Sunday, June 30, 2024

Sebuah Pesan

Konten [Tampil]


Hatiku begitu pilu ketika mendengar penuturan cerita seorang wanita tentang perjalanan sepuluh tahun rumah tangganya.  Sebut saja Santi, namanya. Bahkan akun media sosial yang diguanakn pun bukan nama asli. Aku mengenalnya karena akun ini singgah meninggal sebuah percakapan pada kontak pesan sebuah jejaringan media sosial.

Pastinya, sebagai sesama wanita aku sangat memahami bagaimana hancur berkeping-keping hati seorang istri ketika mengetahui pasangan hidup yang telah lama mendampingi selama itu, memiliki kecenderungan seksual terhadap lawan jenis.

Percakapan kami terus berlanjut walau hanya melalui chat media sosial, tetapi hatiku terenyuh membayangkan seperti apa kehidupan mereka. Seperti penuturan Santi, kehidupan rumah tangga mereka selama ini normal, sebagaimana rumah tangga lainnya. Bahkan rumah tangga mereka tampak bahagia dan sakinah dari sudut pandangan orang di sekitarnya. Tidak sedikit orang yang memuji kehidupan rumah tangga mereka selama ini, begitu yang Santi tuliskan.  

Santi mengatakan, bingung tidak tahu harus bagaimana menghadapi ujian hidup ini. Pada saat itu, aku hanya bisa menenangkan hati Santi. Dalam benak pikiranku, sebuah keberanian darimana sehingga dia mau menceritakan kepada seseorang yang tidak dikenalnya.

Santi curiga melihat perubahan yang terjadi pada suaminya begitu romantis dan menjaga penampilan. Kata-kata romantis sangat sering dia ucapkan, bahkan pada hari kelahirannya mendapat kejutan yang tak terduga.

Kecurigaan Santi semakin kuat setelah membaca sebuah percakapan aplikasi whatsapp yang muncul notifikasinya, saat sang suami berada di kamar mandi. Tanpa rasa ragu, Santi membuka telepon selular suaminya.

Santi bukan saja terkejut tapi hatinya semakin terasa sesak, membaca isi pesan itu.

“suamiku seperti bukan orang yang aku kenal sama sekali, kak “, begitu yang Santi tuliskan. Santi hanya bisa pasrah dan menyimpan luka itu sendiri. Aku berusaha membantu sebagai pendengar dan teman di dalam kebingungannya.

Seperti ungkapan teh Indari Mastuti Founder Indscript Creative dalam acara peluncuran buku antalogi Melintasi Badai dan Menolak Rapuh:’” Merangkul, menghapus air matanya para perempuan dimanapun berada yang sedang melewati badai kehidupan melalui tulisan.” Saat ini aku mencoba merangkul dan menghapus air mata Santi dan Santi lainnya, bahwa mereka tidak sendiri.

 

Saturday, June 29, 2024

Cahaya Di Dalam Kegelapan

Konten [Tampil]


Rina adalah anak sulung dari empat bersaudara. Hidupnya berubah drastis saat kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai ketika dia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Perceraian itu, bukan saja menghancurkan keluarganya, tetapi juga meninggalkan luka mendalam baik bagi Rina maupun adik-adiknya. 

Rina menyadari betapa sulitnya kondisi saat ini, dia harus berperan sebagai tulang punggung keluarga. Setiap pagi, dia bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan dan mengurus adik-adiknya sebelum berangkat ke sekolah. Meskipun begitu, Rina tetap bertekad untuk mengejar pendidikan, karena dia tahu pendidikan merupakan kunci masa depan yang cerah. 

Ketika Rina lulus SMP, dia melanjutkan ke sekolah menengah farmasi, dengan harapan keterampilannya kelak dapat membantu mendapatkan pekerjaan yang layak. Selama masa sekolah, Rina belajar dengan tekun dan berusaha mendapatkan nilai terbaik. Setelah pulang sekolah, dia bekerja paruh waktu di sebuah apotek kecil di dekat rumahnya. Di sana, dia mempelajari banyak hal tentang obat-obatan dan cara kerja apotek. Rina mulai menabung sebagian dari penghasilannya untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah adik-adiknya. 

Hari-hari Rina penuh dengan tantangan, tetapi dia tidak pernah menyerah. Setiap kali dia merasa lelah atau putus asa, dia teringat senyum adik-adiknya. Rina selalu mengatakan pada dirinya sendiri, "Aku harus kuat demi adik-adikku. Kami akan melalui ini bersama."

Dengan ilmu yang diperoleh dari sekolah menengah farmasi, Rina berhasil mendapatkan pekerjaan tetap di sebuah apotek besar setelah lulus. Dia bekerja keras, bahkan sering mengambil lembur kerja untuk menambah penghasilannya. Gaji pertama, dia gunakan untuk membeli keperluan sekolah adik-adiknya. 

Meski kehidupan mereka tidak mudah, Rina tetap optimis. Dia terus belajar dan mengembangkan keterampilannya di bidang farmasi. Berkat dedikasi kerjanya yang tinggi, Rina mendapatkan promosi dan dipercaya untuk mengelola apotek cabang baru.

Hal ini, bukan saja meningkatkan penghasilannya, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri bahwa dia mampu memberikan masa depan yang lebih baik bagi keluarganya. Rina tahu bahwa jalan mereka masih panjang, tetapi dia yakin mereka akan selalu bersama dan terus berjuang demi masa depan yang lebih cerah.

