Thursday, August 15, 2024

Rida Seorang Suami

Konten [Tampil]


Sejak awal pernikahan, aku selalu menyadari bahwa hubungan suami istri adalah amanah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Rida suami adalah kunci dari kebahagiaan sebuah rumah tangga. Aku berusaha untuk menjadi istri sesuai aturan syariat Islam, melayani, dan menyenangkan hati suami.

Setiap pagi, aku selalu bangun lebih awal agar dapat menyambut keberkahan hari. Dimulai dari menyiapkan secangkir kopi hangat kegemaran suami, hingga sarapan pagi. Pada saat dia pulang kerja, aku berusaha menyambutnya dengan senyuman, serta suasana rumah yang rapi dan nyaman.

Tidak hanya itu, aku juga berusaha untuk mendampingi suami dalam setiap langkahnya. Menerima sekecil apa pun nafkah yang dibawanya pulang ke rumah. Selain itu, aku juga berusaha untuk tidak berdiam diri di rumah. Dengan mengikuti berbagai kegiatan, baik mempelajari berbisnis rumahan, meningkatkan 𝑠𝑘𝑖𝑙𝑙, termasuk kelas menulis. Aku ingin menjadi istri yang cerdas dan dapat diandalkan, sehingga suami merasa bangga memiliki aku sebagai pasangan hidupnya.

Namun, mendapatkan rida suami bukanlah hal yang mudah. Terkadang, ada perbedaan pendapat atau kesalahpahaman yang muncul. Dalam situasi ini, aku berusaha bersikap lebih sabar, mendengarkan dengan hati serta mencari solusi terbaik tanpa harus mempertahankan ego.

Aku percaya, dengan mendapatkan rida suami, aku akan mendapatkan rida dari Allah. Aku selalu berharap, semoga Allah memberikan kekuatan, agar aku menjadi istri salihah, serta mendapatkan rida suami dalam setiap langkah kehidupan ini.

 

#latihan30harimenulis

#citacitaterbesardalamhidup_day10

#miniproject

 https://www.facebook.com/share/p/QH7kAhjS87L4wTKr/

Wednesday, August 14, 2024

Perjalanan Panjang

Konten [Tampil]


Matahari semakin memerah tanda senja sebentar lagi datang. Aku dan suami, memulai perjalanan menuju kota kelahiranku. Sebuah kota kecil yang sejuk, di kelilingi perbukitan dan pegunungan terletak di provinsi Bengkulu. Perjalanan panjang yang lumayan melelahkan, namun menyenangkan.

Begitu memasuki Pelabuhan Merak, aroma laut yang khas menyambutku, menyegarkan semangat yang telah lama merindukan aroma kebebasan. Dengan langkah mantap, aku dan suami menaiki kapal feri yang akan melintasi Selat Sunda, menuju Pelabuhan Bakauheni.
Kapal perlahan meninggalkan dermaga, memecah gelombang lautan yang tenang. Deru mesin kapal seakan menjadi irama pengantar perjalanan, menggiring pikiranku pada bayangan petualangan yang menanti. Angin laut yang segar menyapu wajahku, membawa harapan baru yang menggelora dalam dada.
Hujan menyambut kehadiran kami malam ini, walau gelap ada sesuatu yang magis tentang laut ini. Sehingga mampu mengusir segala kekhawatiran dan membawa kedamaian di dalam jiwaku.
Sesampainya di Pelabuhan Bakauheni, malam semakin pekat langit gelap tanpa bintang yang menghiasinya. Perjalanan darat pun dimulai, menembus hutan-hutan dan perkebunan yang tersembunyi dalam gelap malam. Lampu-lampu kendaraan menjadi satu-satunya petunjuk arah di jalan yang panjang dan berliku. Jalan yang sepi memberikan kesempatan untuk merenung, mengingat kembali alasan dan tujuan perjalanan ini.
Perjalanan yang memakan waktu dua puluh empat jam ini tak hanya membawa rasa lelah, tetapi juga membawa kesan mendalam dan kepuasan hati tak ternilai harganya bagiku.
Perjalanan ini mengajarkanku bahwa setiap langkah, hembusan angin, serta percikan air laut adalah bagian dari sebuah cerita yang indah, dan akan selalu kuingat sepanjang hidup.


