Sunday, March 31, 2024

Penulis Pemula

Konten [Tampil]


Apa yang salah menjadi seorang penulis? Bukannya seorang penulis itu, seseorang yang harus mempunyai wawasan yang luas, kreativitas, dan imajinasi yang tinggi sehingga karyanya dapat dinikmati dan memberi inspirasi bagi setiap pembacanya.

Menjadi penulis juga harus mempunyai kepekaan yang tinggi  dalam membaca situasi sekitar atau waktu tertentu agar bisa menghasilkan karya barunya. Meskipun saat ini kepekaan diriku sedang mengalami proses diasah ketajamannya.

Bukan hanya menulis tentang saat ini, tetapi seorang penulis harus mampu menggali masa lalu untuk menghasilkan tulisan dan tentunya dibutuhkan riset yang lama dan mendalam.

Selain itu penulis juga harus memiliki ketelitian tinggi dalam menuangkan tulisan serta dibutuhkan kesabaran agar tidak tergesa-gesa dalam menghasilkan karya yang bagus.

Aku merasa bahagia menjalani sebagai seorang penulis, memang saat ini, aku sebagai penulis pemula mungkin tulisan yang dihasilkan juga belum sehebat para penulis senior ataupun penulis ternama. Tapi setidaknya aku sudah memulainya dan berproses belajar menjadi penulis.

Banyak yang mempertanyakan kegiatanku selepas tidak bekerja lagi, jawabanku menegaskan "ibu rumah tangga yang produktif sebagai seorang penulis pemula". Sempat juga mereka membandingkan bayaran yang kuperoleh dari menulis dengan gajiku selama bekerja.

Bukan besar kecilnya suatu bayaran yang menjadi tujuanku, tapi ada bahagia dalam menjalaninya sehingga dapat menghasilkan sebuah kisah yang tertuang dalam rangkaian kata-kata agar bermanfaat dan menginspirasi bagi orang banyak.

Banyak hal yang membuat aku bersyukur dengan menjalani gelar terbaru ini. Ada kenyamanan dan kebahagiaan yang terasa berbeda dalam melalui proses menulis yang memiliki tantangan sendiri dalam menghasilkan tulisan cepat, tepat dan bermakna, melewati tahapan koreksi tulisan dan menunggu lolos terseleksinya tulisan.

Selain itu banyak perubahan yang aku alami, salah satunya sering berinteraksi dalam percakapan. Dahulu aku tidak suka untuk berkomentar atau berinteraksi di dalam percakapan sebuah sosial media karena takut menuliskan kata-kata yang tidak sesuai.

Sekarang sedang berproses agar dapat terlibat dalam percakapan dan memberi apresiasi kepada seseorang atas sebuah pencapaiannya. Perubahan lainnya tidak merasa takut untuk menuangkan ide dan pemikiran yang aku punya dan terakhir mencoba mempublikasikan diri.

“Menjadi penulis pemula tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan”.

 

 

Wednesday, March 27, 2024

Ulah Arumi

Konten [Tampil]

 


"Nena, pasang bebek", kata cucuku Arumi, sambil meletakkan plester luka bergambar karakter kartun Donal duck diatas pangkuanku.

“Ayo, sini nena pasangkan”, jawabku. Aku membuka plester luka dan menanyakan kembali, “Mau dipasang dimana plesternya, sayang?”, Arumi kemudian menunjukkan lututnya.

“Siap tuan putri, plesternya sudah pasangkan", sahutku sambil menggelengkan kepala melihat tingkahnya yang merasa bahagia. Tingkahnya Arumi begitu menggemaskan membuat aku tertawa sendiri tapi kadang-kadang ulahnya sangat menyebalkan.