 

Bogor, 29/06/2024

#Latihan30harimenulis

#Miniproject

Thursday, June 27, 2024

Seruan-Mu Menggerakkan Langkahku

Konten [Tampil]


Dengan segala keterbatasan fisik namun Allah menggerakkan hatinya tetap istiqomah menjalankan ibadah haji tahun ini. Pak Rahman adalah seorang pria paruh baya yang selama hidupnya dikenal sebagai sosok yang gigih dan penuh semangat. Namun, suatu hari, qada  dan qadar Allah berkata lain. Pak Rahman mengalami stroke, mengakibatkan lumpuh pada sebagian tubuhnya. Hidup pak Rahman berubah drastis, dia harus bergantung pada kursi roda serta bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Meskipun demikian, semangat pak Rahman tidak pernah pudar. Di tengah segala keterbatasannya, ada satu impiannya, yaitu menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah. Setiap hari, dia berdoa kepada Allah, memohon kekuatan dan kesempatan agar dapat menjalankan rukun Islam kelima itu.

Akhirnya, kabar baik itu datang. Nama pak Rahman masuk dalam daftar jamaah haji. Beliau merasa terharu dan bersyukur. Meskipun tubuhnya memiliki keterbatasan, namun hati tetap teguh dan penuh keyakinan. Dengan bantuan istri dan keluarganya, pak Rahman  mulai mempersiapkan segala keperluan perjalanan suci tersebut. 

Perjalanan ke Tanah Suci tidaklah mudah bagi Pak Rahman. Setiap Langkah terasa berat, namun hatinya tetap mantap. Di Mekkah, dia menyaksikan Ka'bah untuk pertama kalinya dengan mata berkaca-kaca. Dengan penuh keikhlasan, pak Rahman berdoa dan memohon ampunan serta kekuatan dari Allah.

Pada saat tawaf, Pak Rahman menggunakan kursi roda yang didorong oleh pendampingnya. Meskipun tidak bisa berjalan, tetapi dia terus berputar mengelilingi Ka'bah dengan penuh ketulusan. Ketika sa'i antara bukit Shafa dan Marwah, ia merasakan kesulitan yang luar biasa. Namun, setiap kali dia merasa lelah dan hampir menyerah, selalu teringat akan tujuan utamanya adalah menjalankan ibadah kepada Allah.

Ketika suhu di padang Arafah mencapai 50 C, dilaluinya dengan penuh kesabaran. Begitujuga tempat suci lainnya. Pak rahman selalu berdoa, memohon kekuatan dan keteguhan hati. Rasa sakit dan keterbatasan fisik tidak menghalangi kekhusyukan ibadahnya. Dia yakin bahwa Allah Maha Kuasa akan membalas setiap usaha serta pengorbanannya.

Pada ibadah terakhir untuk melempar jumrah, pak Rahman merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Dia berhasil menjalankan seluruh rangkaian ibadah haji meskipun dengan segala keterbatasan. Hatinya dipenuhi rasa syukur sangat mendalam, merasa lebih dekat dengan Allah. Dengan keyakinan semakin kuat bahwa Allah selalu memberikan jalan bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh.

Kisah perjuangan pak rahman dalam menunaikan ibadah haji di tengah keterbatasan fisik menjadi bukti bahwa dengan ketulusan hati dan keyakinan kepada Allah, tidak ada yang tidak mungkin. Selain itu mengajarkan kita bahwa kekuatan sebenarnya bukan terletak pada fisik, tetapi pada iman dan tekad yang kuat.

 Bogor, 27/06/2024

#Latihan30harimenulis#Miniproject#5day


Sunday, June 23, 2024

Secercah Sinar Mentari Bagi Penyintas Tumor Otak

Konten [Tampil]


Sehat itu nikmat terbesar dari Allah SWT kepada umat manusia apalagi bagi seorang mukmin. Nikmat sehat ini lebih berharga dari harta benda berharga yang dimilik siapapun. Ditimpa sakit merupakan nikmat dari Allah SWT kepada kita, karena sakit bisa sebagai penggugur dosa-dosa yang pernah kita perbuat, bisa jadi merupakan tanda cinta Allah kepada hambaNya. Agar Pengharapan dan permohonan hanya kepada Allah SWT semata. Secercah sinar mentari merupakan harapan bagi kami para penyintas Tumor Otak, diperjuangkan dengan segala upaya dan ikhtiar tanpa kenal lelah. Tetap semangat berjuang demi harapan bertahan hidup yang lebih baik. 

Menceritakan kisah para penyintas tumor otak pasti tidak akan pernah selesai dengan kisah seseorang itu survive saja. Namun banyak sekali rangkaian lain selama perjalanannya dalam proses kesembuhan. Sebuah grup kecil bernama "Cerdas Mengelola Tumor Otak", merupakan komunitas tempat berkumpul para penerima anugerah yang selalu tabah dan ridho menjalani qada dan qadar dari sang KhalikNya. Para pejuang ini dalam kehidupan sehari-harinya mereka tidak nampak sebagai penyintas karena mereka tetap beraktivitas aktif dengan berbagai profesi. Dimualai dari seorang ibu rumah tangga, guru, karyawan disebuah perusahaan, serta lainnya tetap menjalankan aktivitas seperti orang normal lainnya.
 
Grup kecil ini bermula dari berkumpulnya kami para penyintas disebuah grup yang mensupport para penyintas semua tumor dan kanker di Indonesia, "Lavender Ribbon Cancer Support Group"(https://tamanlavender.com/). Ide dibentuknya grup ini dikarenakan grup Taman Lavender bermayoritas dengan kasus kanker payudara (ca mamae) yang tentu kondisinya berbeda dengan kasus penyintas tumor otak. Sehingga ketika ada anggota baru yang mengalami tumor otak bergabung pastinya akan membingungkan bagi almarhumah mba Indira Abidin (pendiri Lavender Ribbon) dalam menanganinya. Sehingga beliau selalu menyerahkan kepada ibu Adi Tri Kuswati pembina grup ini, agar dapat memberikan bantuan baik dalam bentuk support maupun saling berbagi semua hal yang berkaitan dengan tumor otak. 

