diketahui ada benjolan di
bagian otak saya, dokter mengatakan bahwa saya terkena tumor otak dan harus
segera dioperasi. Saya pun tidak bergeming, bingung tidak tahu harus bagaimana
dan berbuat apa.
Beberapa bulan kemudian, setelah second opini ke dokter lain
akhirnya kedua orangtua dan keluarga besar memutuskan untuk melanjutkan
pengobatan terapi operasi sesuai permintaan dokter. Operasi berlangsung lancar
dan sukses, dari hasil pemeriksaan patologi anatomi, tumor otak saya tidak
ganas, merupakan Astrocytoma grade 1 (low grade).
Selain itu saya tidak perlu
terapi lanjut tapi didampingi dengan mengkonsumsi obat anti kejang yang bernama
phenytoin dibawah konsult spesialis saraf. Sebulan pasca operasi dilakukan
pemeriksaan ulang CT Scan, hasil pemeriksaan menunjukkan masih tersisa tumor
tapi tidak ada perkembangan. Hari-hari saya selanjutnya berjalan seperti biasa,
termasuk menyelesaikan kuliah dan wisuda. Tanpa ada keluhan yang mengganggu
aktivitas sehari-hari.
Sembilan belas tahun kemudian, keluhan serangan kejang
terjadi kembali dan sering terjadi walaupun obat anti kejang rutin dikonsumsi.
Pada saat itu, suami membawa saya konsultasi ke spesialis saraf di rumah sakit
lain. Dokter itu meminta agar melakukan pemeriksaan melalui MRI otak ulang,
karena hasil pemeriksaan yang kami bawa merupakan hasil pemeriksaan satu tahun
lalu.
Dari hasil pemeriksaan ulang MRI otak, dokter memberikan opini untuk
melakukan operasi kedua. Pada saat itu, bagi saya merupakan keputusan yang
sangat besar, karena posisi saya sebagai seorang isteri dan ibu sehingga banyak
pertimbangan-pertimbangan untuk meyakinkan hati melakukan operasi kedua. Dengan
saling berbagi dengan teman-teman komunitas penyintas tumor otak, alhamdulillah dengan
keyakinan bahwa semua yang terjadi merupakan tanda cinta dari Allah, saya
akhirnya melakukan operasi yang kedua.
Hasil operasi kedua juga sangat
memuaskan, tumor berhasil diangkat oleh dokter spesialis bedah saraf dan timnya.
Hasil pemeriksaan dan pantauan spesialis bedah saraf pasca operasi, kemampuan
gerak, sistem memori dan semua organ tubuh yang berhubungan dengan koordinasi
otak saya berjalan normal.
Kenangan: RSCM 1997, RS. Premier Jatinegara 2016
No comments:
Post a Comment