Wednesday, August 27, 2025

Menulis dengan Tawakal: Antara Usaha dan Hasil

Konten [Tampil]

Ilustrasi meja kerja, buku catatan dan kopi. (unplash.com/Unsplash)

Dalam dunia kepenulisan, ada satu prinsip penting yang sering terlupakan: menulis dengan tawakal. Banyak penulis terjebak dalam target hasil—berapa banyak pembaca, seberapa besar honor, atau seberapa cepat tulisan diterbitkan. Padahal, inti dari menulis bukan hanya soal hasil, tetapi juga bagaimana kita menjalani prosesnya dengan penuh usaha, doa, dan menyerahkan akhirnya kepada Allah. Inilah makna sebenarnya dari menulis dengan tawakal.

Menulis Bukan Hanya Tentang Hasil

Menulis adalah perjalanan. Setiap kata yang ditulis lahir dari pikiran, pengalaman, dan hati. Ada kalanya seorang penulis merasa usahanya sia-sia ketika tulisannya tidak mendapat apresiasi. Namun di sinilah pentingnya menanamkan nilai tawakal. Usaha menulis tetap harus dilakukan sebaik mungkin, tetapi hasil akhir—apakah tulisan diterima, dibaca banyak orang, atau membawa penghasilan—sepenuhnya berada di luar kendali kita.

Dengan menulis dengan tawakal, seorang penulis belajar menjaga keseimbangan antara bekerja keras dan berserah diri. Tidak ada kekecewaan berlebihan ketika hasil tak sesuai harapan, dan tidak ada kesombongan ketika tulisan mendapat banyak apresiasi.

Menulis dengan Tawakal sebagai Ibadah

Ketika seorang penulis meniatkan tulisannya untuk kebaikan, maka menulis bisa menjadi ibadah. Tulisan yang memberi manfaat, menebar inspirasi, atau sekadar menghadirkan senyuman bagi pembaca akan bernilai pahala. Tawakal dalam menulis membuat seorang penulis tidak hanya mengejar dunia, tetapi juga akhirat.

Sebagai contoh, seorang penulis yang konsisten berbagi kisah hidupnya mungkin tidak langsung menuai popularitas. Namun bisa jadi tulisannya menyentuh hati satu orang yang sedang putus asa, lalu membangkitkan semangat hidupnya kembali. Itu adalah buah dari menulis dengan tawakal.

Antara Usaha dan Hasil

Menulis dengan tawakal tidak berarti pasrah tanpa usaha. Justru sebaliknya, seorang penulis harus terus berlatih, membaca, dan memperbaiki kualitas tulisannya. Tawakal hadir setelah usaha maksimal dilakukan. Inilah keseimbangan yang diajarkan: berikhtiar sebaik mungkin, lalu menyerahkan hasil kepada Allah.

Seorang penulis yang tawakal akan menemukan kedamaian. Ia tidak lagi menulis hanya demi angka dan pujian, melainkan menulis karena cinta pada proses, cinta pada ilmu, dan cinta pada kebermanfaatan. Hasil adalah bonus, sedangkan usaha dan tawakal adalah inti dari perjalanan.

Penutup

Pada akhirnya, menulis dengan tawakal adalah jalan tengah antara usaha dan hasil. Seorang penulis tetap berjuang menghasilkan karya terbaik, tetapi hatinya tidak terikat pada penilaian manusia. Dengan menulis dengan tawakal, kita belajar bahwa setiap kata yang tertuang adalah bentuk ikhtiar, dan setiap hasil adalah pemberian dari Allah.

No comments:

Post a Comment