Sunday, June 30, 2024

Sebuah Pesan

Konten [Tampil]


Hatiku begitu pilu ketika mendengar penuturan cerita seorang wanita tentang perjalanan sepuluh tahun rumah tangganya.  Sebut saja Santi, namanya. Bahkan akun media sosial yang diguanakn pun bukan nama asli. Aku mengenalnya karena akun ini singgah meninggal sebuah percakapan pada kontak pesan sebuah jejaringan media sosial.

Pastinya, sebagai sesama wanita aku sangat memahami bagaimana hancur berkeping-keping hati seorang istri ketika mengetahui pasangan hidup yang telah lama mendampingi selama itu, memiliki kecenderungan seksual terhadap lawan jenis.

Percakapan kami terus berlanjut walau hanya melalui chat media sosial, tetapi hatiku terenyuh membayangkan seperti apa kehidupan mereka. Seperti penuturan Santi, kehidupan rumah tangga mereka selama ini normal, sebagaimana rumah tangga lainnya. Bahkan rumah tangga mereka tampak bahagia dan sakinah dari sudut pandangan orang di sekitarnya. Tidak sedikit orang yang memuji kehidupan rumah tangga mereka selama ini, begitu yang Santi tuliskan.  

Santi mengatakan, bingung tidak tahu harus bagaimana menghadapi ujian hidup ini. Pada saat itu, aku hanya bisa menenangkan hati Santi. Dalam benak pikiranku, sebuah keberanian darimana sehingga dia mau menceritakan kepada seseorang yang tidak dikenalnya.

Santi curiga melihat perubahan yang terjadi pada suaminya begitu romantis dan menjaga penampilan. Kata-kata romantis sangat sering dia ucapkan, bahkan pada hari kelahirannya mendapat kejutan yang tak terduga.

Kecurigaan Santi semakin kuat setelah membaca sebuah percakapan aplikasi whatsapp yang muncul notifikasinya, saat sang suami berada di kamar mandi. Tanpa rasa ragu, Santi membuka telepon selular suaminya.

Santi bukan saja terkejut tapi hatinya semakin terasa sesak, membaca isi pesan itu.

“suamiku seperti bukan orang yang aku kenal sama sekali, kak “, begitu yang Santi tuliskan. Santi hanya bisa pasrah dan menyimpan luka itu sendiri. Aku berusaha membantu sebagai pendengar dan teman di dalam kebingungannya.

Seperti ungkapan teh Indari Mastuti Founder Indscript Creative dalam acara peluncuran buku antalogi Melintasi Badai dan Menolak Rapuh:’” Merangkul, menghapus air matanya para perempuan dimanapun berada yang sedang melewati badai kehidupan melalui tulisan.” Saat ini aku mencoba merangkul dan menghapus air mata Santi dan Santi lainnya, bahwa mereka tidak sendiri.

 

Saturday, June 29, 2024

Cahaya Di Dalam Kegelapan

Konten [Tampil]


Rina adalah anak sulung dari empat bersaudara. Hidupnya berubah drastis saat kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai ketika dia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Perceraian itu, bukan saja menghancurkan keluarganya, tetapi juga meninggalkan luka mendalam baik bagi Rina maupun adik-adiknya. 

Rina menyadari betapa sulitnya kondisi saat ini, dia harus berperan sebagai tulang punggung keluarga. Setiap pagi, dia bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan dan mengurus adik-adiknya sebelum berangkat ke sekolah. Meskipun begitu, Rina tetap bertekad untuk mengejar pendidikan, karena dia tahu pendidikan merupakan kunci masa depan yang cerah. 

Ketika Rina lulus SMP, dia melanjutkan ke sekolah menengah farmasi, dengan harapan keterampilannya kelak dapat membantu mendapatkan pekerjaan yang layak. Selama masa sekolah, Rina belajar dengan tekun dan berusaha mendapatkan nilai terbaik. Setelah pulang sekolah, dia bekerja paruh waktu di sebuah apotek kecil di dekat rumahnya. Di sana, dia mempelajari banyak hal tentang obat-obatan dan cara kerja apotek. Rina mulai menabung sebagian dari penghasilannya untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah adik-adiknya. 

Hari-hari Rina penuh dengan tantangan, tetapi dia tidak pernah menyerah. Setiap kali dia merasa lelah atau putus asa, dia teringat senyum adik-adiknya. Rina selalu mengatakan pada dirinya sendiri, "Aku harus kuat demi adik-adikku. Kami akan melalui ini bersama."