3 alasan penyebab anak balita suka dan terobsesi menggunakan plester luka

Aku penasaran dengan keinginannya memasang plester luka pada bagian anggota tubuh yang tidak mengalami luka. Apa sih, obsesi anak balita ini terhadap plester luka? Dari sebuah pembahasan di dalam laman Sanfrancisco City, bisa jadi  3 alasan ini penyebab mengapa anak balita suka dan terobsesi menggunakan plester luka diantaranya:

1.    Validasi

Anak-anak khususnya balita belum dapat mengontrol atau mengekspresikan emosi mereka sebaik orang dewasa. Meski begitu, sama seperti kita, anak-anak tetap merasakan semua 'perasaan' yang bermacam-macam setiap harinya.

Dengan dipasangkannya plester luka, bisa jadi anak merasa mendapatkan validasi bahwa apa yang mereka rasakan dilihat, dimengerti, didengar, dan ditanggapi oleh orang tuanya.

2.    Perhatian

      Dari pengalamannya itu bisa jadi diingat anak dan membuatnya memahami bahwa      plester luka bisa mendapatkan perhatian ekstra atau kesempatan istimewa.

3.    Kemerdekaan

Anak-anak selalu ingin mencari tahu siapa mereka. Dari masa balita hingga anak besar dan terus tumbuh jadi orang dewasa, mereka akan berusaha mencari tahu dan mengenali dirinya sendiri. Plester luka, bisa jadi digunakan oleh anak dalam proses ini.

 

Kutipan dari : 

https://kumparan.com/kumparanmom/kenapa-balita-suka-pakai-plester-luka-ini-jawabannya-1544366617660970244/2


Monday, March 25, 2024

Lembaran Episode Baru

Konten [Tampil]

Sudah lebih delapan bulan aku tidak menggoreskan tinta pena di buku diary ini. Rindu pasti ada, seperti biasanya di kala sedih, bahagia, dan semua hal selalu ada cerita baru yang kutulis tapi sekarang sudah ada tempat untuk mencurahkan segalanya. Dialah lelaki sederhana yang datang setelah patah, menggantikan posisi almarhum ayah anak-anak di hati ini, qadha' dan qadarullah beliau adalah jodohku selanjutnya yang tertulis di Lauh Mahfudz. 

Alhamdulillah, ada perubahan baik setelah enam tahun dalam kesendirian dan kesunyian untuk melanjutkan perjalanan hidup. Sebagai teman beribadah, bercerita tentang cita-cita, dan berjuang bersama meningkatkan taraf hidup keluarga kami.

Berawal pada bulan Juli 2022, seorang teman masa SMA pernah mengajukan untuk melakukan pendekatan. Aku menawarkan proses ta’aruf sesuai tuntunan syari’ah tapi beliau membatalkannya karena merasa tidak memenuhi kriteria pada contoh biodata diminta saudariku. 

Lima bulan setelah pembatalan ta'aruf, dia langsung datang melamar menemui kedua orang tuaku. Perjuangannya sangat keras harus menyeberangi antar pulau agar bisa bertemu kami sekeluarga.

Pertemuan pertama pada bulan Januari 2023 berkenalan dengan Ketiga anakku beserta keluarga besar. Butuh proses lama untuk menyakinkan mereka karena adanya kehadiran orang baru dalam kehidupan kami termasuk kedua orangtuaku. Banyak kekhawatiran mereka, diantaranya masih ada tanggungan anak yang harus kami penuhi dengan kondisi finansial calon suami seorang wiraswasta pasti akan memulai dari awal di tempat baru.

Seiring waktu, tepatnya di bulan Syawal 1444 Hijriyah, anak dan kedua orangtuaku menyetujui niat pernikahan kami. Alhamdulillah, pada tanggal 13 Mei 2023, akad nikah dilangsungkan berjalan dengan penuh hikmat. Modal kami saat itu hanya berbekal niat beribadah, tekad kuat, dan bertawakkal kepada Allah agar kami dapat memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga baik secara materi maupun ruhiyah.

Hadirnya sosok lelaki sederhana ini, bukan hanya membuat warna dalam lembaran baru kehidupanku tapi juga bagi kami sekeluarga. Akan aku tulis kembali setiap lembaran dengan cerita dan kisah indah bersamanya, demi menggapai cinta dan ridhoNya Illahi.


