Fatimah sedang duduk di sudut rumahnya. Di depannya, ada secangkir kopi hangat dan layar laptop yang masih kosong. Sudah sejak lama ia ingin menulis, tapi baru menyadari betapa besarnya potensi menulis untuk membawa kebaikan bagi banyak orang.
Fatimah mengenang masa-masa sulit dalam hidupnya. Dua puluh tujuh tahun lalu, ia didiagnosis dengan tumor otak yang mengubah seluruh hidupnya. Ada rasa takut, kebingungan, dan kepasrahan yang mendominasi hari-harinya. Namun, di balik semua itu, ada satu hal yang selalu menjadi pegangan bagi Fatimah. Satu keyakinannya adalah kepada Allah dan keinginan untuk dapat berbagi kekuatan kepada siapa pun.
Selama menjalani terapi dan perawatan, Fatimah menemukan ketenangan dan kenyaman melalui aktivitas menulis. Ia menulis untuk mengatasi kesedihan, mencurahkan kegelisahan, dan secara perlahan membantunya menyemangati diri sendiri. Namun, ada satu hal besar yang ia temukan, dimana tulisan-tulisannya dapat membantu membangkitkan semangat orang lain.
Fatimah menerima pesan dari teman-teman yang membaca tulisannya, mengungkapkan betapa mereka terinspirasi oleh keberanian dan ketabahannya meskipun berada di tengah cobaan. Dari sinilah Fatimah baru menyadari, jika menulis bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga sebagai jalan dakwah. Fatimah mulai menulis lebih serius, dengan memilih kisah-kisah tentang perjalanan iman, cinta, dan keteguhan hati agar dapat menjadi cahaya bagi para pembacanya.
Pada suatu hari, Fatimah menerima pesan dari seorang wanita muda yang
mengaku berada dalam kegelapan.
“Saya hampir kehilangan harapan,”
tulisnya, “tapi setelah membaca tulisanmu, saya merasa ingin berjuang lagi.
Kamu adalah inspirasi saya.”
Fatimah pun menangis, bukan karena kesedihan, tetapi ia baru menyadari betapa kuatnya pengaruh sebuah tulisan sebagai jalan dakwah. Ia bukan hanya berbagi kisah, tetapi juga menyebarkan cahaya kebenaran yang bisa membawa orang lain kembali kepada Allah.
Akhirnya, Fatimah berkomitmen tak akan pernah berhenti menulis. Baginya, setiap kata yang ia tuliskan adalah langkah kecil dalam perjalanan dakwahnya. Ia mungkin tidak berdiri di atas mimbar di hadapan ribuan orang. Namun, melalui tulisannya Fatimah mampu menyentuh hati jauh lebih banyak.
No comments:
Post a Comment