Dengan ilmu yang diperoleh dari sekolah menengah farmasi, Rina berhasil mendapatkan pekerjaan tetap di sebuah apotek besar setelah lulus. Dia bekerja keras, bahkan sering mengambil lembur kerja untuk menambah penghasilannya. Gaji pertama, dia gunakan untuk membeli keperluan sekolah adik-adiknya. 

Meski kehidupan mereka tidak mudah, Rina tetap optimis. Dia terus belajar dan mengembangkan keterampilannya di bidang farmasi. Berkat dedikasi kerjanya yang tinggi, Rina mendapatkan promosi dan dipercaya untuk mengelola apotek cabang baru.

Hal ini, bukan saja meningkatkan penghasilannya, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri bahwa dia mampu memberikan masa depan yang lebih baik bagi keluarganya. Rina tahu bahwa jalan mereka masih panjang, tetapi dia yakin mereka akan selalu bersama dan terus berjuang demi masa depan yang lebih cerah.

 

Bogor, 29/06/2024

#Latihan30harimenulis

#Miniproject

Thursday, June 27, 2024

Seruan-Mu Menggerakkan Langkahku

Konten [Tampil]


Dengan segala keterbatasan fisik namun Allah menggerakkan hatinya tetap istiqomah menjalankan ibadah haji tahun ini. Pak Rahman adalah seorang pria paruh baya yang selama hidupnya dikenal sebagai sosok yang gigih dan penuh semangat. Namun, suatu hari, qada  dan qadar Allah berkata lain. Pak Rahman mengalami stroke, mengakibatkan lumpuh pada sebagian tubuhnya. Hidup pak Rahman berubah drastis, dia harus bergantung pada kursi roda serta bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Meskipun demikian, semangat pak Rahman tidak pernah pudar. Di tengah segala keterbatasannya, ada satu impiannya, yaitu menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah. Setiap hari, dia berdoa kepada Allah, memohon kekuatan dan kesempatan agar dapat menjalankan rukun Islam kelima itu.

Akhirnya, kabar baik itu datang. Nama pak Rahman masuk dalam daftar jamaah haji. Beliau merasa terharu dan bersyukur. Meskipun tubuhnya memiliki keterbatasan, namun hati tetap teguh dan penuh keyakinan. Dengan bantuan istri dan keluarganya, pak Rahman  mulai mempersiapkan segala keperluan perjalanan suci tersebut. 

Perjalanan ke Tanah Suci tidaklah mudah bagi Pak Rahman. Setiap Langkah terasa berat, namun hatinya tetap mantap. Di Mekkah, dia menyaksikan Ka'bah untuk pertama kalinya dengan mata berkaca-kaca. Dengan penuh keikhlasan, pak Rahman berdoa dan memohon ampunan serta kekuatan dari Allah.

Pada saat tawaf, Pak Rahman menggunakan kursi roda yang didorong oleh pendampingnya. Meskipun tidak bisa berjalan, tetapi dia terus berputar mengelilingi Ka'bah dengan penuh ketulusan. Ketika sa'i antara bukit Shafa dan Marwah, ia merasakan kesulitan yang luar biasa. Namun, setiap kali dia merasa lelah dan hampir menyerah, selalu teringat akan tujuan utamanya adalah menjalankan ibadah kepada Allah.

Ketika suhu di padang Arafah mencapai 50 C, dilaluinya dengan penuh kesabaran. Begitujuga tempat suci lainnya. Pak rahman selalu berdoa, memohon kekuatan dan keteguhan hati. Rasa sakit dan keterbatasan fisik tidak menghalangi kekhusyukan ibadahnya. Dia yakin bahwa Allah Maha Kuasa akan membalas setiap usaha serta pengorbanannya.

Pada ibadah terakhir untuk melempar jumrah, pak Rahman merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Dia berhasil menjalankan seluruh rangkaian ibadah haji meskipun dengan segala keterbatasan. Hatinya dipenuhi rasa syukur sangat mendalam, merasa lebih dekat dengan Allah. Dengan keyakinan semakin kuat bahwa Allah selalu memberikan jalan bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh.

Kisah perjuangan pak rahman dalam menunaikan ibadah haji di tengah keterbatasan fisik menjadi bukti bahwa dengan ketulusan hati dan keyakinan kepada Allah, tidak ada yang tidak mungkin. Selain itu mengajarkan kita bahwa kekuatan sebenarnya bukan terletak pada fisik, tetapi pada iman dan tekad yang kuat.