Sweet Memory 13052023

Menjemput Impian

Konten [Tampil]
Mentari telah mulai menampakkan dirinya, langit nampak sangat cerah menambah suasana pagi hari ini penuh semangat sepertihalnya perasaan yang kurasakan. Bismillah, aku ingin segera melangkah kaki memasuki lobby sebuah gedung perkantoran di kota Bogor.

"Selamat Pagi, bu ", seorang laki-laki dengan perpakaian atribut lengkap menyapaku. 
"Pagi pak”, balasku. 
"Ada yang bisa kami bantu, bu", laki-laki itu menanyakan kembali kepadaku. 
Aku menjawab, "saya mau bertemu dengan bu Athalia di lantai 3 Divisi Business Government Enterprise Service, tadi saya sudah buat janji bertemu" 
"Baik bu, silahkan menunggu, kami konfirmasikan terlebih dahulu ya", balas laki-laki itu. 
Aku membalas dengan anggukan kepala, menandakan menyetujui permintaan petugas pelayanan di sana. 
Tidak lama kemudian, dia mengatakan, "Bu, kata bu Athalia harap menunggu terlebih dahulu di bawah karena beliau masih mengikuti rapat". 
Mari bu, silahkan menunggu di sini, jawab laki-laki itu sambil mengarahkan aku menuju ke tempat untuk menunggu. 
"Oh baik, terima kasih pak", jawab aku sambil berjalan mengikuti arahan beliau. 

Sambil menunggu, aku membuka telepon seluler dan membaca sebuah kisah dari postingan yang ada di sosial media. Beberapa postingan masa pandemi masih terkait semakin meningkatnya jumlah orang yang terpapar virus covid-19. 

Tahun 2020 merupakan titik langkah awal aku untuk meniti sebuah karier baru yang selama ini selalu ingin kujalani. Alhamdulillah melalui teman alumni almarhum ayah anak-anak, hari ini aku akan bertemu dengan seorang Manager di sebuah perusahaan Telekomunikasi, yang akan menjadi atasan dan membimbing aku mengenal dunia kerja. 

Aku tidak tahu bagaimana dan seperti apa pekerjaan yang akan dilimpahkan sang atasan, jujur sejak wisuda hingga hari ini merupakan pekerjaan yang berbeda akan digeluti. Dulu aku sempat bekerja di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Medan, sesuai dengan bidang lama sebagai seorang analis kimia tapi itu hanya bertahan 6 bulan lamanya. Pada saat itu, prioritasku masih kepada anak-anak yang masih membutuhkan asuhan dan bimbingan ibunya. 

Tanpa terasa, 20 menit telah berlalu dan aku diminta oleh bagian pelayanan untuk menuju ruangan di lantai 3. Sesuai arahannya, alhamdulillah aku bisa bertemu dengan ibu Athalia dan kami saling bersalaman dan berpelukan seperti sudah lama saling mengenal. Sebenarnya hari itu, aku baru pertama kali mengenal beliau, mungkin karena sudah lama bekerjasama dengan almarhum suami sehingga dia seperti telah lama mengenal aku. 

Bu Athalia langsung menanyakan kepadaku, “Bagaimana kabarnya mba dan anak-anak?” “Alhamdulillah sehat bu?”, aku menjawab pertanyaannya. 
“Alhamdulillah kalau begitu, mohon maaaf saya baru selesai meeting, jadi mba kelamaan menunggu”, bu Athalia menuturkan permohonan maaf kepadaku. 
Jujur aku membathin, “tidak masalah mau menunggu selama apapun, asalkan kita dapat bertemu karena aku yang sangat membutuhkan ibu”. 
“ Tidak apa-apa bu, saya yang mohon maaf karena mengganggu waktu ibu?”, jawabku sambil memperbaiki posisi dudukku. 
Sambil tersenyum, beliau mengatakan : “Oh, ya dulu apa pernah bekerja ?” 
Akupun membalas menjawab, “pernah bu, saya pernah bekerja pada sebuah perguruan tinggi swasta pada saat kami tinggal di kota Medan, selain itu pernah sebagai freelance marketing sebuah asuransi syariah dan buku untuk anak balita”. “