Aku dan beberapa teman lain, meminta kepada bu Adi agar membentuk sebuah grup khusus sebagai wadah bagi kami para penyintas tumor otak, baik untuk diskusi pembahasan tentang tumor otak serta memberikan sebuah rangkulan menenangkan pada saat pertama kali di diagnosa oleh dokter. Dengan grup ini, agar kami lebih leluasa dan nyaman membahas kasus-kasus baru yang muncul. Dengan semakin bertambahnya penyintas tumor otak di Lavender Ribbon Cancer Support Group, akhirnya grup kecil diskusi ini terbentuk. Jauh sebelum almh.mba Indira menulis narasi tentang ibu Adi Tri Kuswati di kolom Lavender, beberapa anggota baru dengan kasus tumor otak sering berdiskusi melalui media aplikasi Whatsapp kepada beliau. Mereka bercerita pengalamannya sendiri, anak, pasangan maupun orangtua yang mengalami tumor otak.

Pertengahan tahun 2014, dengan izin mba Indira, grup kecil ini melalui media aplikasi whatsapp dibentuk oleh Ibu Adi Tri Kuswati. Wadah berkumpulnya para penerima anugerah tumor otak, baik yang sudah menjalani berbagai terapi seperti operasi Kraniotomi maupun masih bertahan berdamai dengan tumornya. Ibu Adi Tri Kuswati termasuk penyintas yang berdamai dengan Meningioma yang berukuran cukup besar. Ada juga kisah penyintas lain, diagnosa awalnya bahwa kehidupannya tidak akan bertahan lebih lama lagi. 

Dengan bergabung digrup ini, kami saling menyemangati dan berempati. Untuk menghilangkan rasa ketakutan dari bayang-bayangan yang akan terjadi dimasa depan dan tidak merasa sendiri dengan anugerah tumor tersebut. Didalam grup, kami saling berbagi tentang gejala-gejala awal sebelum didiagnosa mengidap tumor otak, kemiripan dari obat-obatan yang dikonsumsi, menjalani pola hidup sehat, termasuk memahami faktor pencetus kambuh serangan kejang baik dikarenakan kelelahan fisik maupun psikis, dehidrasi, kurang istirahat, kurang asupan yang bergizi serta beberapa faktor lain. Hal itu semua bisa membantu kami meminimalisir kambuhnya serangan kejang. Selain itu, kami sering membahas efek samping obat -obatan yang dikonsumsi karena rata-rata obat-obatannya termasuk dalam golongan obat psikotropika IV. 

Dari diskusi kami selama berkumpul dalam grup, tumor otak ganas jenis Glioma, salah satunya adalah Gliobastoma. Tumor ini yang sangat cepat sekali mengalami pertumbuhan sehingga membuat otak semakin terdesak dan bisa mengakibatkan kerusakan pada sel- sel saraf tertentu pada tumor berkembang. Hal ini, sering mengakibatkan penderita mengalami kelumpuhan, ketidaksadaran diri serta beberapa efek lainnya. Baik penyintas maupun keluarga harus lebih bersabar dalam menjalani semua proses untuk kesembuhan. Sejak grup ini berdiri, penderita tumor otak ganas belum ada yang dapat bertahan lebih lama dengan segala upaya hingga titik akhirnya. Akan tetapi ada penyintas tumor otak dengan pilihan terapi alat Doktor Warsito mereka bisa sembuh total serta dapat menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Digrup ini ada juga yang bertahan dengan berdamai memahami gejala dan mengkonsumsi obat anti konvulsi (anti kejang) dibawah pengawasan spesialis saraf, sehingga dapat bertahan menjalani aktivitasnya. 

Grup Cerdas Mengelola Tumor Otak selalu mendapat pendampingan dari dokter, yang pertama kali dibimbing oleh seorang spesialis onkologi. Alhamdulillah, pada tahun 2019, grup ini dapat didampingi oleh dokter spesialis saraf. Beliau seorang dokter yang bertugas di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung, Departemen Saraf yakni dr.Aih Cahyani, SpS. Keahlian beliau lebih intensif dalam hal menangani vertigo (menangani gangguan keseimbangan). Disamping itu, beliau ahli dalam menangani masalah Neuro Ofthalmologi atau gangguan penglihatan yang disebabkan saraf ( lapang pandang, atau kabur penglihatan) serta seorang Neuro onkologi (tumor otak dan medula spinalis).

Namun sayangnya, aku sudah lama tidak bergabung grup ini dengan berbagai alasan kesibukan. Tapi aku masih saling menyapa beberapa anggota grup pada media sosial agar tidak terputus silaturrahim diantara kami. Mohon maaf yang sedalam-dalamnya buat saudara-saudaraku di grup Cerdas Mengelola Tumor Otak, buku menceritakan perjuangan kalian semua yang pernah dijanjikan belum bisa terwujud. Mohon do'anya agar, aku dapat memulai untuk menyusun kembali dari serpihan-serpihan yang masih tersisa agar bisa menjadi sebuah cerita inspiratif bagi siapapun yangmembutuhkannya. 

serpihan yang tersisa:


Saturday, June 22, 2024

Do'a dan Usaha

Konten [Tampil]
“Ummi, Ismail diterima di Universitas Gajah Mada,” terdengar teriakan anak sulungku dari dalam rumah, saat itu aku sedang duduk di teras rumah menemani Arumi bermain. Aku terperanjat dan bergegas melangkah ke dalam rumah, sambil membuka grup whatsapp keluarga yang ada di telepon seluler. Hatiku begitu merasa terharu dan bahagia, akan keberhasilan yang dicapai Ismail. Alhamdulillah, sambil kulafazkan do’a sebagai bentuk rasa syukur atas hadiah terindah dari Allah bagi kami sekeluarga.
Kebahagiaan terbesar bagi seorang ibu adalah melihat anaknya berhasil meraih impian mereka. Bulan ini, aku merasakan kebahagiaan itu sepenuhnya. Anak bungsuku, Ismail berhasil lulus di perguruan tinggi negeri di kota Yogyakarta.