 Bogor, 27/06/2024

#Latihan30harimenulis#Miniproject#5day


Sunday, June 23, 2024

Secercah Sinar Mentari Bagi Penyintas Tumor Otak

Konten [Tampil]


Sehat itu nikmat terbesar dari Allah SWT kepada umat manusia apalagi bagi seorang mukmin. Nikmat sehat ini lebih berharga dari harta benda berharga yang dimilik siapapun. Ditimpa sakit merupakan nikmat dari Allah SWT kepada kita, karena sakit bisa sebagai penggugur dosa-dosa yang pernah kita perbuat, bisa jadi merupakan tanda cinta Allah kepada hambaNya. Agar Pengharapan dan permohonan hanya kepada Allah SWT semata. Secercah sinar mentari merupakan harapan bagi kami para penyintas Tumor Otak, diperjuangkan dengan segala upaya dan ikhtiar tanpa kenal lelah. Tetap semangat berjuang demi harapan bertahan hidup yang lebih baik. 

Menceritakan kisah para penyintas tumor otak pasti tidak akan pernah selesai dengan kisah seseorang itu survive saja. Namun banyak sekali rangkaian lain selama perjalanannya dalam proses kesembuhan. Sebuah grup kecil bernama "Cerdas Mengelola Tumor Otak", merupakan komunitas tempat berkumpul para penerima anugerah yang selalu tabah dan ridho menjalani qada dan qadar dari sang KhalikNya. Para pejuang ini dalam kehidupan sehari-harinya mereka tidak nampak sebagai penyintas karena mereka tetap beraktivitas aktif dengan berbagai profesi. Dimualai dari seorang ibu rumah tangga, guru, karyawan disebuah perusahaan, serta lainnya tetap menjalankan aktivitas seperti orang normal lainnya.
 
Grup kecil ini bermula dari berkumpulnya kami para penyintas disebuah grup yang mensupport para penyintas semua tumor dan kanker di Indonesia, "Lavender Ribbon Cancer Support Group"(https://tamanlavender.com/). Ide dibentuknya grup ini dikarenakan grup Taman Lavender bermayoritas dengan kasus kanker payudara (ca mamae) yang tentu kondisinya berbeda dengan kasus penyintas tumor otak. Sehingga ketika ada anggota baru yang mengalami tumor otak bergabung pastinya akan membingungkan bagi almarhumah mba Indira Abidin (pendiri Lavender Ribbon) dalam menanganinya. Sehingga beliau selalu menyerahkan kepada ibu Adi Tri Kuswati pembina grup ini, agar dapat memberikan bantuan baik dalam bentuk support maupun saling berbagi semua hal yang berkaitan dengan tumor otak. 

Aku dan beberapa teman lain, meminta kepada bu Adi agar membentuk sebuah grup khusus sebagai wadah bagi kami para penyintas tumor otak, baik untuk diskusi pembahasan tentang tumor otak serta memberikan sebuah rangkulan menenangkan pada saat pertama kali di diagnosa oleh dokter. Dengan grup ini, agar kami lebih leluasa dan nyaman membahas kasus-kasus baru yang muncul. Dengan semakin bertambahnya penyintas tumor otak di Lavender Ribbon Cancer Support Group, akhirnya grup kecil diskusi ini terbentuk. Jauh sebelum almh.mba Indira menulis narasi tentang ibu Adi Tri Kuswati di kolom Lavender, beberapa anggota baru dengan kasus tumor otak sering berdiskusi melalui media aplikasi Whatsapp kepada beliau. Mereka bercerita pengalamannya sendiri, anak, pasangan maupun orangtua yang mengalami tumor otak.

Pertengahan tahun 2014, dengan izin mba Indira, grup kecil ini melalui media aplikasi whatsapp dibentuk oleh Ibu Adi Tri Kuswati. Wadah berkumpulnya para penerima anugerah tumor otak, baik yang sudah menjalani berbagai terapi seperti operasi Kraniotomi maupun masih bertahan berdamai dengan tumornya. Ibu Adi Tri Kuswati termasuk penyintas yang berdamai dengan Meningioma yang berukuran cukup besar. Ada juga kisah penyintas lain, diagnosa awalnya bahwa kehidupannya tidak akan bertahan lebih lama lagi. 

