Setiap sore hari, sudah menjadi kewajiban bagi kami pada masa Sekolah Dasar untuk pergi sekolah mengaji Al Qur'an. Dari rumah menuju sekolah tempat kami mengaji, ditempuh lebih kurang 15 menit dengan berjalan kaki. Aku begitu menikmati sekolah mengaji ini, selain menambah ilmu tajwid Al-Qur’an, kami juga mendapat pelajaran lain seperti bahasa Arab, hadis, sirah, fiqih, dan masih banyak lagi.
Setiap memperingati hari besar
Islam seperti Maulid Nabi atau Isra Mikraj, sekolah mengaji kami selalu
mengadakan kegiatan dengan berbagai perlombaan, seperti lomba hapalan juzamma,
puisi, azan, cerdas cermat, termasuk pidato.
Entah mengapa, pidato itu menjadi
pilihan utamaku dalam mengikuti lomba. Pada saat itu, mungkin aku tertantang
sekedar ingin mencoba. Mesikpun ada perasaan gugup, tetapi aku memutuskan untuk
mengikuti perlombaan pidato.
Setiap hari sepulang sekolah, aku
berusaha meluangkan waktu untuk membaca naskah pidato yang telah di bagikan,
oleh guru mengaji kami. Dengan berlatih berbicara di depan cermin, aku memulai
membaca naskah pidato dengan intonasi serta ekspresi wajah sesuai dengan isi
pidatonya.
Pada hari perlombaan, ketika
giliranku tiba. Aku menuju ke panggung dengan tubuh gemetaran, tetapi aku bisa
berbicara mengeluarkan kata-kata, mengalir dengan lancarnya. Walaupun ada
sedikit kalimat yang terlewatkan, tetapi aku dapat mengakhiri pidato itu dengan
baik. Itulah pidato pertamaku, hal terpenting adalah aku pernah mencobanya, dan
mengetahui ada bakat terpendam pada bidang ini.
#latihan30harimenulis
#bakatterpendam_day7
#miniproject
No comments:
Post a Comment