Sejak masa sekolah menengah pertama (SMP) Ismail sudah bertekad untuk masuk Universitas Gajah Mada (UGM). Impiannya saat itu bukanlah fakultas pilihan sekarang. Adanya perubahan pilihan Ismail pada detik-detik terakhir pendaftaran tes SNBT (Seleksi Nasional Berbasis Tes) untuk masuk perguruan tinggi negeri. Fakultas hukum pilihan pertamanya, untuk pilihan kedua memilih di Universitas Negeri Semarang (UNES) dengan fakultas yang sama.

Anak bungsuku termasuk anak yang rajin dan cerdas. Sejak kecil, dia telah menunjukkan minat besar dalam belajar dan selalu menjadi siswa berprestasi di sekolah. Kami sebagai orangtua selalu memberikan dukung penuh kepada semua anak-anak termasuk dalam memilih kampus impiannya.
Sebelum almarhum ayahnya meninggal dunia, beliau telah menanamkan kepada anak-anak tentang kedisplinan dan ketekunan dalam mencapai semua impian mereka. Dimulai dari anak sulung, tengah, serta si bungsu beliau telah diberikan arahan dan dorongan agar bisa mencapai impian mereka masing-masing.
Dengan segala upaya serta do'a panjangku sebagai dukungan yang diberikan agar Ismail lulus perguruan tinggi negeri impiannya. Meskipun Ismail mengetahui adanya persaingan yang sangat ketat agar bisa lolos seleksi tes, tetapi tidak menyurutkan semangat Ismail untuk terus belajar lebih keras. Setiap hari dia menghabiskan waktu berjam-jam mengerjakan soal-soal latihan. Selain itu, Ismail juga mengikuti bimbingan belajar 2 hari dalam seminggu.
Semua proses panjang yang telah dilalui Ismail ternyata membuahkan hasil yang begitu menakjubkan. Akhirnya, pada saat pengumuman hasil tes SNBT, kabar bahagia itu datang juga.
Dalam sujud syukurku, air mata bahagia ini tanpa disadari telah membasahi seluruh wajah. Perjalanan baru akan dimulai oleh Ismail, dengan penuh harapan, semangat dan keyakinan. Aku hanya bisa mendukung dan mendo'akan, insya Allah Ismail beserta saudara-saudaranya akan mencapai kesuksesan baik di dunia maupun akhirat nanti.
Aamiin Ya Rabbal'alamiin.


Friday, June 21, 2024

Bulan Kelahiran

Konten [Tampil]


Setiap manusia dilahirkan ke bumi dalam keadaan fitrah, yakni suci dan bersih. Tetapi lingkungan dan orangtuanya yang merubah fitrah, sehingga hari kelahiran merupakan suatu peristiwa agar kita senantiasa berusaha kembali kepada fitrahnya. Hari kelahiran juga sebagai bentuk wujud rasa syukur seorang hambaNya akan kebesaran Allah, SWT atas semua nikmat yang diperoleh sejak dilahirkan ke muka bumi hingga saat ini.
Namaku Melia, aku dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1977 di sebuah kota kecil yang tenang bernama Curup terletak di Provinsi Bengkulu. Kedua orang tuaku, Pak Syamisr Ilyas dan Ibu Jusmi Ismail, mereka menamai putri kecilnya Cindiana Famelia. Nama yang begitu unik namun penuh makna harapan.
Curup adalah kota yang dikelilingi oleh keindahan alam, hamparan pegunungan hijau, serta udara yang sejuk. Kota ini terkenal dengan hasil pertanian yang melimpah dan masyarakatnya begitu ramah. Di tempat yang damai inilah aku memulai kehidupan.
Aku tumbuh menjadi anak yang ceria namun introvert. Di rumah merupakan teman ternyaman bagiku, sambil menghabiskan waktu dengan membaca buku dan menulis diary. Di sekolah, aku lebih suka duduk di sudut kelas sambil mengamati sekelilingnya, serta mencatat berbagai hal yang menarik dalam sebuah buku kecil. Teman-teman mungkin melihatku sebagai anak yang pendiam, tapi dalam hati dan pikiranku, penuh warna dan imajinasi.
Aku suka meminjam buku cerita setiap ke perpustakaan daerah, kedua orang tuaku juga sangat mendukung minat baca anak-anaknya dengan berlangganan majalah anak-anak di masa itu. Mereka yakin bahwa, meskipun putri mereka lebih suka berdiam diri namun memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.

Saat menginjak usia remaja, aku sering menulis di diary. Menceritakan tentang semua hal yang terjadi sehari-hari termasuk orang-orang yang ada di sekitar. Aku menulis tentang perjuangan-perjuangan masa sekolah, harapan, dan impian masa depan nanti.
Kini, di usia dewasa, aku baru memulai kembali merintis sebagai seorang penulis kisah inspiratif. Kisah-kisah yang kutulis berisi pesan moral dan kehangatan agar bisa menginspirasi banyak orang. Meski sifat introvertku masih melekat, tapi aku telah menemukan cara untuk menyampaikan ide dan pikiran melalui sebuah tulisan.
Dengan segala kecerianku, yang tersembunyi di balik sikap pendiam ini. Aku terus berusaha menulis kisah yang menginspirasi, serta ingin membawa harapan dan keindahan dari kota kelahiranku ke dunia yang lebih luas.
Kini, di bulan kelahiranku bentuk wujud rasa syukur sebagai seorang hamba Allah, SWT menjadikan langkah awal perjalanan seorang penulis pemula yang dapat menginspirasi banyak orang dengan kisah-kisah ini.