Oke, baiklah kalau begitu mba, untuk pertama kali bergabung mengelola projek produk digital yang akan dipromo oleh perusahaan. Mba akan dibimbing oleh mas Andri”, sambil menganggukkan kepala aku menjawab, “baik, bu”. 

Muncullah seorang anak muda dari pintu ruangan beliau, kesan pertama anak muda yang santun, begitu energik dan pintar. Perkenalan kami berjalan lancar, beliau mengatakan merupakan karyawan baru dan penempatan kerja pertamanya berada di Bogor. 

Hari itu aku diperkenalkan ke beberapa rekan yang hadir karena pada saat itu, masih masa cuti lebaran dan covid-19, sehingga adanya kebijakan pemerintah yakni terkait pembatasan jumlah karyawan pada sebuah ruangan tertutup. Kesan pertama perkenalan, semua mempunyai tanggapan baik dengan kehadiranku walau semua dalam kondisi menggunakan masker dan sedang fokus melakukan pekerjaannya. 

Aku diminta bu Athalia, untuk memulai bekerja pada keesokan harinya dan hari ini aku diperbolehkan untuk pulang mempersiapkan diri dan perlengkapan bekerja. Akupun mohon izin untuk pulang ke rumah. 

Di luar gedung, aku bersyukur dalam hati, “Alhamdulillah, besok aku memulai sebuah karir yang baru. Ada kebahagian begitu dalam kurasakan, di usia 40-an aku baru memulai sebuah karir sekaligus menjadi pejuang pencari nafkah untuk ketiga orang anak-anakku”. 

Harapan terbesarku pada saat meninggalkan gedung perkantoran, “semoga di sini ada rezeki anak-anaku dan Allah ridho”. Aamiin . “Ku sambut hari ini dan esok dengan senyuman termanis melangkah dengan demi menggapai sebuah Impian”.

Juni 2020, Bges Witel Bogor

Selepas kepergianmu

Konten [Tampil]
Hujan turun sepanjang hari ini, menambah kondisi kota Bogor semakin dingin, membuat betah dan nyaman bagi siapapun untuk tetap berada di dalam rumah. Menikmati teh hangat dan cemilan sambil duduk termenung di dekat jendela, memandangi jatuhnya tetesan air hujan yang turun membasahi bumi. Sudah seharian ini, aku masih duduk termenung di dekat jendela, dengan tatapan begitu kosong sambil memandang keluar jendela rumah. 

Ada banyak hal yang berkecamuk didalam pikirkanku, setahun telah berlalu sejak kepergiannya tetapi aku merasa begitu rapuh dan tak berdaya untuk melanjutkan hidup hingga saat ini. Setiap hari, aku hanya menunggu sambil duduk di dekat jendela, mengenang semua kenangan indah bersama suami.

Sebuah album foto berwarna pastel, sebagai obat melepaskan kerinduanku selama ini. Album foto itu sudah terlalu sering kubuka, halaman per halaman sambil mengenang kembali setiap kisah yang pernah ada. Delapan belas tahun lamanya kami hidup bersama, itu bukanlah waktu yang singkat dengan semua kenangan yang tercipta. Hati ini masih diliputi kehilangan yang mendalam, walaupun aku memahami bahwa ini sudah takdir yang telah ditetapkan Allah bagi aku. 
 
Rasa kehilangan yang begitu mendalam menambah trauma bagiku, sering munculnya perasaan takut ditinggal oleh orang-orang yang di cintai atau ketakutan akan mengalami sakit parah. Perasaan cemas berlebihan yang aku alami, menjadi pemicu munculnya kembali serangan itu. Kecemasan berlebihan yang terjadi, begitu membatasi diriku untuk beraktivitas di luar rumah karena rasa kekhawatiran jika berada di keramaian. 