Merak-Bakauheni, 04 Agustus 2024

Semua atas Kehendak Allah

Konten [Tampil]

Setiap manusia pasti memiliki impian terbesar dalam hidupnya. Namun, dalam kehidupan nyata, banyak faktor yang menyebabkannya tidak dapat terwujud. Hal ini, tentunya merupakan perencanaan Allah yang terbaik bagi hamba-Nya. Selama kita dapat merenungi himah besar di balik semua ini.
Seperti pohon yang meranggas, akan berproses menumbuhkan kembali daun-daun baru ketika musim telah berganti. Begitulah hidup, terus berproses mengikuti alur kehidupan sesuai rencana indahnya Allah. Saat menghadapi cuaca ekstrim, pohon mengurangi kehilangan air dengan menggugurkan daun-daunnya untuk bertahan hidup.
Aku selalu berusaha agar dapat bertahan menghadapi berbagai hambatan dan tantangan besar dalam kehidupan. Meskipun dengan langkah kaki terseok-seok, atau bahkan sambil merayappun akan tetap aku tempuh.
Sejak dari menjalani proses panjang untuk sebuah kesembuhan, mengalami kehilangan orang tercinta dan pekerjaan, berdamai dengan 𝑝𝑎𝑛𝑖𝑐 𝑎𝑡𝑡𝑎𝑐𝑘, hingga dipertemukan kembali dengan jodoh yang telah Allah tetapkan. Semua itu, tidak lepas dari pertolongan dari Allah. Pertolongan dari orang-orang di sekelilingiku, hanya Allah yang bisa menggerakkan hati mereka. Kemudahan yang aku peroleh dalam menghadapi hambatan dan tantangan hidup, semua itu atas bantuan dari Allah, SWT.
Semua nikmat yang aku peroleh hingga sekarang atas kehendak Allah, termasuk dalam menulis menghasilkan karya terbaik. Sebagai seorang penulis pemula, tidak sedikit hambatan dan tantangan yang harus ditempuh. Tantangan terbesar itu bagiku adalah perang dengan pikiran diri sendiri, begitu banyak munculnya asumsi-asumsi yang hadir ketika akan mengirimkan naskah tulisan yang telah aku buat. Begitu lelah, menjalani hari terus berkutat pada pikiran kita sendiri.
Namun, atas kehendak Allah, aku berhasil keluar dari pikiran-pikiran itu. Aku bisa bertahan dan terus berjuang melewati terowongan gelap itu, hingga menemukan cahaya terang. Dengan berserahkan diri kepada Allah, aku memulai membersihkan pikiran-pikiran itu. Sehingga aku bisa berproses menumbuhkan kembali pola pikir yang baru. Hari ini aku, mulai menggerakkan hati mengirimkan naskah kisah terbaruku. Sekarang setiap gerak dan langkahku, dalam menghasilkan karya semuanya atas kehendak Allah.

Saturday, August 3, 2024

Salimah Medan Selayang

Konten [Tampil]


Lima belas tahun yang lalu, saat kami masih menetap di kota Medan, aku terlibat aktif di organisasi Salimah. Organisasi ini sangat memberdayakan para ibu-ibu majelis taklim di daerah kami tinggal, yaitu Kecamatan Medan Selayang. 

Sebagai bagian dari humas Salimah Kecamatan Medan Selayang, aku bertanggung jawab terhadap komunikasi dan publikasi organisasi. Setiap acara, seminar, dan kegiatan yang diselenggarakan oleh Salimah, wajib diketahui oleh masyarakat luas, dan aku memainkan peran kecil dalam hal ini.

Suatu hari, Salimah merencanakan acara besar menyambut bulan Ramadan. Aku akan melakukan publikasi yang menarik dan informatif, agar dapat memikat banyak peserta. Aku mulai bekerja dengan keahlian mengedit seadanya. Dengan sentuhan kreativitas, mengedit foto-foto anggota, dan kegiatan sebelumnya, sebagai material kelengkapan untuk 𝑓𝑙𝑦𝑒𝑟  dan poster acara.