Thursday, June 20, 2024

Pahlawan di Jalan Raya

Konten [Tampil]


Ardi adalah seorang pengemudi transportasi online, baru beberapa bulan ini memulai pekerjaannya. Setelah ia mengalami pemutusan kerja sepihak dari perusahaan dia bekerja. Dengan kendaraan pribadi yang masih dicicil, Ardi berharap bisa mencukupi kebutuhan keluarganya, termasuk istri dan semua anak-anak yang masih sekolah.

Awalnya, pekerjaan ini memberikan harapan baru bagi Ardi. Dia bisa mengatur jadwal sendiri dan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Namun, harapan itu mulai pudar ketika kebijakan baru diterapkan oleh perusahaan transportasi online tempat dia bekerja.
Kebijakan baru tersebut menurunkan tarif per kilometer, menaikkan potongan komisi perusahaan, dan memperketat aturan insentif. Akibat dari semua kebijakan itu, penghasilan Ardi menurun drastis. Dia harus bekerja dalam waktu lebih lama serta mengambil lebih banyak penumpang hanya untuk mendapatkan penghasilan yang sama seperti sebelumnya.
Setiap pagi, Ardi bangun lebih awal dan pulang selalu larut malam, sering kali dia hanya mendapatkan sedikit waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Meski begitu, dia tidak mengeluhkan di depan istri maupun anak-anaknya. Dia berusaha tetap tersenyum dan memberikan semangat kepada mereka, meskipun di hati terkecinya dipenuhi rasa kekhawatiran.
Di tengah perjuangannya, Ardi bergabung dengan komunitas pengemudi transportasi online yang mengalami nasib serupa. Mereka berbagi cerita, strategi, dan kadang-kadang canda tawa untuk mengurangi sedikit beban yang mereka rasakan. Komunitas ini menjadi tempat Ardi menemukan kekuatan dan semangat baru.
Suatu hari, komunitas tersebut memutuskan untuk mengajukan protes terhadap kebijakan baru perusahaan. Mereka mengatur pertemuan dengan perwakilan perusahaan untuk menyampaikan keluhan dan harapan mereka.
Meski pertemuan itu tidak langsung menghasilkan perubahan, suara para pengemudi transportasi online mulai terdengar. Media lokal mulai meliput perjuangan mereka, kemudian mereka mengumpulkan tanda tangan dan menggalang dukungan.
Akhirnya setelah berbulan-bulan lamanya, perjuangan Ardi dan rekan-rekan komunitas mendapat jawaban. Perusahaan transportasi online mau meninjau ulang kembali kebijakan-kebijakan tersebut. Beberapa perubahan dengan menaikkan tarif maupun insentif. Begitu juga dengan komisi perusahaan yang dikurangi sedikit dari kebijakan awal.
Perjuangan Ardi dan rekan-rekan membuahkan hasil melalui tekad yang kuat untuk bersuara dan semangat kebersamaan. Itu semua, membuktikan meski mereka berada di jalan raya penuh dengan liku, berani untuk bertindak sekecil apapun pastinya akan selalu memiliki arti.

Wednesday, June 19, 2024

Cinta Dalam Diam

Konten [Tampil]


Perasaan cinta yang dianugerahkan dari Allah SWT, harus dijaga dan dikelola secara bijak, sebagaimana yang diatur dalam ajaran Islam. Cinta yang tertinggi adalah rasa cinta kepada Allah SWT, sehingga perlu kita menjaga perasaan cinta ini hingga menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaan cinta melalui jalan yang halal, yaitu pada saat telah menikah. 

Bagi yang mencintai dalam diam, ia tidak akan mengumbar perasaan yang ada tapi menjaga rasa cinta di dalam setiap do'anya. Selain itu berusaha untuk mengendalikan perasaannya dengan akal sehat, senantiasa berusaha memantaskan dirinya agar menjadi pribadi lebih baik.

Sebagaimana kisah cintanya Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra putri Rasulullah SAW, kedua anak manusia ini tetap menjaga agar tidak saling mengumbar perasaannya. Mereka sama-sama menyimpan perasaannya di dalam doa. Berusaha saling memantaskan diri agar menjadi pribadi yang berbudi luhur.

Pada masa sekolah, cinta dalam diam ini pernah hadir mengisi lembaran hidupku. Ingin rasanya untuk menggungkapkan semua rasa yang ada tapi hati ini selalu mengingatkan bahwa cinta itu tidak perlu diungkapkan. Cukup hanya Allah dan kamu yang mengetahui. Meskipun beberapa kali perasaan ini hampir terungkapkan, tetapi Allah masih begitu sayang melindungiku hingga menemukan cinta yang halal dan sejati.

Dengan memendam perasaanku, sehingga bisa lebih fokus dalam mengapai semua cita-cita, melalui aktivitas menuntut ilmu syari’ah, serta berusaha dalam memperbaiki akhlak terbaik demi pasangan hidup di masa depanku nantinya.  Cinta dalam diam, sangat membantuku dalam menjaga diri dari fitnah interaksi yang berlebihan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, serta sebagai benteng dalam menjaga privasi dan harga diri untuk melindungi dari rasa malu atas penolakan yang menyakitkan.

Setelah menikah aku memahami, mengapa perlu menjaga perasaan cinta itu sebelum waktunya. Selain berguna menjaga kesucian, kesabaran, dan ketaatan kepada Allah SWT, juga sebagai bentuk kedewasaan diri dalam mengelola perasaan dan keikhlasan menerima ketetapan Allah. Pastinya, cinta bukan hanya soal perasaan, tetapi juga soal tanggung jawab dan ibadah kepada Sang Pencipta.

