Saturday, April 13, 2024

Perempuan Tangguh Itu, Aku Part 1

Konten [Tampil]

 

Di sebuah kota kecil yang terletak di bawah kaki gunung Salak, hiduplah seorang ibu dengan ketiga anaknya. Sebut saja Alya namanya, beliau seorang wanita yang sangat lembut dan begitu tangguh.

Sejak kepergian sang suami tercinta, Alya harus memenuhi kebutuhan hidup dan menjaga ketiga buah hatinya. Bagi Alya yang selama ini berperan sebagai ibu rumah tangga merupakan tantangan terbesar baginya dalam melanjutkan kehidupan yang fana ini.

Begitu banyak rintangan dan hambatan yang dialami Alya, namun tidak melemahkan semangatnya sama sekali. Meskipun luka kehilangan yang Alya rasakan belum pulih, tapi harus menghadapi cobaan yang terus datang bertubi-tubi menghampirinya.

Hanya Allah tempat terbaik baginya untuk menceritakan semua keluh kesah, kegelisahan hati, dan semua masalah hidup yang ada. Di sepertiga malam merupakan waktu favorit bagi Alya untuk berkasih mesra kepada Sang Khalik, suasana sunyi dan tenang dapat menjernihkan hati dan pikiran yang berkecamuk.

Bermula dari keinginan Alya untuk mendapatkan penghasilan tambahan dalam mempersiapkan tabungan pendidikan bagi ketiga anaknya yang akan melanjutkan pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi. Pada saat itu, Alya begitu tertarik dengan bisnis berbasis syariat Islam yang begitu populer.

Tapi itu semua menjadi awal petaka baginya, dari investasi rumah, investasi kaveling qurban dan kaveling garam berbasis syariat yang melakukan penipuan kepada para investornya termasuk Alya.  

Alya tidak berpengalaman dalam bidang bisnis perumahan ataupun bisnis lainnya. Tanpa berkonsultasi kepada seseorang yang telah berpengalaman, Alya langsung mencoba mengikuti investasi tersebut. Pada saat itu, dia hanya berpikir agar dana yang ada bisa diperuntukan menambah pendapatan keluarga.

Melalui seorang teman yang datang menawarkan perumahan dengan manajemen berbasis syariat Islam, dari penjelasannya bahwa tidak ada sistem riba dan denda yang telat pembayaran bagi yang melakukan pembelian secara mencicil. Alyapun tertarik dengan bisnis tersebut, mungkin terinspirasi dari hunian perumahan Islami yang telah popular. Sehingga tanpa berpikir panjang Alya membeli satu unit rumah dan langsung menginvestasikan dana pensiunan peninggalan dari sang suami.

Dengan melakukan pembayaran uang muka, dilanjutkan melunasi pembayaran untuk pembelian satu unit rumah sehingga Alya sudah dapat memilih area kaveling yang diinginkan. Agen pemasaran perumahan tersebut, menjanjikan dan merencanakan berdirinya bangunan rumah milik Alya yang akan diselesaikan dalam kurun waktu  3 bulan lamanya.

Memasuki bulan ketiga, belum ada kabar berita terkait proses pembangunan rumah yang dijanjikan para pengembang perumahan tersebut. Alya hanya berkomunikasi kepada agen pemasaran melalui percakapan pada aplikasi WhatsApp, jawaban dari agen tersebut menyatakan sedang proses penyelesaian.

Hati Alya mulai gelisah dan berkecamuk, sehingga memicu kambuhnya gangguan kecemasan yang telah lama dialaminya. Hanya kepada Allah saja, tempat bagi Alya untuk mencurahkan semua kegelisahan hati dan memohon petunjuk jalan keluar bagi semua hal yang terjadi.

Dalam do’a panjangnya setiap sepertiga malam, Alya memohon kepada Allah agar diberikan solusi dan kemudahan untuk semua permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan berberat hati, akhirnya Alya menceritakan kepada kedua orang tua dan saudaranya, bahwa dia mengalami penipuan dari sebuah perusahaan pengembang perumahan.

Kedua orang tua Alya hanya dapat memberikan nasehat agar dia berserah diri kepada Allah atas musibah yang terjadi dan meminta kepada saudara laki-lakinya untuk membantu proses penyelesaian untuk pengembalian dana pembelian kepada pihak pengembang perumahan.

Butuh proses panjang bagi Alya untuk mendapatkan pengembalian dana yang telah dibayarkannya. Dari perjanjian yang tertulis dari pihak pengembangan, mereka akan melakukan pengembalian dana melalui 3 kali tahapan pencicilan. Pada proses tahapan pertama, sudah sangat menguras tenaga dan pikirannya.

Begitupun tahapan kedua, Alya harus bertahan lama hingga malam hari berada di kantor pemasaran perumahan agar dananya segera dicairkan. Dengan alasan telah melewati jam kerja, mereka tidak melayani permintaan tersebut. Padahal Alya sudah mendatangi kantor tersebut tepat di jam kerja. Hanya saja agen pemasaran yang mengulur-ulur waktu dalam melakukan pelayanan.

Alya harus kembali ke rumah dengan tangan kosong, tapi itu semua tidak membuatnya patah semangat untuk memperjuangkan hak miliknya. Dengan tetap berkeyakinan bahwa Allah pasti akan membantu orang yang tertindas. Pada keesokan harinya, di awal jam kerja, Alya sudah duduk manis diruangan kantor pemasaran perumahan sambil menunggu kedatangan agen pemasaran yang telah menjanjikan pengembalian dana tahap keduanya.

Untuk pengembalian tahap terakhir belum ada keterangan lebih lanjut dari agen pemasaran tersebut, tapi Alya telah menyusun strategi jika mengalami hambatan. Dengan bantuan saudaranya, Alya akan langsung bertemu dengan pemilik dari perusahaan perumahan tersebut.

Pada saat itu merupakan akhir tahun 2019, tentunya akan banyak hari libur dibandingkan hari kerja. Alya khawatir jika sebelum akhir tahun pengembalian dana belum dilakukan, akan ada kebijakan baru sehingga terhambatnya pencairan dana.

Dengan kekuatan do’a Alya dan orang tuanya, pemilik perusahaan tersebut menjanjikan pengembalian dana sebelum tanggal 25 Desember 2019 dengan memberikan jaminan berupa sertifikat hak milik rumah dari pemilik perusahaan. Alhamdulillah, do’a-do’a panjang bisa menembus langit sehingga dana pengembalian tahap terakhir telah ditransferkan melalui rekening bank milik Alya.

No comments:

Post a Comment