Warna-warna cerah dan lembut menjadi pilihanku agar menghasilkan 𝑙𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 yang dinamis. Sehingga setiap informasi, dapat terlihat jelas dan menarik. Foto-foto yang digunakan, menampilkan senyum bahagia, dan semangat anggota Salimah sebagai daya tarik utama. Selain itu, aku juga bertanggung jawab mengelola akun media sosial Salimah Medan Selayang. Dimulai dari pengumuman hingga liputan acara, selalu dibuat menjadi postingan yang rapi dan menarik.

Aku merasa bersyukur dapat menggunakan sedikit keahlian mengedit pada setiap 𝑓𝑙𝑦𝑒𝑟, poster, dan video di dalam setiap acara. Itu semua aku lakukan sebagai bentuk rasa cinta terhadap Salimah Medan Selayang.

 

#latihan30harimenulis

#bakatterpendam_day9

#miniproject

https://www.facebook.com/share/p/2RZTR28LY7KT4tbN/?mibextid=qi2Omg

Thursday, August 1, 2024

Indahnya Rencana Allah

Konten [Tampil]


Aisyah adalah seorang penghafal Al-Qur'an yang tekun. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya di sebuah kota kecil yang sejuk. Hidupnya penuh dengan cobaan, namun ia tetap berusaha istiqomah, sabar serta tabah dalam menghadapi segala ujian yang datang.

Pada saat mengandung anak pertamanya, suaminya, Abdullah, harus pergi ke luar negeri untuk bekerja. Mereka terpaksa menjalani hubungan jarak jauh. Aisyah sangat merindukan suaminya, terutama saat harus melahirkan anak mereka sendirian. Dalam masa-masa sulit itu, Aisyah merasa bahwa Allah tidak adil. Namun, Aisyah tetap berusaha ikhlas dan terus berdoa agar suaminya segera kembali.

Hari demi hari berlalu, Aisyah merawat anaknya dengan penuh kasih sayang. Di tengah kesibukannya sebagai ibu, ia tidak pernah lupa untuk terus menghafal Al-Qur'an dan mengajarkan anaknya nilai-nilai Islam sejak dini Meski hatinya sering dilanda kesedihan dan kesepian, Aisyah selalu berusaha mencari kekuatan dengan senantiasa bersama Al-Qur'an.

Beberapa bulan kemudian, kabar buruk datang menghampiri Aisyah. Suaminya mengalami kecelakaan tragis dan meninggal dunia. Hatinya hancur berkeping-keping. Ia merasa dunia ini begitu kejam, dan cobaan yang datang bertubi-tubi seolah menghancurkan seluruh harapannya.

Dalam kesedihan yang mendalam, Aisyah pernah merasa sangat kecewa kepada Allah. Alhamdulillah Aisyah diingatkan oleh nasehat seorang wanita buta yang tidak sengaja bertemu saat ia duduk di sebuah taman kota.

“Allah itu Maha Lembut, Neng.”

“Al Latif, insya Allah, kalau hati Neng rida, hatinya akan jernih. Kalau kata orang mah, pasti akan merasa tenang dan tentram dengan semua musibah yang terjadi. Rencana Allah itu selalu indah.”

Aisyah pun menyadari bahwa Allah memiliki rencana yang lebih besar dan baik untuknya. Meskipun, ia belum dapat memahami hikmah dibalik semua kejadian ini. Dengan segenap hati yang tersisa, Aisyah berusaha bangkit dari keterpurukan. Ia semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Kini Aisyah menjalani hidup dengan penuh keyakinan bahwa Allah selalu ada di sisinya, mengawasi dan melindunginya dengan kasih sayang-Nya yang lembut. Aisyah juga merasakan, Allah yang memberinya kekuatan untuk terus melangkah dengan hidup penuh keberanian.