Wallahu'alam,

Monday, June 17, 2024

Aku Merindu

Konten [Tampil]


Malam ini terasa begitu sunyi

Kutatap bintang di langit yang tinggi

Ada namamu terukir di hati ini

Menar-nari hadir di dalam mimpi


Aku begitu merindu

Senyum, canda serta tawa ceriamu

Setiap detik terasa begitu hampa

Tanpa hadirmu di sini, cinta ini terasa sepi


Dari kejauhan kau meniti waktu

Diantara jarak dan ruang membisu

Namun cinta ini tetap utuh

Tak lekang oleh waktu


Aku begitu merindu dengan segala rasa rindu

Hadirmu yang menghapus pilu

Setiap pesan yang kau titipkan

Membuat hati semakin kuat menantimu


Dalam do'a panjang, kutitipkan namamu

Memohon kepada Allah agar kita segera bersama

Aku menahan dengan merindu

setia menanti kedatanganmu pulang


Bogor, 17 Juni 2024


Tuesday, June 11, 2024

Indscript Creative Menyatukan Hati Kami

Konten [Tampil]


Setiap langkah yang kita ambil, orang-orang yang kita temui, serta pengalaman yang kita alami, semuanya terhubung dalam jaringan kehidupan yang luas namun terasa begitu dekat. Dunia seperti kanvas menunggu kita untuk dijelajahi, sejauh apa melangkah akan terasa semakin mendekat dengan diri kita sendiri.

Betapa terasa kecilnya dunia ini. Dengan kecanggihan teknologi masa sekarang, kita dapat terhubung lebih dekat, bahkan dengan mereka yang berasal dari daerah sama dengan kita. Sebuah hal yang tak terduga, kelas menulis Indscript Creative telah mempertemukan saya dengan seorang dari daerah asal kami, yaitu provinsi Bengkulu. 

Leffi Nia namanya, dengan nama panggilan Nia. Percakapan kami di aplikasi messenger awalnya hanya saling menyakinkan bertempat tinggal yang sama, yaitu di kota Bogor. Tapi percakapan kami tidak ada kelanjutan setelah saya menanyakan alamat tinggalnya. Tanpa terduga, ketika saya memposting pada media sosial sebuah cuplikan video seorang penyanyi ternama Yudika sedang berkunjung ke kota Curup, provinsi Bengkulu.

Nia, yang juga berasal dari Bengkulu, merespons postingan saya dengan antusias. Pada sore itu, melalui percakapan aplikasi messenger, Nia menanyakan apa saya asli dari daerah Bengkulu. Saya meyakinkan dengan menyebutkan kota asal kelahiran. Nia juga menanyakan apa bisa berbahasa suku Rejang, saya menjawab tidak bisa. Tetapi saya dapat memahami artinya karena suami asli suku Rejang. Ada perasaan bahagia bagi para perantau seperti kami, jika menemukan kesamaan asal usul dengan seseorang.

Pertemuan virtual itu, berkembang menjadi ikatan persaudaraan satu daerah. Kami saling berbagi cerita tentang kota kelahiran masing-masing begitu juga tentang keluarga serta membahas kuliner khas dari suku Rejang. Meski jauh dari tanah kelahiran, kami tetap merasa seperti berada di rumah sendiri.

Masya Allah, betapa kelas menulis Indscript Creative bukan hanya merupakan tempat kami berekspresi kreatif tetapi juga sebagai tempat yang menghubungkan antar budaya serta sebagai tempat bertemunya dengan orang-orang yang memiliki latar belakang yang sama. Kelas menulis Indscript Creative, bukan hanya mengajarkan tentang teknik narasi, tetapi juga menyatukan hati kami dalam tulisan.

 

 



Sunday, June 9, 2024

Sebuah Impian

Konten [Tampil]

 


Di kamar sunyi dan temaram, ku mulai menggerakkan pena

Menulis, mengukir kata dan melukis sebuah mimpi

Tinta yang ditorehkan penaku menjadi saksi bisu

Sebuah mimpi-mimpi yang akan terus bersemi

 

Layar putih laptopku, bagaikan lautan luas

Penaku berlayar, mencari pantai untuk disinggahi

Setiap kata yang ditulis adalah Langkah-langkahku

Menuju dunia yang dinantikan

 

Impianku sebagai penulis,

Bukan hanya sekadar mengisi halaman kosong,

Tapi memberi suara bagi yang membisu

Menjadi warna pada hidup yang penuh kelabu dan membeku

 

Aku ingin cerita-cerita yang telah terlukis indah

Menjadi pelita dalam kegelapan

Membawa harapan dan penuh inspirasi

Bagi jiwa-jiwa yang mencari makna hidup

 

Suatu hari nanti,

Ketika buku yang kutulis terbuka lagi

Kisahku akan hidup kembali

Dalam hati pembaca yang telah menanti


Bogor, 1 Juni 2024

edisi GHS

Friday, June 7, 2024

Harapan Seorang Perintis

Konten [Tampil]


Sejak pagi hari, aku sudah mulai beraktivitas rutin sebagai ibu rumah tangga. Dari mulai menyiapkan secangkir kopi untuk suami, sarapan pagi, merapikan tanaman, serta membersihkan halaman  rumah. Mentari pagi,  telah bersinar terang dan langitpun nampak cerah. Seperti memberitahukan kepada penduduk bumi, bahwa hari ini sangat indah dan penuh keberkahan. 

