#GHS_TEMA_HARIAN
#BUKAN_ILUSI
#GHS_TEMA_HARIAN
#BUKAN_ILUSI
Danu mengenang bahwa ia pernah memiliki rumah lebih besar, mobil, dan sejumlah tabungan. Danu memilih untuk menjual semua yang tersisa demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Istri dan anak-anakku harus tetap makan," kata Danu dalam hati.
Itulah yang menjadi motivasinya. Bukan tentang dirinya sendiri, tapi bagaimana keluarganya agar tetap berdiri kuat. Meskipun semuanya tampak suram, Danu tetap tidak pernah kehilangan keyakinan. Setiap pagi, setelah menunaikan salat Subuh, Danu berzikir sejenak. Danu memohon kepada Allah agar segala usahanya diridai dan membawa berkah.
“Rizki itu tak selalu datang dari apa yang kita rencanakan,” Danu terkenang akan kata-kata bijak ayahnya dulu. Maka ia pun mulai bekerja serabutan. Terkadang sebagai pengantar barang, tukang ojek, bahkan pekerja bangunan saat ada proyek di kampungnya.
Berkat kegigihannya, lambat laun Danu mulai menemukan peluang. Seseorang menawarinya untuk bergabung dalam bisnis kecil penyediaan kebutuhan pokok di lingkungan sekitar. Meskipun kecil, Danu melihat ini sebagai awal dari sesuatu yang besar.
Setiap hari, Danu bangun lebih awal dan bekerja hingga larut malam demi membangun bisnis kecil tersebut. Setiap tetes keringat yang jatuh adalah bentuk sebuah perjuangan yang ia niatkan sebagai ibadah. Istrinya, Sinta, selalu ada di sisinya. Meskipun keadaan mereka jauh dari mewah, senyuman dan dukungan Sinta membuat Danu merasa seperti memiliki kekayaan terbesar di dunia.
Waktu pun terus berlalu, perlahan tapi pasti, usaha yang dijalankan Danu mulai berkembang. Dari bisnis kecil penyediaan sembako, ia kini berhasil membuka toko kelontong. Meski belum besar, keberkahan yang Danu rasakan jauh lebih dari apa yang pernah ia miliki dulu.
Kini, Danu tidak lagi merasa
berada di titik nol. Meskipun perjalanannya masih panjang, ia merasa bahwa
setiap langkah yang ditempuh penuh dengan pelajaran dan hikmah.
Keluarga besar justru mengucilkannya, mereka menganggap Mona sebagai anak pembawa sial. Sebuah cap yang selalu melekat dan menghantui hari-harinya. Akhirnya, Mona dibuang ke sebuah panti asuhan. Di panti asuhan ini, malah menambah penderitaan hidup bagi Mona.
Mona tidak hanya harus berjuang untuk bertahan hidup, tetapi juga melawan kekerasan yang diterimanya dari para pengasuh panti. Setiap hari adalah ujian bagi Mona, baik secara fisik maupun mental. Namun tidak sedikit pun kata menyerah keluar dari mulut mungil Mona. Ia terus berdo’a dan berharap dapat keluar dari gelapnya kehidupan ini.
Hingga pada suatu hari, ketika keluarga Farhan datang ke panti asuhan. Keluarga yang dikenal baik hati, akhirnya mengadopsi Mona. Mereka membawanya keluar dari penderitaan yang seolah tak pernah berakhir.
Dalam asuhan keluarga Farhan, Mona mulai merasakan kembali apa artinya cinta, kasih sayang, serta harapan. Meski luka masa lalunya tak bisa hilang begitu saja, Mona perlahan-lahan menemukan kekuatan dari dalam dirinya.
Dari seorang gadis yang penuh
dengan cemoohan. Mona akhirnya tumbuh menjadi sosok yang kuat, penuh tekad,
serta berusaha membuktikan bahwa dirinya bukanlah pembawa sial, melainkan
pembawa kebaikan.
#latihan30harimenulis
#nestapaberujungbahagia_day30
#miniproject
Selama puluhan tahun, Laila selalu berusaha berada di sekitar Bima. Pada saat reuni sekolah, berkumpul bersama teman-teman lama, dan bahkan ketika Bima dirundung masalah rumah tangga. Namun, Bima tetap tidak menyadari cintanya Laila, atau mungkin sengaja tidak ingin mengetahuinya.
Perasaan cinta itu terus menyandera hidup Laila, sehingga membuatnya sulit membuka hati bagi orang lain. Bahkan ketika ada pria lain yang mencoba mendekatinya, bayangan Bima selalu ada menutupi segala kemungkinan.