Dengan bergabung digrup ini, kami saling menyemangati dan berempati. Untuk menghilangkan rasa ketakutan dari bayang-bayangan yang akan terjadi dimasa depan dan tidak merasa sendiri dengan anugerah tumor tersebut. Didalam grup, kami saling berbagi tentang gejala-gejala awal sebelum didiagnosa mengidap tumor otak, kemiripan dari obat-obatan yang dikonsumsi, menjalani pola hidup sehat, termasuk memahami faktor pencetus kambuh serangan kejang baik dikarenakan kelelahan fisik maupun psikis, dehidrasi, kurang istirahat, kurang asupan yang bergizi serta beberapa faktor lain. Hal itu semua bisa membantu kami meminimalisir kambuhnya serangan kejang. Selain itu, kami sering membahas efek samping obat -obatan yang dikonsumsi karena rata-rata obat-obatannya termasuk dalam golongan obat psikotropika IV. 

Dari diskusi kami selama berkumpul dalam grup, tumor otak ganas jenis Glioma, salah satunya adalah Gliobastoma. Tumor ini yang sangat cepat sekali mengalami pertumbuhan sehingga membuat otak semakin terdesak dan bisa mengakibatkan kerusakan pada sel- sel saraf tertentu pada tumor berkembang. Hal ini, sering mengakibatkan penderita mengalami kelumpuhan, ketidaksadaran diri serta beberapa efek lainnya. Baik penyintas maupun keluarga harus lebih bersabar dalam menjalani semua proses untuk kesembuhan. Sejak grup ini berdiri, penderita tumor otak ganas belum ada yang dapat bertahan lebih lama dengan segala upaya hingga titik akhirnya. Akan tetapi ada penyintas tumor otak dengan pilihan terapi alat Doktor Warsito mereka bisa sembuh total serta dapat menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Digrup ini ada juga yang bertahan dengan berdamai memahami gejala dan mengkonsumsi obat anti konvulsi (anti kejang) dibawah pengawasan spesialis saraf, sehingga dapat bertahan menjalani aktivitasnya. 

Grup Cerdas Mengelola Tumor Otak selalu mendapat pendampingan dari dokter, yang pertama kali dibimbing oleh seorang spesialis onkologi. Alhamdulillah, pada tahun 2019, grup ini dapat didampingi oleh dokter spesialis saraf. Beliau seorang dokter yang bertugas di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung, Departemen Saraf yakni dr.Aih Cahyani, SpS. Keahlian beliau lebih intensif dalam hal menangani vertigo (menangani gangguan keseimbangan). Disamping itu, beliau ahli dalam menangani masalah Neuro Ofthalmologi atau gangguan penglihatan yang disebabkan saraf ( lapang pandang, atau kabur penglihatan) serta seorang Neuro onkologi (tumor otak dan medula spinalis).

Namun sayangnya, aku sudah lama tidak bergabung grup ini dengan berbagai alasan kesibukan. Tapi aku masih saling menyapa beberapa anggota grup pada media sosial agar tidak terputus silaturrahim diantara kami. Mohon maaf yang sedalam-dalamnya buat saudara-saudaraku di grup Cerdas Mengelola Tumor Otak, buku menceritakan perjuangan kalian semua yang pernah dijanjikan belum bisa terwujud. Mohon do'anya agar, aku dapat memulai untuk menyusun kembali dari serpihan-serpihan yang masih tersisa agar bisa menjadi sebuah cerita inspiratif bagi siapapun yangmembutuhkannya. 

serpihan yang tersisa:


Saturday, June 22, 2024

Do'a dan Usaha

Konten [Tampil]
“Ummi, Ismail diterima di Universitas Gajah Mada,” terdengar teriakan anak sulungku dari dalam rumah, saat itu aku sedang duduk di teras rumah menemani Arumi bermain. Aku terperanjat dan bergegas melangkah ke dalam rumah, sambil membuka grup whatsapp keluarga yang ada di telepon seluler. Hatiku begitu merasa terharu dan bahagia, akan keberhasilan yang dicapai Ismail. Alhamdulillah, sambil kulafazkan do’a sebagai bentuk rasa syukur atas hadiah terindah dari Allah bagi kami sekeluarga.
Kebahagiaan terbesar bagi seorang ibu adalah melihat anaknya berhasil meraih impian mereka. Bulan ini, aku merasakan kebahagiaan itu sepenuhnya. Anak bungsuku, Ismail berhasil lulus di perguruan tinggi negeri di kota Yogyakarta.