Berkat curahan rahmat dari Allah SWT, telah meringankan langkahku hari ini, sehingga pagi hari ini penuh dengan energi positif. Suasana hati atau mood aku sangat bergantung, sejak memulai di pagi hari. Jadi awal pagi sangat menentukan produktifnya langkah hari-hariku. 

Selepas beraktivitas, aku menghubungi teman baik yang telah lama kami tidak saling berkomunikasi. Anak muda yang selalu mempunyai semangat tinggi dan ide-ide brilian menciptakan lapangan kerja sendiri selalu menginspirasiku. Pada masa sekarang, kita harus gerak cepat ketika melihat peluang bisnis. Walaupun aku bukan seorang yang memiliki pengalaman di dunia bisnis, tapi bisa melihat dari sudut pandang sebagai seorang pemerhati pasang surutnya dunia bisnis, terkhusus bisnis digital. 

Dahulu, aku dibina oleh seorang manager sholihah dan cantik yang memiliki jiwa bisnis sangat tinggi, apalagi pekerjaan yang digeluti berhubungan dengan teknologi telekomunikasi. Kami harus mengikuti kemajuan perkembangan dunia telekomunikasi termasuk produk digital.

Memahami produk yang dimiliki perusahaan merupakan kewajiban bagi seorang karyawan, walaupun peran kami bukan sebagai marketing perusahaan. Tetapi di sana kami mendapat pembinaan dan bimbing agar bisa menjual produk-produk perusahaan sendiri.

Sebelumnya, aku tidak terlalu memahami seperti apa menjual suatu produk atau jasa yang baik, namun aku berusaha mempelajari dan mencobanya. Semua hal yang berhubungan dunia digital, aku terus berusaha untuk memperbaharuinya.

Dengan berbekal ilmu yang diperoleh dari perusahaan tempat aku bekerja, sedikit banyak telah membangun mental kami sebagai seorang pembisnis. Aku masih merintis, baik sebagai seorang penulis maupun digital marketing. Hingga hari ini, aku masih terus belajar dan belajar lagi, dimulai dari nol hingga puncak pencapaian yang aku harapkan seperti para penulis senior dan digital marketing ternama baik di Indonesia maupun mendunia.

Wednesday, June 5, 2024

Senja Menepis Gundahku

Konten [Tampil]

Pada satu sore, aku sedang berada dikamar dan dengan sengaja beranjak keluar untuk duduk dihalaman rumah. Pandanganku tertuju jauh ke langit yang tampak mengalami perubahan. Langit yang sebelumnya berwarna biru cerah, kini berubah menjadi jingga keemasan. Menandakan sebentar lagi senja akan segera menjelang.

Masya Allah, aku bersyukur dapat melihat lukisan terindah yang begitu menakjubkan. Tidak sia-sia aku berpindah duduk ke teras rumah, sehingga dapat menikmati keindahan senja. Ada sebuah ketenangan yang aku rasakan saat memandang senja sore itu. Senja menepis semua kegundahan hatiku selama ini, bahkan memunculkan semangat baru.

Semangat baru yang mengubah suasana hati menjadi lebih baik. Aku berkeinginan segera menuangkan semua ide yang telah memenuhi isi kepala, melalui sebuah kisah. Kegundahan hatiku berawal, ketika masa transisi itu hadir beberapa minggu lalu. Gejala perubahan psikologis yang terjadi sangat mempengaruhi suasana hati (mood) ketika akan menuliskan sebuah kisah.

Aku tidak bermaksud untuk mengkambinghitamkan perubahan mood sebagai penyebab semua ini, tetapi memang begitu keadaannya. Sering muncul rasa kekhawatiran, jika kisah yang aku tuliskan tidak menarik serta tidak sesuai kriteria. Namun, selama berlangsungnya perubahan mood, aku berusaha rutin menulis pada buku harian, situs blog, artikel, serta konten di sebuah media sosial. 

Tetapi ketika aku akan memulai menuliskan sebuah kisah, sering hadir rasa ketidakpercayaan diri saat  merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat. Kekhawatiran aku, terkait tulisan yang dihasilkan  akan terasa sangat kaku dan membosankan saat dibaca.

Bismillah dengan tekad yang bulat, aku tepis semua kekhawatiran yang sering menghantui. Kisah yang aku tulis saat ini, dapat mengalir dengan lancar tanpa ada interfensi dari siapapun termasuk diri sendiri. 

Senja kemarin, menjadi saksi bisu bagi perasaanku. Selama ini gundah menyemuliti hatiku. Tapi hadirnya senja memberi jalan bagi malam. Begitujuga aku memberi jalan kepada suasana hati ini agar benar nyaman ketika akan menulis kisah. Setiap akhir adalah awal dari sesuatu yang baru. Di ujung senja yang menipis, aku bersiap menjemput fajar baru untuk menuliskan sebuah kisah.


 

 

 

Tuesday, June 4, 2024

Kelas Menulis Buku Menghadirkan Antologi Inspiratif

Konten [Tampil]

(Sumber: Indscript Creative)

Dalam suasana yang begitu mengharukan, pada tanggal 1 Juni 2024 Indscript Creative berkolaborasi dengan Sekolah Perempuan dan BukuinAja mengadakan launching buku antologi yang telah lama dinanti-nantikan semua hadirin.  Acara yang diselenggarakan melalui zoom meeting dibuka sendiri oleh founder Indscript Creative, dihadiri 75 orang peserta dari berbagai kalangan, mulai dari para penulis, peserta kelas menulis Indscript dan beberapa tamu undangan.

Menyoroti kedua karya antologi terbaru ini yang berjudul “Melintasi Badai dan Menolak Rapuh”, sebagai bentuk kisah-kisah nyata yang sangat menginspirasi bagi para perempuan di mana pun berada agar dapat berdiri tegak melewati setiap badai yang sedang menimpanya.