Suatu hari, di usia yang tak lagi muda, Laila bertemu dengan Bima di acara reuni. Mereka berbicara lama, dan Laila akhirnya mengakui perasaannya.
Dengan lembut, Bima berkata, "Aku selalu menghargai perasaanmu, tapi mungkin kita memang tidak ditakdirkan bersama."
Jawaban Bima begitu menghancurkan hati Laila, tetapi sekaligus membebaskannya dari perasaan cinta itu. Untuk pertama kalinya dalam hidup Laila, dapat melanjutkan hidup tanpa terikat dengan masa lalu.
Setelah bertahun-tahun tersandera
oleh cinta yang tak terucap. Akhirnya Laila bisa berdamai dengan hatinya dan
membuka lembaran baru. Meskipun sisa-sisa perasaannya yang perlahan-lahan akan memudar.
https://www.facebook.com/share/p/BmznE7STQSiVsiWA/
#latihan30harimenulis
#tersanderacinta_Day29
#miniproject
Namun, jalan hidupku tidaklah mudah. Ketika mimpi ini mulai tumbuh, ujian datang satu per satu. Butuh perjuangan besar, merintis menjadi seorang penulis. Aku terus berusaha menulis, kadangkala muncul rasa menyerah. Namun, segera aku tepis dengan satu keyakinan bahwa Allah selalu bersamaku dalam menggapai mimpi ini.
Teringat pesan Buya Hamka yang pernah aku baca, "Hidup ini adalah perjuangan, dan dalam setiap langkah bersandarlah hanya kepada Allah."
Kata-kata itu yang menguatkan tekadku. Aku memulai dengan menulis kisah-kisah kecil, berbagi pengalaman hidup dan perjuangan dalam menghadapi ujian. Tak disangka, tulisan ini mulai mendapat perhatian dari banyak orang.
Ketika kritik dan kegagalan menghampiri, aku tidak pernah berhenti menulis. Aku pun menyadari bahwa dunia kepenulisan adalah ladang perjuangan. Aku terus berjuang, menebarkan nilai-nilai Islam dengan caraku sendiri.
Hari demi hari berlalu, kini aku telah menjadi lebih kuat, bukan karena dunia mengakui karyaku. Hal ini, karena setiap kata yang aku tulis merupakan bentuk sebuah ibadah.
Aku tahu perjuangan ini, belum sebanding
dengan perjuangan para penulis ternama. Namun, aku berharap, setiap kisah yang aku
tulis menjadi saksi perjalanan panjang yang penuh ujian, air mata, dan doa.
#latihan30harimenulis
#sosokyangmenginspirasi_Day28
#miniproject
Beliau juga mendapat sebutan sebagai perempuan agung, ibu para mukminin hingga akhir zaman (Ummul Mukminin). Ummul Mukminin bukan hanya sekadar istri, tetapi beliau adalah teman setia, serta penasihat bijak bagi suaminya. Ketika Nabi menerima wahyu pertamanya, pulang dalam kondisi ketakutan dan keraguan. Namun, Ibunda Khadijah dengan tenang dan penuh keyakinan menyambutnya.
"Allah tidak akan membiarkanmu, wahai suamiku," katanya dengan penuh keyakinan.
"Engkau adalah orang yang jujur dan adil. Engkau selalu membantu orang lain, dan Allah pasti akan menolongmu."
Ibunda Sayyidah Khadijah memberikan ketenangan dan keyakinan kepada Rasulullah SAW. Pada saat masyarakat menolak dan menghina mereka, ia tetap berdiri teguh memberikan dukungan di samping suaminya.
Ibunda Sayyidah Khadijah juga
menggunakan semua kekayaan dan pengaruhnya untuk mendukung dakwah sang suami.
Ia rela mengorbankan segala yang dimilikinya demi tujuan yang mulia.
Ia adalah contoh nyata bagaimana seorang wanita yang menjadi pilar kekuatan bagi suaminya. Beliau mendukung suaminya baik dalam suka maupun duka, serta tetap teguh meskipun badai kehidupan datang menghampiri.
Sosok Ibunda Sayyidah Khadijah
adalah inspirasi bagiku. Aku ingin menjadi seperti Ibunda Sayyidah Khadijah,
sebagai cahaya dalam kegelapan, sumber kekuatan dan kebijaksanaan, serta
pendukung setia dalam setiap perjuangan suamiku.
Aamiin Ya Rabbal’alamiin
#latihan30harimenulis
#sosokyangmenginspirasi_Day27
#miniproject