Sejak masa sekolah menengah pertama (SMP) Ismail sudah bertekad untuk masuk Universitas Gajah Mada (UGM). Impiannya saat itu bukanlah fakultas pilihan sekarang. Adanya perubahan pilihan Ismail pada detik-detik terakhir pendaftaran tes SNBT (Seleksi Nasional Berbasis Tes) untuk masuk perguruan tinggi negeri. Fakultas hukum pilihan pertamanya, untuk pilihan kedua memilih di Universitas Negeri Semarang (UNES) dengan fakultas yang sama.

Anak bungsuku termasuk anak yang rajin dan cerdas. Sejak kecil, dia telah menunjukkan minat besar dalam belajar dan selalu menjadi siswa berprestasi di sekolah. Kami sebagai orangtua selalu memberikan dukung penuh kepada semua anak-anak termasuk dalam memilih kampus impiannya.
Sebelum almarhum ayahnya meninggal dunia, beliau telah menanamkan kepada anak-anak tentang kedisplinan dan ketekunan dalam mencapai semua impian mereka. Dimulai dari anak sulung, tengah, serta si bungsu beliau telah diberikan arahan dan dorongan agar bisa mencapai impian mereka masing-masing.
Dengan segala upaya serta do'a panjangku sebagai dukungan yang diberikan agar Ismail lulus perguruan tinggi negeri impiannya. Meskipun Ismail mengetahui adanya persaingan yang sangat ketat agar bisa lolos seleksi tes, tetapi tidak menyurutkan semangat Ismail untuk terus belajar lebih keras. Setiap hari dia menghabiskan waktu berjam-jam mengerjakan soal-soal latihan. Selain itu, Ismail juga mengikuti bimbingan belajar 2 hari dalam seminggu.
Semua proses panjang yang telah dilalui Ismail ternyata membuahkan hasil yang begitu menakjubkan. Akhirnya, pada saat pengumuman hasil tes SNBT, kabar bahagia itu datang juga.
Dalam sujud syukurku, air mata bahagia ini tanpa disadari telah membasahi seluruh wajah. Perjalanan baru akan dimulai oleh Ismail, dengan penuh harapan, semangat dan keyakinan. Aku hanya bisa mendukung dan mendo'akan, insya Allah Ismail beserta saudara-saudaranya akan mencapai kesuksesan baik di dunia maupun akhirat nanti.
Aamiin Ya Rabbal'alamiin.


Friday, June 21, 2024

Bulan Kelahiran

Konten [Tampil]


Setiap manusia dilahirkan ke bumi dalam keadaan fitrah, yakni suci dan bersih. Tetapi lingkungan dan orangtuanya yang merubah fitrah, sehingga hari kelahiran merupakan suatu peristiwa agar kita senantiasa berusaha kembali kepada fitrahnya. Hari kelahiran juga sebagai bentuk wujud rasa syukur seorang hambaNya akan kebesaran Allah, SWT atas semua nikmat yang diperoleh sejak dilahirkan ke muka bumi hingga saat ini.
Namaku Melia, aku dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1977 di sebuah kota kecil yang tenang bernama Curup terletak di Provinsi Bengkulu. Kedua orang tuaku, Pak Syamisr Ilyas dan Ibu Jusmi Ismail, mereka menamai putri kecilnya Cindiana Famelia. Nama yang begitu unik namun penuh makna harapan.
Curup adalah kota yang dikelilingi oleh keindahan alam, hamparan pegunungan hijau, serta udara yang sejuk. Kota ini terkenal dengan hasil pertanian yang melimpah dan masyarakatnya begitu ramah. Di tempat yang damai inilah aku memulai kehidupan.
Aku tumbuh menjadi anak yang ceria namun introvert. Di rumah merupakan teman ternyaman bagiku, sambil menghabiskan waktu dengan membaca buku dan menulis diary. Di sekolah, aku lebih suka duduk di sudut kelas sambil mengamati sekelilingnya, serta mencatat berbagai hal yang menarik dalam sebuah buku kecil. Teman-teman mungkin melihatku sebagai anak yang pendiam, tapi dalam hati dan pikiranku, penuh warna dan imajinasi.
Aku suka meminjam buku cerita setiap ke perpustakaan daerah, kedua orang tuaku juga sangat mendukung minat baca anak-anaknya dengan berlangganan majalah anak-anak di masa itu. Mereka yakin bahwa, meskipun putri mereka lebih suka berdiam diri namun memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.