Pengalaman Penulis Dalam Kelas Menulis Buku

Indscript Creative merupakan perusahaan yang sering menjembatani para perempuan Indonesia agar dapat menjadi seorang yang produktif melalui tulisannya. Salah satunya melalui kelas menulis buku antologi, menjadi penulis tidaklah mudah, agar dapat menghasilkan karya tulisan yang indah dan menarik, dibutuhkan latihan menulis yang rutin dan ekstra. Dengan menulis buku antologi merupakan hal yang sangat mudah dibandingkan menulis buku solo.

Dalam sambutan acara launcing buku antologi yang disampaikan Fouder Indscript Creative Indari Mastuti, beliau mulai memperkenalkan satu per satu para penulis dari kedua buku antologi. Para penulis ini adalah para perempuan tangguh yang memiliki berbagai latar belakang yang berbeda. Salah satunya ibu Diah Andika Sari, yang merupakan dosen PG PAUD FIP Universitas Muhammmadiyah Jakarta. Dia mengenal seorang Indari Mastuti melalui media sosial instagram. Beliau memang memiliki hobi menulis, namun menulis buku bersama teh Indari merupakan suatu hal yang berbeda. Menulis kisah pengalaman sendiri dapat mengeluarkan emosi dan ide dibandingkan menuliskan karya ilmiah sebagai dosen.

Kemudian ada ibu Cut Sera seorang doktor perkapalan, yang telah lama menulis buku solo dalam kelas bimbingan teh Indari masih tersendat untuk menyelesaikannya, sehingga sangat mengapresiasinya untuk mengikuti menulis buku antologi.


Kekuatan Kata Dalam Melintasi Badai

Buku Melintasi Badai merupakan sebuah refleksi mendalam tentang bagaimana seseorang dapat menghadapi tantangan hidup dengan keberanian dan ketabahan. Melalui serangkaian kisah-kisah inspiratif, buku ini mengajak pembaca untuk tidak hanya sekadar bertahan dalam badai, tetapi juga untuk tumbuh dan berkembang dari setiap ujian yang dihadapi.

Inilah yang melatarbelakangi teh Indari membuat event menulis bersama buku antologi Melintasi Badai. Melalui sebuah tulisan sehingga dapat merangkul bagi para perempuan dimanapun berada yang sedang mengalami badai dalam kehidupannya.

Teh Indari mengatakan menulis adalah hal yang termudah untuk dilakukan. Seperti menuliskan kisah pengalaman kita sendiri. Di dalam kelas menulis kisah yang dipandunya khusus bagi para ibu rumahtangga atau perempuan, mereka menuliskan kisah sebanyak 300 kata kisah pengalaman hidup yang sangat meninggalkan kesan mendalam. Namun, tulisan kisah yang hasilkan tidak dibukukan, akan tetapi  dipublikasikan melalui media sosial seperti instagram dan facebook. Sehingga dapat menginspirasi bagi para pembaca di mana pun mereka berada.

Kisah seorang penulis yang juga menjadi salah satu pilihan dari editor Indscript Creative adalah pengalaman ibu  Maria Sofia sebagai seorang survivor kanker payudara stadium lanjut hingga sekarang yang dibacakan oleh teh Indari pada acara lauching buku antologi. Kekuatan kata-kata dalam kisahnya makin mengharukan suasana saat itu. Begitu juga dengan kisah bu Dwi Harmini yang menceritakan kisah perjuangan dalam menghadapi tumor otaknya serta jatuh bangun dalam merintis bisnisnya.

(Sumber : Indscript Creative)

Menolak Rapuh Mengharukan Suasana

Kisah pilihan editor yang lainnya, dibacakan pada acara itu adalah kisah seorang Ibu Marisa yang telah mendaki berbagai gunung yang ada di Indonesia dan dunia. Hal ini, sebagai bentuk ungkapan rasa syukur karena pernah mengalami kelumpuhan pada sebagian tubuhnya.

Ada juga kisah ibu Aida yang membuat para peserta zoominar meneteskan air mata, beliau menceritakan secara langsung kisah hidupnya selama mengalami sakit berkepanjangan terbaring lemah tak berdaya serta diagnosis yang tak pasti. Selain itu perjuangannya ketika toko yang dimilikinya hangus habis terbakar tanpa tersisa serta rumah yang terendam habis oleh banjir bandang. Kekuatan terbesar saya adalah tidak pernah ada kejadian yang dialami saya, tidak seatas izin dari Allah. Ujian orang di luar sana, banyak yang mengalami ujian lebih berat dari saya.“Saya adalah manusia pilihan Allah, yang dipilih untuk menjalani selama menghadapi ujian hidup. Kepasrahan karena banyak orang di luar sana yang memiliki ujian, bisa dan mau bangkit. "

Itulah jawaban yang disampaikan oleh ibu Aida, saat ditanyakan oleh peserta acara tentang kekuatan terbesarnya saat melewati semua cobaan hidupnya yang bertubi-tubi.

(Sumber: Indscript Creative)

Penutup

Buku antologi ini diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi orang banyak ketika membaca kisah-kisah perjuangan penulisnya dan sebagai penguat untuk seluruh perempuan yang sedang menjalani badai kehidupannya.

Sebagai hamba Allah, kita hanya dapat menerima semua ujian dan cobaan sebagai takdir yang telah ditetapkan-Nya, dengan menjalani dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Semua kisah perjuangan ini sebagai ujian kenaikan bagi kita agar menjadi hamba yang lebih baik lagi. Perjuangan ini masih terus berlanjut, melalui kisah-kisah yang telah dituliskan. Kedua buku antologi ini dapat dipesan langsung kepada para penulis.

(Sumber: Indscript Creative)