Setelah kepergian almarhum suamiku, hidup ini terasa berubah. Seolah-olah, separuh hidupku ikut pergi bersamanya. Waktu pun terasa begitu lambat, hari-hariku penuh perjuangan. Memulai kehidupan baruku dan mengisi hari dengan beberapa kegiatan. Dimulai dari menjadi guru relawan, bekerja, serta kegiatan lainnya. Itu semua, bentuk usahaku mengalihkan perhatian agar tetap sibuk.
Namun, hidup ini sudah diatur sesuai skenario Allah. Suatu hari, saat sedang menikmati secangkir kopi di sebuah kafe kecil, aku dipertemukan dengan seseorang. Seorang pria yang tenang dan penuh perhatian. Aku tidak sengaja menumpahkan kopi sehingga membasahi kemejanya.
Sebagai permohonan maaf, aku membelikan secangkir kopi dan kami duduk di meja yang sama. Entah bagaimana percakapan ringan itu dimulai, tanpa ada rasa canggung diantara kami. Kami saling berbagi cerita. Ia juga pernah mengalami kehilangan, tetapi memandang hidup dengan cara berbeda.
Awalnya, aku merasa bersalah. Bagaimana mungkin aku merasa tertarik pada seseorang padahal suamiku baru pergi beberapa tahun lalu? Perasaan ini terasa begitu asing, tetapi pria itu, dengan caranya membuatku merasa nyaman.
Hari-hari berlalu, aku menemukan diriku yang mudah tersenyum, bahkan tertawa saat bersamanya. Perlahan, aku mulai menyadari bahwa membuka hati bukan berarti melupakan.
Akhirnya, aku menemukan diriku
jatuh cinta lagi. Bukan cinta yang sama, tetapi pada cinta yang berbeda. Cinta
yang mengingatkanku bahwa hidup harus terus berlanjut, serta memberi kesempatan
kedua untuk menemukan sebuah kebahagiaan.
https://www.facebook.com/share/p/Dtorh1qYNE9o9CpE/
#latihan30harimenulis
#cintayanghadirkembali_day21
#miniproject
No comments:
Post a Comment