Seperti hari ini, aku mengalami serangan kecemasan di saat sedang istirahat malam. Entah apa penyebabnya, tiba-tiba jantungku berdetak sangat kencang akupun merasakan ketakutan semakin menambah sesaknya nafas dan ditambah mulainya muncul rasa gelisah. Efek panik ini, sering menyebabkan otot tubuhku mengalami ketegangan dan kepala menjadi pusing serta terasa akan mengalami pingsan. 

Dalam pikirannya sering muncul banyak pertanyaan, "Apa yang terjadi padaku ?
“Apa aku mengalami sakit parah ?" 
“Apa aku akan baik-baik saja ?” 
Serangan kecemasan yang aku alami berlangsung cukup lama dan akan mereda setelah aku menerima bahwa serangan kecemasan itu sedang hadir.

Selain itu melalui teknik pernafasan yang telah aku pelajari selama ini, berlahan-lahan mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Sambil terus mengucapkan istighfar dan melafazkan zikir, berangsur-angsur kecemasan yang dirasakan mereda. 

Serangan kecemasan atau anxiety disorder yang aku alami telah cukup lama. Pengalaman pertama terjadi sejak dua tahun lalu, pasca menjalani sebuah operasi. Anxiety ini bertambah parah, sejak kehilangan sang suami tercinta. Selama ini aku rutin untuk memeriksakan diri ke ahli psikiater pada sebuah rumah sakit di kota Bogor. 

Dengan menjalani beberapa terapi, membantu aku mengatasi anxiety disorder dan juga mengobati trauma kehilangan. Sejak itu aku berusaha memulai menjalani hidup dengan melakukan aktivitas di luar rumah, membantu untuk dapat berinteraksi dan bertemu orang banyak. 

Beraktivifitas menjadi guru relawan di sebuah sekolah yang tidak jauh dari rumah, membantu mempercepat proses kesembuhanku. Dulu, aku hanya duduk termenung dan mengenang tapi kini hari-hari yang aku jalani sudah terasa sangat berbeda. 

Ada sebuah harapan dari sebuah amanah yang harus jalankan, dengan memulai hari penuh semangat baru demi keberlangsungan hidupku dan masa depan anak-anak tercinta. 

“Waktu menyembuhkan banyak luka, butuh sebuah proses dalam menyembuhkan luka kehilangan. Setiap orang punya cara dan waktu mereka sendiri dalam menyembuhkan luka kehilangannya”.

#Temanku psikiatri sholehah dan terbaik 

Berselimut Duka

Konten [Tampil]
Hari ini masuk hari ketiga suamiku mengalami koma, sejak kemarin aku dan anak-anak telah menemaninya di sebuah ruangan ICU rumah sakit di kota Bogor. Sepertinya memang harus begitu, hanya kami yang melepaskan kepergiannya karena saudaraku selepas subuh pulang ke rumah untuk beristirahat. Sejak suami mengalami koma, kami sekeluarga hanya bisa mempasrahkan diri dan memohon agar beliau diberikan kesembuhan yang terbaik menurut Allah. 

Seperti biasa dokter jaga memantau perkembangan suami dan memintaku mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk dengan kondisi suami saat ini. Pada detik-detik terakhirnya ketika akan meninggalkan kami, aku sudah tak berdaya tapi hati ini seperti mengikhlaskan sambil berbisik di hati, “pergilah mas menghadap RabbMu, aku dan anak-anak telah ridho jika ini jalan kesembuhan untukmu,” selepas itu beriringan suara alat pemantau kondisi pasienpun berbunyi tanpa henti. 