Sunday, July 28, 2024

Guru Relawan

Konten [Tampil]


Beberapa tahun lalu, aku pernah menjalani terapi untuk mengatasi rasa duka dan trauma kehilangan. Terapiku berjalan dengan baik, saran dari terapis adalah meminta aku agar mulai terlibat berinteraksi sosial. Hal ini, bisa membantuku menemukan dalam mengalihkan fokus pada sebuah tujuan baru untuk melanjutkan hidup. 

Ketika itu, aku disarankan menjadi relawan pada sebuah taman kanak-kanak di dekat rumah. Awalnya, aku ragu apakah bisa melakukannya. Berinteraksi dengan anak-anak kecil tentu tidaklah mudah, apalagi dalam kondisi emosionalku yang masih labil. Namun, dukungan dari keluarga dan teman-teman, membuatku mau mencobanya. 

Pada hari pertama menjadi guru relawan, aku disambut oleh keceriaan dan senyuman anak-anak yang penuh semangat. Rasa gugupku sedikit berkurang, mulai merasakan bahwa senyuman dan keceriaan anak-anak telah menghibur hati ini.

Setiap pagi, aku datang sebagai guru pendamping di kelas play group. Anak-anak tampak antusias di saat aku mendampingi mereka bernyanyi, belajar, ataupun mendengarkan cerita. Perlahan-lahan, aku mulai menemukan bagaimana menghadapi berbagai karakter anak-anak yang sangat beragam, dari yang sangat aktif hingga yang sangat pemalu. 

Kemampuan untuk mendidik dan memberikan inspirasi kepada anak-anak, adalah sesuatu yang tidak pernah aku sadari sebelumnya. Keceriaan dan semangat anak-anak memberikan energi positif yang sangat aku butuhkan. Melalui pengalaman ini, aku mulai menyadari dalam situasi yang paling sulit sekalipun, kita bisa menemukan bakat dan tujuan hidup yang baru.

#latihan30harimenulis

#bakatterpendam_day8

#miniproject

 https://www.facebook.com/share/p/8ZBEu53YzGNYBvhe/

Pidato Pertamaku

Konten [Tampil]


Setiap sore hari, sudah menjadi kewajiban bagi kami pada masa Sekolah Dasar untuk pergi sekolah mengaji Al Qur'an. Dari rumah menuju sekolah tempat kami mengaji, ditempuh lebih kurang 15 menit dengan berjalan kaki. Aku begitu menikmati sekolah mengaji ini, selain menambah ilmu tajwid Al-Qur’an, kami juga mendapat pelajaran lain seperti bahasa Arab, hadis, sirah, fiqih, dan masih banyak lagi.

Setiap memperingati hari besar Islam seperti Maulid Nabi atau Isra Mikraj, sekolah mengaji kami selalu mengadakan kegiatan dengan berbagai perlombaan, seperti lomba hapalan juzamma, puisi, azan, cerdas cermat, termasuk pidato.

Entah mengapa, pidato itu menjadi pilihan utamaku dalam mengikuti lomba. Pada saat itu, mungkin aku tertantang sekedar ingin mencoba. Mesikpun ada perasaan gugup, tetapi aku memutuskan untuk mengikuti perlombaan pidato.

Setiap hari sepulang sekolah, aku berusaha meluangkan waktu untuk membaca naskah pidato yang telah di bagikan, oleh guru mengaji kami. Dengan berlatih berbicara di depan cermin, aku memulai membaca naskah pidato dengan intonasi serta ekspresi wajah sesuai dengan isi pidatonya.

Pada hari perlombaan, ketika giliranku tiba. Aku menuju ke panggung dengan tubuh gemetaran, tetapi aku bisa berbicara mengeluarkan kata-kata, mengalir dengan lancarnya. Walaupun ada sedikit kalimat yang terlewatkan, tetapi aku dapat mengakhiri pidato itu dengan baik. Itulah pidato pertamaku, hal terpenting adalah aku pernah mencobanya, dan mengetahui ada bakat terpendam pada bidang ini.

 

#latihan30harimenulis

#bakatterpendam_day7

#miniproject

https://www.facebook.com/share/p/wzrXR1fhe7nEL8x4/