Monday, March 25, 2024

Selepas kepergianmu

Konten [Tampil]
Hujan turun sepanjang hari ini, menambah kondisi kota Bogor semakin dingin, membuat betah dan nyaman bagi siapapun untuk tetap berada di dalam rumah. Menikmati teh hangat dan cemilan sambil duduk termenung di dekat jendela, memandangi jatuhnya tetesan air hujan yang turun membasahi bumi. Sudah seharian ini, aku masih duduk termenung di dekat jendela, dengan tatapan begitu kosong sambil memandang keluar jendela rumah. 

Ada banyak hal yang berkecamuk didalam pikirkanku, setahun telah berlalu sejak kepergiannya tetapi aku merasa begitu rapuh dan tak berdaya untuk melanjutkan hidup hingga saat ini. Setiap hari, aku hanya menunggu sambil duduk di dekat jendela, mengenang semua kenangan indah bersama suami.

Sebuah album foto berwarna pastel, sebagai obat melepaskan kerinduanku selama ini. Album foto itu sudah terlalu sering kubuka, halaman per halaman sambil mengenang kembali setiap kisah yang pernah ada. Delapan belas tahun lamanya kami hidup bersama, itu bukanlah waktu yang singkat dengan semua kenangan yang tercipta. Hati ini masih diliputi kehilangan yang mendalam, walaupun aku memahami bahwa ini sudah takdir yang telah ditetapkan Allah bagi aku. 
 
Rasa kehilangan yang begitu mendalam menambah trauma bagiku, sering munculnya perasaan takut ditinggal oleh orang-orang yang di cintai atau ketakutan akan mengalami sakit parah. Perasaan cemas berlebihan yang aku alami, menjadi pemicu munculnya kembali serangan itu. Kecemasan berlebihan yang terjadi, begitu membatasi diriku untuk beraktivitas di luar rumah karena rasa kekhawatiran jika berada di keramaian. 

Seperti hari ini, aku mengalami serangan kecemasan di saat sedang istirahat malam. Entah apa penyebabnya, tiba-tiba jantungku berdetak sangat kencang akupun merasakan ketakutan semakin menambah sesaknya nafas dan ditambah mulainya muncul rasa gelisah. Efek panik ini, sering menyebabkan otot tubuhku mengalami ketegangan dan kepala menjadi pusing serta terasa akan mengalami pingsan. 

Dalam pikirannya sering muncul banyak pertanyaan, "Apa yang terjadi padaku ?
“Apa aku mengalami sakit parah ?" 
“Apa aku akan baik-baik saja ?” 
Serangan kecemasan yang aku alami berlangsung cukup lama dan akan mereda setelah aku menerima bahwa serangan kecemasan itu sedang hadir.

Selain itu melalui teknik pernafasan yang telah aku pelajari selama ini, berlahan-lahan mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Sambil terus mengucapkan istighfar dan melafazkan zikir, berangsur-angsur kecemasan yang dirasakan mereda. 

Serangan kecemasan atau anxiety disorder yang aku alami telah cukup lama. Pengalaman pertama terjadi sejak dua tahun lalu, pasca menjalani sebuah operasi. Anxiety ini bertambah parah, sejak kehilangan sang suami tercinta. Selama ini aku rutin untuk memeriksakan diri ke ahli psikiater pada sebuah rumah sakit di kota Bogor. 

Dengan menjalani beberapa terapi, membantu aku mengatasi anxiety disorder dan juga mengobati trauma kehilangan. Sejak itu aku berusaha memulai menjalani hidup dengan melakukan aktivitas di luar rumah, membantu untuk dapat berinteraksi dan bertemu orang banyak. 

Beraktivifitas menjadi guru relawan di sebuah sekolah yang tidak jauh dari rumah, membantu mempercepat proses kesembuhanku. Dulu, aku hanya duduk termenung dan mengenang tapi kini hari-hari yang aku jalani sudah terasa sangat berbeda. 

Ada sebuah harapan dari sebuah amanah yang harus jalankan, dengan memulai hari penuh semangat baru demi keberlangsungan hidupku dan masa depan anak-anak tercinta. 

“Waktu menyembuhkan banyak luka, butuh sebuah proses dalam menyembuhkan luka kehilangan. Setiap orang punya cara dan waktu mereka sendiri dalam menyembuhkan luka kehilangannya”.

#Temanku psikiatri sholehah dan terbaik 

No comments:

Post a Comment