Tangisan ketiga anak-anakku semakin menjadi-jadi dan aku hanya terdiam tanpa suara tangisan maupun air mata. Para medis telah membacakan jam kepergiannya dan mengucapkan bela sungkawa. Segera aku memeluk ketiga anak-anakku dan kami menangis bersama, aku mengatakan kepada anak-anak, “berduka dan menangislah sepuas-puasnya, setelah itu kita harus segera menghentikan tangisan karena akan mempersiapkan pemakaman ayah”. Anak-anakpun hanya menganggukkan kepalanya menandakan mengerti apa yang aku maksud. 

Aku mengambil nafas dan membuang kasar sambil menelpon kedua orangtuaku, "Assalamualaikum bu, mas sudah pergi”, kalimat itu terhenti karena tenggorakan terasa tercekat dan pecahlah kembali tangisku. Akupun segera mengalihkan pembicaraan untuk meminta bantuan mempersiapkan rumah dan pemakamannya. Selanjutnya aku mengabarkan kepada keluarga suami dan terakhir rekan kerjanya.

Dada ini semakin terasa sesak, aku menghelakan nafas panjang sesaat dan bergerak cepat untuk mempersiapkan pemandian jenazah suami yang dilakukan di rumah sakit. Akhirnya proses pemandian dan mengkafankanpun telah selesai, aku diminta oleh seorang perawat jaga untuk menyelesaikan urusan administrasi rumah sakit agar mempercepat kepulangan jenazah. Semua berjalan lancar dan terasa dimudahkan, kami dipersilahkan menuju area parkir ambulance dan berangkat menuju rumah. 

Pada hari itu, cuaca mendung menyelimuti kota Bogor, sepertinya alam memahami suasana hati kami. Tak terasa mendungpun bergelayut dipelupuk mata ini, bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipiku. Mobil ambulance yang kami tumpangi terus melaju cepat di jalanan yang padat, tanpa terasa telah memasuki pintu gerbang perumahan tempat kami tinggal. Suasana duka semakin terasa dengan berjejernya karangan bunga sepanjang jalan menuju rumah kami. 

My Story (Memory, 27 Oktober 2017)

Dari Menu Sang Anak Menjadi Bisnis Besar

Konten [Tampil]
Makanan pendamping ASI atau lebih dikenal dengan istilah MPASI, biasanya diberikan kepada bayi sejak berusia enam bulan. Biasanya bubur bayi organik menjadi pilihan bagi para ibu karena bahan makanan yang terkandung di dalamnya aman bagi kesehatan bayi. Bubur organik merupakan bubur dengan bahan utama menggunakan bahan-bahan organik, yakni bahan makanan yang tanpa ada bahan pestisida, pupuk kimia ataupun bahan sintetis. 


Bagi sebagian orang mungkin usaha bubur bayi dipandang sebelah mata, hanya makanan pendamping ASI bagi bayi. Berbeda dengan sudut pandang dari pasangan Eka Sri Mulyaningsih dan Eko Priyanto, baginya bubur makanan pendamping bagi anak merupakan peluang usaha yang sangat menjanjikan. Pada hari itu, saya dan dua orang rekan kerja kantor sedang berkunjung ke sebuah perusahaan produk makanan bayi di daerah Bojong Gede Kabupaten Bogor. Bubur O-NIC namanya, bagi saya merupakan sebuah nama unik. 


Dari penuturan cerita pak Eko Priyanto sebagai pemilik perusahaan, usahanya dimulai pada tahun 2015, bermula ketika istrinya ingin memberikan makanan yang terbaik bagi buah hati mereka, membuat MPASI berupa bubur bayi organik. Bubur bayi organik yang dibuatnya selalu berlebih, sehingga sering dibagikan kepada tetangga yang memiliki bayi. 


Para tetangga merasa cocok dengan bubur yang dibuat oleh sang istri, setiap hari mereka sering melakukan pemesanan bubur bayi organik dan semakin bertambahnya permintaan bubur bayi organik. Dari sana akhirnya pasangan ini, memulai merintis usaha dengan membuka satu outlet kecil yang dikelola oleh sang istri yang saat itu sambil mengelola usaha bimbingan belajarnya. 