Saat menginjak usia remaja, aku sering menulis di diary. Menceritakan tentang semua hal yang terjadi sehari-hari termasuk orang-orang yang ada di sekitar. Aku menulis tentang perjuangan-perjuangan masa sekolah, harapan, dan impian masa depan nanti.
Kini, di usia dewasa, aku baru memulai kembali merintis sebagai seorang penulis kisah inspiratif. Kisah-kisah yang kutulis berisi pesan moral dan kehangatan agar bisa menginspirasi banyak orang. Meski sifat introvertku masih melekat, tapi aku telah menemukan cara untuk menyampaikan ide dan pikiran melalui sebuah tulisan.
Dengan segala kecerianku, yang tersembunyi di balik sikap pendiam ini. Aku terus berusaha menulis kisah yang menginspirasi, serta ingin membawa harapan dan keindahan dari kota kelahiranku ke dunia yang lebih luas.
Kini, di bulan kelahiranku bentuk wujud rasa syukur sebagai seorang hamba Allah, SWT menjadikan langkah awal perjalanan seorang penulis pemula yang dapat menginspirasi banyak orang dengan kisah-kisah ini.


Thursday, June 20, 2024

Pahlawan di Jalan Raya

Konten [Tampil]


Ardi adalah seorang pengemudi transportasi online, baru beberapa bulan ini memulai pekerjaannya. Setelah ia mengalami pemutusan kerja sepihak dari perusahaan dia bekerja. Dengan kendaraan pribadi yang masih dicicil, Ardi berharap bisa mencukupi kebutuhan keluarganya, termasuk istri dan semua anak-anak yang masih sekolah.

Awalnya, pekerjaan ini memberikan harapan baru bagi Ardi. Dia bisa mengatur jadwal sendiri dan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Namun, harapan itu mulai pudar ketika kebijakan baru diterapkan oleh perusahaan transportasi online tempat dia bekerja.
Kebijakan baru tersebut menurunkan tarif per kilometer, menaikkan potongan komisi perusahaan, dan memperketat aturan insentif. Akibat dari semua kebijakan itu, penghasilan Ardi menurun drastis. Dia harus bekerja dalam waktu lebih lama serta mengambil lebih banyak penumpang hanya untuk mendapatkan penghasilan yang sama seperti sebelumnya.
Setiap pagi, Ardi bangun lebih awal dan pulang selalu larut malam, sering kali dia hanya mendapatkan sedikit waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Meski begitu, dia tidak mengeluhkan di depan istri maupun anak-anaknya. Dia berusaha tetap tersenyum dan memberikan semangat kepada mereka, meskipun di hati terkecinya dipenuhi rasa kekhawatiran.
Di tengah perjuangannya, Ardi bergabung dengan komunitas pengemudi transportasi online yang mengalami nasib serupa. Mereka berbagi cerita, strategi, dan kadang-kadang canda tawa untuk mengurangi sedikit beban yang mereka rasakan. Komunitas ini menjadi tempat Ardi menemukan kekuatan dan semangat baru.
Suatu hari, komunitas tersebut memutuskan untuk mengajukan protes terhadap kebijakan baru perusahaan. Mereka mengatur pertemuan dengan perwakilan perusahaan untuk menyampaikan keluhan dan harapan mereka.
Meski pertemuan itu tidak langsung menghasilkan perubahan, suara para pengemudi transportasi online mulai terdengar. Media lokal mulai meliput perjuangan mereka, kemudian mereka mengumpulkan tanda tangan dan menggalang dukungan.
Akhirnya setelah berbulan-bulan lamanya, perjuangan Ardi dan rekan-rekan komunitas mendapat jawaban. Perusahaan transportasi online mau meninjau ulang kembali kebijakan-kebijakan tersebut. Beberapa perubahan dengan menaikkan tarif maupun insentif. Begitu juga dengan komisi perusahaan yang dikurangi sedikit dari kebijakan awal.
Perjuangan Ardi dan rekan-rekan membuahkan hasil melalui tekad yang kuat untuk bersuara dan semangat kebersamaan. Itu semua, membuktikan meski mereka berada di jalan raya penuh dengan liku, berani untuk bertindak sekecil apapun pastinya akan selalu memiliki arti.