Monday, March 25, 2024

Pengalaman Bersama Tumor Otak

Konten [Tampil]
Saya sering mengalami kejang di saat istirahat malam, kejadian pertama kali ini terjadi ketika saya berusia 20 tahun. Pada saat itu, saya masih menjadi mahasiswi analis kimia semester 3 dengan padatnya jadwal di kampus. Saya berpikir serangan kejang terjadi karena faktor kelelahan, tapi setelah serangan pertama serangan kejang itu terus hadir. 

Kondisi serupa berulang kali, akhirnya saya pergi ke dokter spesialis saraf sebuah rumah sakit yang ada di kota Bogor. Dokter meminta saya melakukan beberapa pemeriksaan lebih lanjut termasuk pemeriksaan CT Scan. Dari hasil pemeriksaan CT Scan, diketahui ada benjolan di bagian otak saya, dokter mengatakan bahwa saya terkena tumor otak dan harus segera dioperasi. Saya pun tidak bergeming, bingung tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa. 

Beberapa bulan kemudian, setelah second opini ke dokter lain akhirnya kedua orangtua dan keluarga besar memutuskan untuk melanjutkan pengobatan terapi operasi sesuai permintaan dokter. Operasi berlangsung lancar dan sukses, dari hasil pemeriksaan patologi anatomi, tumor otak saya tidak ganas, merupakan Astrocytoma grade 1 (low grade). 

Selain itu saya tidak perlu terapi lanjut tapi didampingi dengan mengkonsumsi obat anti kejang yang bernama phenytoin dibawah konsult spesialis saraf. Sebulan pasca operasi dilakukan pemeriksaan ulang CT Scan, hasil pemeriksaan menunjukkan masih tersisa tumor tapi tidak ada perkembangan. Hari-hari saya selanjutnya berjalan seperti biasa, termasuk menyelesaikan kuliah dan wisuda. Tanpa ada keluhan yang mengganggu aktivitas sehari-hari. 

Sembilan belas tahun kemudian, keluhan serangan kejang terjadi kembali dan sering terjadi walaupun obat anti kejang rutin dikonsumsi. Pada saat itu, suami membawa saya konsultasi ke spesialis saraf di rumah sakit lain. Dokter itu meminta agar melakukan pemeriksaan melalui MRI otak ulang, karena hasil pemeriksaan yang kami bawa merupakan hasil pemeriksaan satu tahun lalu. 

Dari hasil pemeriksaan ulang MRI otak, dokter memberikan opini untuk melakukan operasi kedua. Pada saat itu, bagi saya merupakan keputusan yang sangat besar, karena posisi saya sebagai seorang isteri dan ibu sehingga banyak pertimbangan-pertimbangan untuk meyakinkan hati melakukan operasi kedua. Dengan saling berbagi dengan teman-teman komunitas penyintas tumor otak, alhamdulillah dengan keyakinan bahwa semua yang terjadi merupakan tanda cinta dari Allah, saya akhirnya melakukan operasi yang kedua. 

Hasil operasi kedua juga sangat memuaskan, tumor berhasil diangkat oleh dokter spesialis bedah saraf dan timnya. Hasil pemeriksaan dan pantauan spesialis bedah saraf pasca operasi, kemampuan gerak, sistem memori dan semua organ tubuh yang berhubungan dengan koordinasi otak saya berjalan normal.


Kenangan: RSCM 1997, RS. Premier Jatinegara 2016



No comments:

Post a Comment