Bertambahnya permintaan pesanan bubur organik, membuat istrinya merasa kewalahan sehingga pada akhir tahun 2016 beliau berhenti dari pekerjaannya. Pasangan suami istri itu bersama-sama, mulai mengembangkan dan berinovasi bagi usaha bubur bayi organiknya. Dari satu outlet hingga memiliki beberapa cabang dan outlet yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Jakarta, Kota Bekasi, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Karawang.
Tanggal 16 Juli 2020, kunjungan saat sosialisasi produk digital kepada salah satu UMKM

Pengalaman Bersama Tumor Otak

Konten [Tampil]
Saya sering mengalami kejang di saat istirahat malam, kejadian pertama kali ini terjadi ketika saya berusia 20 tahun. Pada saat itu, saya masih menjadi mahasiswi analis kimia semester 3 dengan padatnya jadwal di kampus. Saya berpikir serangan kejang terjadi karena faktor kelelahan, tapi setelah serangan pertama serangan kejang itu terus hadir. 

Kondisi serupa berulang kali, akhirnya saya pergi ke dokter spesialis saraf sebuah rumah sakit yang ada di kota Bogor. Dokter meminta saya melakukan beberapa pemeriksaan lebih lanjut termasuk pemeriksaan CT Scan. Dari hasil pemeriksaan CT Scan, diketahui ada benjolan di bagian otak saya, dokter mengatakan bahwa saya terkena tumor otak dan harus segera dioperasi. Saya pun tidak bergeming, bingung tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa. 

Beberapa bulan kemudian, setelah second opini ke dokter lain akhirnya kedua orangtua dan keluarga besar memutuskan untuk melanjutkan pengobatan terapi operasi sesuai permintaan dokter. Operasi berlangsung lancar dan sukses, dari hasil pemeriksaan patologi anatomi, tumor otak saya tidak ganas, merupakan Astrocytoma grade 1 (low grade). 

Selain itu saya tidak perlu terapi lanjut tapi didampingi dengan mengkonsumsi obat anti kejang yang bernama phenytoin dibawah konsult spesialis saraf. Sebulan pasca operasi dilakukan pemeriksaan ulang CT Scan, hasil pemeriksaan menunjukkan masih tersisa tumor tapi tidak ada perkembangan. Hari-hari saya selanjutnya berjalan seperti biasa, termasuk menyelesaikan kuliah dan wisuda. Tanpa ada keluhan yang mengganggu aktivitas sehari-hari. 

Sembilan belas tahun kemudian, keluhan serangan kejang terjadi kembali dan sering terjadi walaupun obat anti kejang rutin dikonsumsi. Pada saat itu, suami membawa saya konsultasi ke spesialis saraf di rumah sakit lain. Dokter itu meminta agar melakukan pemeriksaan melalui MRI otak ulang, karena hasil pemeriksaan yang kami bawa merupakan hasil pemeriksaan satu tahun lalu. 

Dari hasil pemeriksaan ulang MRI otak, dokter memberikan opini untuk melakukan operasi kedua. Pada saat itu, bagi saya merupakan keputusan yang sangat besar, karena posisi saya sebagai seorang isteri dan ibu sehingga banyak pertimbangan-pertimbangan untuk meyakinkan hati melakukan operasi kedua. Dengan saling berbagi dengan teman-teman komunitas penyintas tumor otak, alhamdulillah dengan keyakinan bahwa semua yang terjadi merupakan tanda cinta dari Allah, saya akhirnya melakukan operasi yang kedua. 

Hasil operasi kedua juga sangat memuaskan, tumor berhasil diangkat oleh dokter spesialis bedah saraf dan timnya. Hasil pemeriksaan dan pantauan spesialis bedah saraf pasca operasi, kemampuan gerak, sistem memori dan semua organ tubuh yang berhubungan dengan koordinasi otak saya berjalan normal.


Kenangan: RSCM 1997, RS. Premier Jatinegara 2016